Diagnosis Servisitis
Diagnosis servisitis dimulai dengan anamnesis berupa keluhan utama keputihan atau perdarahan serta keluhan penyerta seperti nyeri saat buang air kecil atau saat berhubungan intim. Pada pemeriksaan fisik menggunakan spekulum, perlu dilihat ada tidaknya duh tubuh mukopurulen atau berwarna kuning kehijauan. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan swab vagina dan endoserviks yang kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan kalium hidroksida (KOH) atau pewarnaan Gram. Baku emas untuk diagnosis servisitis adalah pemeriksaan kultur tetapi lamanya waktu pemeriksaan membuat pemeriksaan ini hanya disarankan untuk servisitis berulang.
Anamnesis
Pastikan suasana privasi dan empati dengan pasien terjaga dengan baik saat melakukan anamnesis karena penyakit genitalia seperti servisitis merupakan isu yang sensitif bagi pasien. Informasi yang perlu ditanyakan kepada pasien di antaranya:
- Keluhan utama pasien, biasanya pada servisitis pasien mengalami keluhan keputihan abnormal dan perdarahan di luar siklus haid terutama setelah berhubungan intim
- Keluhan penyerta, seperti nyeri saat buang air kecil (dysuria), sering buang air kecil, nyeri perut bawah, nyeri saat berhubungan intim, rasa terbakar pada organ intim, gatal pada organ intim, bau menyengat pada organ intim, nyeri panggul, lesi pada kulit genital
- Riwayat perjalanan penyakit
- Riwayat seksual: status aktivitas seksual, berganti-ganti pasangan atau tidak, penggunaan kondom, kapan hubungan seksual terakhir dilakukan, cara melakukan hubungan seksual
- Riwayat Infeksi Menular Seksual dalam 1 bulan terakhir
- Penggunaan KB (misalnya IUD)
- Paparan zat iritan atau bahan kimia
- Riwayat pengobatan sebelumnya
- Hari terakhir haid dan siklus haid.[9]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dengan menggunakan spekulum. Pemeriksaan fisik harus dilakukan di ruang periksa dengan penerangan yang cukup. Dalam pelaksanaan pemeriksaan fisik, sebaiknya dokter didampingi dengan tenaga kesehatan perempuan lain. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, pasien harus diberikan penjelasan prosedur pemeriksaan dan kesediaannya untuk diperiksa (informed consent). Servisitis dicurigai bila ditemukan serviks yang eritematus, edema, atau mudah berdarah.[9]
Pada pemeriksaan dengan menggunakan spekulum, servisitis yang disebabkan oleh klamidia atau gonorrhea menunjukkan duh endoserviks yang mukopurulen dan mudah berdarah atau disertai dengan ektropion/ektopi. Pada pemeriksaan spekulum terhadap servisitis yang disebabkan oleh infeksi herpes simplex virus (HSV) didapatkan lesi vesikuler, lesi ulseratif dan eritema. Infeksi trikomonas menyebabkan servisitis dengan duh tubuh berwarna kuning kehijauan dan gatal, disertai gambaran khas berupa peteki pada serviks (strawberry cervix).[1]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari servisitis di antaranya adalah:
- Vaginosis bakterialis: pada pemeriksaan fisik ditemukan duh tubuh berwarna keabuan atau kehijauan, berbau amis dengan keluhan vagina yang gatal dan terbakar. Pada pemeriksaan hapusan swab vaginal ditemukan clue cell dan tes Whiff positif
- Kandidiasis vaginalis: keluhan vagina terasa gatal dan panas, pada pemeriksaan penunjang ditemukan hifa
Kanker serviks: Ditandai dengan perdarahan di luar siklus haid, perdarahan setiap setelah berhubungan intim, penurunan berat badan serta gangguan pada buang air kecil dan buang air besar. Pada pemeriksaan fisik ditemukan serviks yang mudah berdarah dan berdungkul-dungkul. Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan sel kanker
- Kista ovarium: Bila kista berukuran besar dapat menyebabkan nyeri pelvis, siklus haid yang tidak teratur, rasa penuh di perut dan infertilitas. Pada pemeriksaan USG ditemukan kista pada ovarium
- Kutil kelamin: Ditemukan adanya kutil kelamin pada pemeriksaan fisik. Kutil kelamin biasanya disebabkan oleh infeksi virus human papillomavirus (HPV)
Pada pasien dengan keluhan nyeri abdomen akut, diagnosis banding nyeri abdomen lainnya harus disingkirkan, seperti endometritis, penyakit radang panggul, infeksi saluran kemih dan sistitis, kehamilan ektopik, dan appendicitis.[1]
Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis servisitis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dari yang paling sederhana seperti pemeriksaan swab endoserviks di bawah mikroskop sampai pemeriksaan rumit seperti polymerase chain reaction (PCR) dan kultur. Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis servisitis adalah:
Swab Vagina dan Endoserviks
Pemeriksaan swab vagina dan endoserviks di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini cukup sederhana dan hanya membutuhkan mikroskop sehingga dapat dilakukan di fasilitas kesehatan primer seperti Puskesmas. Walau demikian, pemeriksaan menggunakan mikroskop ini tidak disarankan karena memiliki hasil negatif palsu yang tinggi.
Servisitis ditandai dengan penemuan > 10 sel darah putih pada swab vagina atau endoserviks.
Pemeriksaan yang spesifik untuk menentukan etiologi servisitis adalah tes KOH atau whiff test, serta pewarnaan Gram. Tes KOH menunjukkan hasil yang positif untuk infeksi trikomonas dan vaginosis bakterialis. Pewarnaan Gram pada servisitis yang disebabkan oleh infeksi Neisseria gonorrhoeae ditandai dengan adanya bentuk diplococcus gram negatif.
Kultur dan Uji Sensitivitas Obat
Pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas antibiotik juga dapat dilakukan. Pemeriksaan kultur merupakan pemeriksaan yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi, tetapi membutuhkan waktu lama dan biaya yang mahal. Pemeriksaan ini disarankan bila ditemukan servisitis infeksius berulang.[1]
Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan serologis untuk mengetahui adanya antibodi terhadap infeksi misalnya Sifilis. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) dan pemeriksaan NAAT (Nucleic acid amplification testing) untuk infeksi klamidia dan gonorrhea. Pemeriksaan ini memiliki tingkat akurasi yang tinggi sehingga disarankan jika kultur tidak dapat dilakukan.[1]