Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Trombositopenia general_alomedika 2022-11-21T16:46:06+07:00 2022-11-21T16:46:06+07:00
Trombositopenia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Trombositopenia

Oleh :
dr.Eva Naomi Oretla
Share To Social Media:

Etiologi trombositopenia disebabkan oleh berbagai faktor, seperti reaksi autoantibodi misal pada Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP), reaksi imunitas pada kondisi infeksi misal infeksi demam dengue dan malaria, kondisi sepsis maupun karena dipicu oleh obat-obatan seperti heparin. Supresi sumsum tulang juga dapat menurunkan produksi trombosit misal pada kondisi kanker dan kemoterapi.

Beberapa obat dapat meningkatkan klirens trombosit sehingga menyebabkan trombositopenia seperti thiazide, chloramphenicol, heparin, aspirin, dan ibuprofen. Defisiensi mikronutrien seperti vitamin B12 dan folat juga dapat menimbulkan kondisi trombositopenia.[1,3,4]

Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun dapat menyebabkan kondisi trombositopenia, seperti trombositopenia imun pada penyakit Lupus dan Imune Thrombocytopenic Purpura (ITP), dimana terjadi destruksi trombosit prematur melalui mekanisme autoantibodi.

Antibodi antiplatelet melalui aktivasi limfosit B yang sebagian besar didominasi oleh immunoglobulin G (IgG) berkorelasi terhadap glikoprotein (GP) antigen trombosit seperti kompleks GP IIb/IIIa dan GP Ib/IX akan menyebabkan destruksi trombosit prematur sehingga jumlah trombosit dalam sirkulasi menurun.

Skintigrafi pada kondisi trombositopenia imun menunjukkan bahwa masa keberlangsungan hidup (lifespan) trombosit menurun dari 5 - 7 hari menjadi 1 - 4 jam. Antibodi antiplatelet juga mempengaruhi megakariosit dan menghambat produksi trombosit di sumsum tulang.[4,5,12]

Kondisi Infeksi

Trombositopenia dapat terjadi pada kondisi infeksi virus, bakteri, parasit, dan mikroorganisme lainnya. Kondisi trombositopenia sering dijumpai pada demam dengue (58,71%), mikoplasma, malaria, brucellosis, HIV, hepatitis C, dan COVID-19. Pada kondisi infeksi, produksi trombosit menurun disebabkan oleh adanya mekanisme imunitas tubuh melalui fagositosis trombosit akibat peningkatan dari aktivitas macrophage colony stimulating factor (M-CSF).[3,6,13]

Demam Dengue

Reaksi silang antara antibodi virus dengue, terutama anti antigen non struktural-1 dengue (NS1), dengan sel endotel dan trombosit menyebabkan pelepasan nitric oxide dan apoptosis yang menimbulkan kerusakan sel. Reaksi silang trombosit dan anti NS1 menyebabkan lisisnya trombosit dan inhibisi agregasi trombosit. Reaksi silang tersebut akan mengaktivasi komplemen sehingga jumlah destruksi trombosit meningkat.[40]

Malaria

Trombositopenia merupakan kondisi yang sering terjadi pada malaria terutama yang disebabkan oleh infeksi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Penyebab trombositopenia pada malaria belum diketahui secara pasti, namun beberapa teori menyatakan bahwa sekuestrasi trombosit, peningkatan destruksi trombosit, mekanisme imun, serta stress oksidatif diperkirakan berperan dalam menimbulkan trombositopenia pada malaria.[38]

COVID-19

Beberapa perubahan hematologi umum terjadi pada pasien COVID-19, yang meliputi penurunan jumlah limfosit dan trombosit, namun jumlah leukosit normal. Sebuah penelitian terkontrol di Cina yang melibatkan 1099 pasien dari 31 provinsi dan kota menunjukkan bahwa 82,1% pasien mengalami limfopenia, 36,2% mengalami trombositopenia, dan 33,7% mengalami leukopenia. Kelainan penanda laboratorium ini lebih signifikan pada kasus yang parah. Pada 13 pasien dari 3 rumah sakit di Beijing, sebanyak 72,5% mengalami trombositopenia.[33]

Trombositopenia pada pasien COVID-19 sangat umum, namun sangat sedikit laporan tentang mekanisme trombositopenia. Ada 3 perkiraan mengenai mekanisme terjadinya trombositopenia pada pasien COVID-19, yaitu:

  • Infeksi langsung sel sumsum tulang oleh virus dan penghambatan sintesis trombosit. Setelah infeksi virus, badai sitokin menghancurkan sel-sel progenitor sumsum tulang dan menyebabkan penurunan produksi trombosit. Cedera paru secara tidak langsung mengakibatkan penurunan sintesis trombosit
  • Penghancuran trombosit oleh sistem kekebalan tubuh
  • Agregasi trombosit di paru-paru, menghasilkan mikrotrombus dan konsumsi trombosit

Systemic Inflammation Responses Syndrome dan Sepsis

Kondisi Systemic Inflammation Responses Syndrome (SIRS) dan sepsis dapat menyebabkan trombositopenia melalui peningkatan respon sitokin yang mengakibatkan dominasi interleukin-10 yang memicu pematangan sel B. Kemudian sel B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan IgG.

IgG memiliki sifat opsonin yang efektif, serta berkorelasi dengan sel fagosit, monosit, dan makrofag dalam membentuk ikatan bersamaan dengan reseptor Fc, sehingga menyebabkan kerusakan dinding vaskuler melalui proses ADCC (Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity) yang akan menyebabkan adhesi trombosit ke endotel vaskular.

Respon tubuh terhadap kondisi sepsis adalah dengan menstimulasi limfosit T untuk mengeluarkan substansi dari Th1 yang berfungsi sebagai imunomodulator salah satunya adalah granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) yang akan menimbulkan fagositosis trombosit.[2,4,9]

Sirosis Hepar

Sebesar 70% kasus trombositopenia dapat dijumpai pada penyakit sirosis hepar. Sirosis hepar adalah penyakit inflamasi kronik pada hepatosit, yang merupakan suatu bentuk lanjut dari fibrosis hepar dengan struktur nodul abnormal.

Sirosis hepar merupakan gangguan hepar yang bersifat irreversible dan dapat menyebabkan penurunan sintesis thrombopoietin (TPO) oleh hepatosit. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan megakariopoiesis sehingga produksi trombosit menurun.  Serta sekuestrasi limpa dan peran interferon alfa (IFN α) merupakan mekanisme  lain pada trombositopenia yang diasosiasikan dengan penyakit hepar.[4,9,15]

Kanker

Trombositopenia dapat dijumpai pada pasien kanker, terutama pada fase pengobatan dengan kemoterapi dan pada kanker stadium lanjut. Pada kondisi leukemia yang merupakan penyakit klonal yaitu adanya defek peningkatan imatur sel pada sel limfoid dan sel myeloid, terdapat gejala klinis yang mengindikasikan trombositopenia seperti petechiae, ekimosis dan epistaksis. Trombositopenia pada kondisi leukemia disebabkan oleh infiltrasi sumsum tulang oleh sel kanker leukemia.[4,7,9]

Supresi sumsum tulang (mielosupresi) merupakan efek samping yang umum terjadi pada kemoterapi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia, trombositopenia, dan neutropenia. Beberapa agen kemoterapi dapat menginduksi trombositopenia, seperti thiotepa yang saat ini banyak digunakan karena memiliki efektivitas yang baik pada terapi kanker, namun juga memiliki efek samping utama yaitu mielosupresi.

Sebuah studi penelitian melaporkan bahwa pemberian thiotepa kepada 72 pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi menimbulkan kondisi trombositopenia sebesar 18%. Beberapa agen lain seperti nitrosourea, mitomycin dan 5-fluorouracil juga dapat menghasilkan toksisitas pada sumsum tulang. Kondisi trombositopenia pada pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi maupun terapi radiasi dapat terjadi dalam 7-10 hari setelah kemoterapi dan mengalami pemulihan setelah 2 hingga 3 minggu.[4]

Kehamilan

Sekitar 5-10% wanita hamil mengalami trombositopenia ringan selama kehamilan atau biasa disebut dengan trombositopenia gestasional. Trombositopenia fisiologis ini tidak menunjukkan gejala dan dapat sembuh secara spontan setelah pasien melahirkan dengan tidak disertai risiko perdarahan atau komplikasi janin. Namun, trombositopenia berat yang disertai dengan hipertensi atau defisiensi ginjal dapat menandakan kondisi serius contohnya adalah preeklampsia.[12,16]

Trombositopenia yang Diinduksi oleh Obat-obatan

Trombositopenia yang diinduksi oleh obat-obatan atau drug-induced trombositopenia terjadi melalui mekanisme yang bervariasi. Beberapa obat dapat menyebabkan supresi sumsum tulang maupun supresi megakariosit dan beberapa obat secara langsung mempengaruhi trombosit. Contoh obat-obatan tersebut adalah obat sitostatika misal busulfan, antibiotik misal trimethoprim-sulfamethoxazole, vancomycin, penicillin dan ceftriaxone, diuretik thiazide, OAINS misal ibuprofen, dan heparin.[2,4,8]

Obat-obatan yang digunakan dalam terapi kanker menyebabkan supresi sumsum tulang dan bersifat sitostatik sehingga dapat menimbulkan kondisi trombositopenia dan pansitopenia. Antibiotik golongan penisilin dapat menyebabkan peningkatan klirens trombosit sehingga trombosit lebih cepat keluar dari sirkulasi.

Heparin-induced thrombocytopenia

Heparin-induced thrombocytopenia (HIT) adalah jenis trombositopenia yang diinduksi obat yang paling penting dan paling sering, serta merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa. Hal ini terkait dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan jika tidak dikenali. Heparin-induced thrombocytopenia (HIT) muncul 5 sampai 12 hari setelah paparan heparin, dengan atau tanpa tromboemboli arteri atau vena. Heparin akan membentuk kompleks antibodi heparin platelet faktor 4 atau (HPF-4), yang terbentuk dari granula alfa trombosit dan merupakan protein kationik. Kompleks antibodi akan bekerja secara antagonis terhadap lgG kompleks yang menghubungkan kompleks heparin TF4 dengan membran sel trombosit, membran sel endotel dalam plasma dan akan menyebabkan pelepasan trombosit, trombosis serta penurunan jumlah trombosit.[4,7,8]

Konsumsi Alkohol dan Defisiensi Mikronutrien

Konsumsi alkohol yang berlebihan atau penyalahgunaan alkohol memiliki risiko tinggi untuk mengalami trombositopenia. Konsumsi alkohol > 80 gram per hari dapat memberikan efek langsung pada trombosit dan menyebabkan penurunan jumlah trombosit, gangguan pada fungsi trombosit, dan agregasi trombosit[1,4,9]

Defisiensi mikronutrien seperti vitamin B9 (asam folat) dan vitamin B12 (cyanocobalamin) dapat menyebabkan penurunan megakariosit yang merupakan sel prekursor dari trombosit.[4,9]

Faktor Risiko

Individu tertentu memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami trombositopenia, antara lain:

  • Pasien dengan gangguan autoimun seperti immune thrombocytopenic purpura (ITP)
  • Pasien sirosis hepar
  • Kehamilan (gestasional trombositopenia)
  • Defisiensi mikronutrien; asam folat (vitamin B9) dan cyanocobalamin (vitamin B12)

  • Penderita kanker
  • Pasien yang mengalami SIRS dan sepsis
  • Keadaan infeksi atau trauma yang menimbulkan perdarahan
  • Pasien pasca operasi
  • Penyalahgunaan alkohol atau konsumsi alkohol secara berlebihan

Penggunaan beberapa obat-obatan dapat menginduksi trombositopenia seperti antibiotik trimethoprim-sulfamethoxazole dan penisilin,  heparin, diuretik thiazide, OAINS ibuprofen, dan agen kemoterapi sitostatik busulfan.  Vaksin COVID-19 AstraZeneca juga dapat menginduksi trombositopenia namun merupakan kasus yang jarang.[2,5,6,7,8,9,14,31,32]

Referensi

1. Cooper N, Radia D. Thrombocytopenia, Medicine. 2017:1-4 http://dx.doi.org/10.1016/j.mpmed.2017.01.009
2. Temple R, Burn B. Thrombocytopenia and neutropenia: A structured approach to evaluation. The Journal of Family Practice. 2018;67(7):E1-E8
3. Bayas A, Menacher M, Christ M, et al. Bilateral superior ophthalmic vein thrombosis, ischaemic stroke, and immune thrombocytopenia after ChAdOx1 nCoV-19 vaccination. Lancet 2021; 397:e11.
4. Ali N, Auerbach HE. New-onset acute thrombocytopenia in hospitalized patients: pathophysiology and diagnostic approach. Journal of Community Hospital Internal Medicine Perspectives. 2017;7(3):157-167. https://doi.org/10.1080/20009666.2017.1335156
5. Singh A, Auzun G, Bakchoul T. Primary Immune Thrombocytopenia: Novel Insights into Pathophysiology and Disease Management. J. Clin. Med. 2021;10(789):1-21. DOI: https://doi.org/10.3390/jcm10040789
6. Gebreweld A, Erkihun Y, Feleke D, et al. Thrombocytopenia as a Diagnostic Marker for Malaria in Patients with Acute Febrile Illness. Journal of Tropical Medicine. 2021;0:1-6 DOI: https://doi.org/10.1155/2021/5585272
7. Chaudhary B, Jyothi Y, Rabbani SI. Thrombocytopenia and its causes. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 2016;8(2):184-189
8. Hogan M, Berger JS. Heparin-induced thrombocytopenia (HIT): Review of incidence, diagnosis, and management. Vascular Medicine. 2020;25(2): 160–173 https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1358863X19898253
9. Greenberg EM. Thrombocytopenia. The Art and Science of Infusion Nursing. 2017;40(1):41-50
10. Sari T. Immune Thrombocytopenic Purpura. Sari Pediatri. 2018;20(1):58-64
11. Samson M, Wilcox S, Liu S. Rash and Thrombocytopenia. The Journal of Emergency Medicine. 2018;0:1-4
12. Neunert C, Terrell DR, Arnold DM, et al. American Society of Hematology 2019 guidelines for immune thrombocytopenia. Blood Adv. 2019;3(23):3829-3866. Blood Adv 2020; 4:252.
13. Katiyar V, Khare R. Systemic evaluation of febrile thrombocytopenia. Int J Adv Med.2018;5(1):91-95DOI:http://dx.doi.org/10.18203/2349-3933.ijam20180064
14. Saputera BA, Rodiani, Puspita R. Kehamilan dengan Trombositopenia. Medula. 2018;8(1):94-101
15. Bissonnette J, Valla D, Rautou PE. Managing periprocedural thrombocytopenia in cirrhosis: Aiming for a safety window. Journal of Hepatology. 2014; 61:1199-1201 http://dx.doi.org/10.1016/j.jhep.2014.07.007
16. George G, McIntosh J. Thrombocytopenia in pregnancy. Uptodate. 2021.
Epidemiology and Infection. 2021. https://doi.org/10.1017/S0950268821000236
31. Arnold D, Cuker A. Drug-induced immune thrombocytopenia. Uptodate. 2021.
33. Mithoowani S, Cervi A, Shah N, et al. Management of major bleeds in patients with immune thrombocytopenia. J Thromb Haemost 2020; 18:1783.
38. Siagian LR, Zubaidah M, Rimadani RA. Hubungan Derajat Trombositopenia dengan Malaria Berat pada Pasien Malaria di Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Jurnal Ilmiah Manuntung. 2018;4(2):162-168
39. Sari N W A A, Yasa I W P S. Hubungan Antara Uji Antigen Non Structural (NS1) dengan Kejadian Trombositopenia pada Kasus Demam Dengue (DD)/ Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Ari Canti, Gianyar, Bali Tahun 2016. Jurnal Medika Udayana. 2020; 9(12): 98-102 doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P17
40. Yasa I W P S, Putra G A E T, Rahmawati A. Trombositopenia Pada Demam Berdarah Dengue. Medicina. 2012;43:114-21

Patofisiologi Trombositopenia
Epidemiologi Trombositopenia

Artikel Terkait

  • Profilaksis Malaria
    Profilaksis Malaria
  • Membedakan Infeksi Bakteri dan Virus dengan Tes Host Protein Assay
    Membedakan Infeksi Bakteri dan Virus dengan Tes Host Protein Assay
  • Pencegahan Malaria pada Kehamilan
    Pencegahan Malaria pada Kehamilan
  • Akurasi Pengukuran Suhu Tubuh
    Akurasi Pengukuran Suhu Tubuh
  • Pemeriksaan NS1 vs IgM-IgG untuk Diagnosis Dengue
    Pemeriksaan NS1 vs IgM-IgG untuk Diagnosis Dengue

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
16 hari yang lalu
Hubungan kadar trombosit pada demam dengue dengan menstruasi
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter. Ijin bertanya, jika pasien demam dengue dg awal PLT 115.000 lalu dlm 24 jam turun menjadi 77.000, dan kebetulan pasien sdg menstruasi selaman3...
Anonymous
14 Desember 2022
Kondisi klinis mengarah ke DHF tetapi tidak ada kebocoran plasma
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Selamat malam. izin bertanya dok. jika ada pasien dengan klinis mengarah ke dhf, trombosit 50.000, tapi tidak ada kebocoran plasma. Apakah didiagnosis...
dr. Agung
05 Desember 2022
Hemoglobin tiba-tiba turun drastis pada pasien dengan diagnosis demam dengue
Oleh: dr. Agung
2 Balasan
Alo Dokter, izin konsul, saya dapat pasien hari jumat kemarin anak2 usia 14 tahun, BB 31 kg, dengan keluhan demam tinggi sudah 1 minggu sebelum datang,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.