Pendahuluan Endometritis
Endometritis didefinisikan sebagai infeksi pada lapisan endometrium uterus. Infeksi ini dapat meluas hingga melibatkan miometrium dan parametrium. Pasien endometritis umumnya akan mengeluhkan demam dan nyeri abdomen bagian bawah, serta pada kasus postpartum, dapat ditemukan lochia (duh uterus setelah persalinan) yang berbau busuk.[1]
Endometritis paling sering terjadi setelah persalinan, terutama pada operasi sectio caesarea karena bakteri dapat menginvasi saluran genitalia atas. Endometritis yang tidak disebabkan oleh infeksi setelah persalinan digolongkan sebagai penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease / PID). Berdasarkan pedoman terapi penyakit menular seksual dari CDC tahun 2015, yang termasuk PID adalah kombinasi dari endometritis, salpingitis, abses tubo-ovarian dan peritonitis pelvis.[2]
Endometritis umumnya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dengan keluhan utama berupa demam dan nyeri abdomen bagian bawah. Selain itu, juga dapat ditemukan nyeri tekan uterus, nyeri tekan adneksa uterus, dan nyeri goyang uterus.
Endometritis dapat diterapi dengan antibiotik spektrum luas seperti kombinasi gentamicin dan clindamycin. Endometritis yang tidak diterapi dengan adekuat dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis dan bahkan kematian.