Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Dry Eye Syndrome general_alomedika 2019-05-20T14:11:40+07:00 2019-05-20T14:11:40+07:00
Dry Eye Syndrome
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Dry Eye Syndrome

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Belum ada pemeriksaan baku emas untuk menegakkan diagnosis dry eye syndrome (DES). Diagnosis dry eye syndrome didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik yang teliti, serta beberapa pemeriksaan penunjang seperti tes Schimmer, pengukuran tear film break-up time, tes matrix mettaloproteinase-9 (MMP-9), dan pemeriksaan serum biomarker. [11]

Anamnesis

Keluhan yang dapat diperoleh pada anamnesis pasien dengan dry eye syndrome antara lain rasa terbakar, gatal, mata perih, mata berair, sensasi benda asing pada mata, sering berkedip, mata merah, penglihatan kabur, fotofobia, nyeri pada mata, mata terasa berat, dan sakit kepala. Keluhan tersebut umumnya cenderung memberat setelah penggunaan mata berlebih atau adanya paparan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim (misalnya udara kering). [4,16]

Pada anamnesis juga harus menanyakan riwayat pengobatan pasien baik pengobatan sistemik maupun topikal mata. Riwayat penyakit seperti rheumatoid arthritis dan hipertiroid juga perlu ditanyakan. Riwayat tindakan pembedahan mata seperti bedah refraktif kornea juga perlu ditanyakan pada anamnesis. [2,10]

Beberapa kuesioner dapat digunakan untuk membantu anamnesis dry eye syndrome, yakni Ocular Surface Disease Index (OSDI), System for Patient Evaluation of Eye Dryness (SPEED), Symptom Assessment in Dry Eye (SANDE), dan The Dry Eye Questionnaire. [3,10]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik oftalmologi menggunakan slit lamp dapat membantu menemukan tanda klinis pada pasien dry eye syndrome. Pemeriksaan meliputi bagian bulu mata, palpebra (lakukan eversi), segmen anterior mata, meniskus air mata, kelenjar Meibom, serta staining kornea dan konjungtiva. Pemeriksa juga perlu mengamati frekuensi berkedip pasien dan apakah penutupan palpebra komplit atau tidak.[4,14]

Tanda klinis yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik antara lain injeksi konjungtiva, erosi epitel kornea pungtata, dan berkurangnya meniskus air mata bagian bawah (<0,25 mm). [4]

Pada dry eye syndrome akibat meibomian gland dysfunction (MGD) dapat ditemukan penebalan margin palpebra dan telangiektasis. Pada pemeriksaan oftalmologi perlu dilakukan evaluasi palpebra, ada atau tidaknya kelainan seperti entropion, ektropion, atau penutupan palpebra yang tidak adekuat. Pemeriksaan margin palpebra, bulu mata, dan muara kelenjar meibom menggunakan slit lamp diperlukan untuk mengevaluasi kelainan yang dapat menyebabkan dry eye syndrome. Obstruksi muara kelenjar meibom ditandai dengan adanya sekresi padat keruh atau granular saat palpebra ditekan. MGD akibat inflamasi ditandai dengan blefaritis atau meibomitis. [11]

Ditemukannya temporal lid-parallel conjunctival folds (LIPCOF) merupakan indikator dry eye syndrome. LIPCOF timbul akibat gesekan antara palpebra dengan konjungtiva. Pada dry eye syndrome derajat yang lebih berat, dapat ditemukan komplikasi pada kornea berupa ulserasi dan bahkan perforasi kornea. Pemeriksaan visus pada dry eye syndrome akan mengalami penurunan bila terdapat komplikasi pada kornea. [11]

Staining Epitel

Staining epitel dapat dilakukan menggunakan slit lamp dan penetesan pewarna seperti fluoresen, lissamine green, atau rose bengal. Fluoresen mengumpul di daerah epitel yang mengalami erosi, umumnya lebih mewarnai bagian kornea dibandingkan konjungtiva. Staining menggunakan lissamine green dan rose bengal dapat digunakan untuk mendeteksi dry eye derajat ringan, dan memberikan pewarnaan lebih banyak pada konjungtiva. Baik lissamine green maupun rose bengal keduanya dapat mewarnai epitel yang sehat yang tidak tertutupi lapisan mucin. Staining menggunakan lissamine green tidak menimbulkan rasa nyeri dan toksisitas pada kornea seperti pada penggunaan rose bengal. [4,9-11]

Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding dry eye syndrome adalah konjungtivitis, blefaritis, dan keratitis.

Konjungtivitis

Konjungtivitis juga dapat mempengaruhi lapisan air mata dan permukaan mata. Konjungtivitis dapat memberikan gejala klinis yang mirip dengan dry eye syndrome. Keluhan utama mata merah, berair, sensasi benda asing dapat juga dikeluhkan oleh pasien dengan konjungtivitis.

Konjungtivitis viral dan bakterial adalah penyakit yang dapat menular, sehingga pada anamnesis mungkin didapatkan riwayat anggota keluar lain atau teman kerja/ sekolah yang menderita keluhan yang sama.

Pada konjungtivitis injeksi konjungtiva biasanya lebih mencolok, dapat disertai pengeluaran sekret mata berlebih hingga menyebabkan kelopak mata sulit dibuka. Pasien juga sering datang dengan edema palpebra.

Pada konjungtivitis alergi, gejala yang dominan adalah rasa gatal pada mata. Gejala alergi lain dapat muncul seperti hidung berair, manifestasi alergi pada kulit, dan biasanya bersifat seasonal atau ada faktor pemicunya.

Blefaritis

Blefaritis memiliki keluhan pada mata hampir mirip dengan dry eye syndrome, ditambah dengan adanya kerak pada bulu mata dan margin palpebra. Blefaritis umumnya bersifat kronis dengan eksaserbasi intermiten. Blefaritis dapat disertai dengan kelainan lain seperti dermatitis seboroik atau rosacea. Blefaritis dapat ditemukan juga pada kasus dry eye syndrome dan menjadi salah satu penyakit yang berhubungan dengan dry eye syndrome.

Pemeriksaan mikroskop pada sampel bulu mata dapat menunjukkan manifestasi demodex. Kultur sampel margin palpebra diperlukan bagi kondisi blefaritis dengan inflamasi yang berat atau yang tidak memberikan respon terhadap terapi.

Keratitis

Keratitis akibat infeksi bakterial atau fungal dapat terjadi bila ada gangguan pada integritas kornea. Faktor risiko keratitis adalah penggunaan lensa kontak, trauma mata, penggunaan tetes mata yang terkontaminasi, serta kondisi dry eye itu sendiri. Keratitis dapat disertai dengan perubahan pada lapisan kornea yang lebih dalam seperti edema pada stroma, Descemet's fold, dan pembentukan hipopion. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah sekret mata mukopurulen. Pemeriksaan apusan sampel kornea dengan pewarnaan Gram atau KOH dapat mengkonfirmasi ada tidaknya mikroorganisme.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang mudah dilakukan pada praktik klinis adalah tes Schirmer, tear film break-up time, pemeriksaan matrix metalloproteinase-9 (MMP-9), tes ferning, tes osmolaritas air mata, dan pemeriksaan serum biomarker. [3]

Tes Schirmer

Tes Schirmer berguna untuk mengukur sekresi kelenjar lakrimal. Kertas filter khusus diselipkan pada kantung konjungtiva di sepertiga temporal palpebra inferior. Pasien kemudian diminta menutup mata selama 5 menit. Hasil Schirmer ≤10 mm/5 menit menunjukkan adanya kelainan sekresi. [4,11]

Tes Schirmer I dan II tidak menggunakan anestesi topikal. Tes Schirmer I mengukur air mata basal dan dari reflex tearing. Tes Schirmer II dilakukan dengan memberikan iritasi pada mukosa nasal menggunakan ujung kapas. Hasil yang <15 mm setelah 5 menit berkaitan dengan refleks sekresi nasal-lakrimal yang abnormal. Hal ini dapat ditemukan pada kondisi dry eye Sjogren syndrome. [4,9-11]

Tear Film Break-up Time

Pengukuran tear film break-up time (TBUT) dapat memberikan gambaran stabilitas lapisan air mata. Pemeriksaan dilakukan dengan meneteskan fluoresen pada mata kemudian diamati menggunakan filter cobalt blue pada slit lamp. Batas normal TBUT adalah 20-30 detik. Nilai pengukuran ≤10 detik menunjukkan adanya kelainan stabilitas air mata. Pengukuran ini juga dapat dilakukan menggunakan videokeratography tanpa menggunakan fluoresen. [4,9-11]

Tes Matrix Metalloproteinase-9

Matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) yang meningkat pada tes berkaitan dengan dry eye syndrome. Pada dry eye syndrome, terjadi upregulation MMP-9 untuk pemeliharaan epitel. [4,10]

Tes Ferning

Tes ferning merupakan salah satu tes yang tidak invasif serta mudah untuk dilakukan. Tes ini dapat digunakan untuk menilai kualitas serta stabilitas lapisan air mata. Sampel air mata diambil dan diletakkan pada kaca objek, kemudian diamati di bawah mikroskop. Air mata yang normal akan memberikan gambaran kristal berbentuk daun pakis (ferns). Tes ini tidak umum untuk mendiagnosis dry eye syndrome karena keterbatasan penelitian mengenai validitas dan korelasinya dengan gejala dry eye syndrome. [15]

Pemeriksaan Penunjang Lain

Pemeriksaan penunjang lain seperti osmolaritas air mata, interferometri air mata, dan pemeriksaan autoantibodi Sjogren pada serum dilakukan menggunakan alat bantu pemeriksaan yang berbeda-beda. Peningkatan osmolaritas >308 mOsm/L menandakan adanya dry eye syndrome. Pemeriksaan interferometri dapat menentukan kualitas dan ketebalan lapisan lemak air mata. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk dry eye evaporatif misalnya yang disebabkan oleh meibomian gland dysfunction (MGD). [4]

Pasien yang memiliki gejala Sjogren syndrome dengan dry eye syndrome memerlukan pemeriksaan biomarker serologis yakni autoantibodi serum. Deteksi SS-A (anti Ro) dan SS-B (anti La) dapat menegakkan diagnosis Sjogren syndrome. [4,14]

Tabel 1. Derajat Keparahan Dry Eye Syndrome

Gejala dan Hasil Pemeriksaan Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4
Rasa tidak nyaman, tingkat keparahan gejala, frekuensi Ringan dan atau episodik; terjadi bila ada stres dari lingkungan Episodik sedang atau kronis; dengan atau tanpa stres Sering dengan gejala berat atau konstan tanpa stres Berat dan atau sangat mengganggu aktivitas dan konstan
Gejala penglihatan Tidak ada atau kelelahan mata episodik Mengganggu dan atau kadang membatasi aktivitas Mengganggu, kronis, dan atau konstan; membatasi aktivitas Konstan dan atau menimbulkan disabilitas
Injeksi konjungtiva Tidak ada – ringan Tidak ada – ringan +/- ++
Corneal staining Tidak ada – ringan Bervariasi Sentral N/A
Tanda pada kornea/air mata Tidak ada – ringan Debris ringan, penurunan meniskus Peningkatan debris air mata, keratitis filamen, penggumpalan mukus Sama seperti derajat 3, ulserasi
Kelenjar meibom/palpebra MGD +/- MGD +/- MGD + Trikiasis, keratinisasi, simblefaron
Tear film break-up time Bervariasi ≤10 detik ≤5 detik Segera
Skor Schimmer Bervariasi ≤10 mm/5 menit ≤5 mm/5 menit ≤2 mm/5 menit

Referensi

2. Javadi MA, Feizi S. Dry eye syndrome. J Ophthalmic Vis Res. 2011;6(3):192-198.
3. Song P, Xia W, Wang M, Chang X, Wang J, Shuai J, et al. Variations of dry eye disease prevalence by age, sex and geographic characteristics in China: a systematic review and meta-analysis. Journal of Global Health. 2018;8(2):020503.
4. Alshamrani AA, Patel AS, Bustos DE, Stelzner SK, Weissbar SB. Dry eye syndrome. https://eyewiki.aao.org/Dry_Eye_Syndrome
9. Kastelan S, Tomic M, Rabatic JS, Novak B. Diagnostic procedures and management of dry eye. Biomed Research International. 2013;2013:309723.
10. Foster CS. Dry eye disease (keratoconjunctivitis sicca). https://emedicine.medscape.com/article/1210417-overview#a5
11. Messmer EM. The pathophysiology, diagnosis, and treatment of dry eye disease. Dtsch Arztebl Int. 2015;112:71-82. DOI: 10.3238/arztebl.2015.0071.
14. Milner MS, Beckman KA, Luchs JI, Allen QB, Awdeh RM, Berdahl J, et al. Dysfunctional tear syndrome: dry eye disease and associated tear film disorders-new strategies for diagnosis and treatment. Current Opinion in Ophthalmology. 2017;28(1):p1-44.
15. Masmali AM, Purslow C, Murphy PJ. The tear ferning test: a simple clinical technique to evaluate the ocular tear film. Clinical and Experimental Optometry. 2014;9(7):399-406. https://doi.org/10.1111/cxo.12160
16. Sharma RA. Mather R. Five things to know about dry eye disease. CMAJ. 2014;186(14):1090

Epidemiologi Dry Eye Syndrome
Penatalaksanaan Dry Eye Syndrome

Artikel Terkait

  • Migraine dan Risiko Dry Eye Syndrome
    Migraine dan Risiko Dry Eye Syndrome
  • Peraturan 20-20-20 untuk Menjaga Kesehatan Mata
    Peraturan 20-20-20 untuk Menjaga Kesehatan Mata
  • Bukti Ilmiah Pemberian Air Mata Buatan untuk Sindrom Mata Kering
    Bukti Ilmiah Pemberian Air Mata Buatan untuk Sindrom Mata Kering
  • Vitamin D untuk Manajemen Dry Eye Syndrome di Masa Pandemi COVID-19
    Vitamin D untuk Manajemen Dry Eye Syndrome di Masa Pandemi COVID-19
Diskusi Terkait
dr.Nailla Fariq Alfiani
23 Maret 2022
Pasien wanita usia 32 tahun dengan mata berair saat lelah - Mata Ask The Expert
Oleh: dr.Nailla Fariq Alfiani
3 Balasan
Selamat siang Dr. M. Syauqie, Sp. M, izin bertanya: wanita 32 th, pekerjaan admin olshop melakukan pemeriksaan mata, keluhan mata berair kalau lelah. Tidak...
Anonymous
21 Maret 2022
Pasien perempuan usia 26 tahun dengan Kelopak Mata gatal dan kering
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Mohon ijin utk diskusi. Perempuan 26 th, mengeluh gatal dan kering dan perih di area kelopak mata kanan sejak 2 bln. Sekret bening (+). Mata merah (-), tdk...
dr. Ajeng Paramita
08 Oktober 2021
Obat tetes mata yangdijual bebas apakah aman untuk lansia dengan mata kering - Mata Ask The Expert
Oleh: dr. Ajeng Paramita
1 Balasan
Alo dr. Adisti, Sp.M, ijin bertanya pada lansia dengan diagnosa ke arah mata kering/dry eye. Seberapa aman pemberian obat tetes untuk mata kering yang bisa...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.