Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Malaria kirti 2022-11-21T16:54:01+07:00 2022-11-21T16:54:01+07:00
Malaria
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Malaria

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit protozoa Plasmodium. Penyakit infeksi ini memiliki gejala klasik, yaitu demam paroksismal, menggigil, dan diaforesis.

Malaria ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. betina.  Ada 5 jenis spesies Plasmodium yang dapat menimbulkan malaria pada manusia, yakni Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium knowlesi.[1]

shutterstock_1517476502-min (1)

Siklus hidup Plasmodium terbagi 2, yakni di dalam tubuh manusia (aseksual) dan di dalam tubuh nyamuk (seksual). Di dalam tubuh manusia, Plasmodium mengalami siklus eksoeritrositik (asimtomatik) dan siklus eritrositik (simtomatik).

Di dalam sel darah merah, parasit tersebut menggunakan hemoglobin sebagai sumber nutrisinya dan menghasilkan zat sisa heme yang diagregasi oleh parasit menjadi pigmen hemozoin yang tidak larut. Pigmen tersebut menumpuk di berbagai organ seperti otak, hati, dan limpa yang menimbulkan berbagai manifestasi klinis.[2]

Pasien yang terinfeksi malaria menunjukkan gejala setelah beberapa minggu terinfeksi (masa inkubasi tergantung spesies Plasmodium). Gejala malaria adalah demam paroksismal, sakit kepala (ditemukan pada hampir semua pasien malaria), malaise, rasa lelah berlebihan, batuk, nyeri otot dan sendi, penurunan nafsu makan, mual, muntah, serta diare.

Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan anemia, jaundice, dan hepatosplenomegali. Pada kasus malaria berat, manifestasi klinis yang dapat ditemukan adalah malaria serebral (penurunan kesadaran bisa sampai koma), anemia berat, gagal ginjal akut, acute respiratory distress syndrome, dan asidosis metabolik.[3]

Selain berdasarkan gejala klinis, diagnosis malaria selain berdasarkan gejala klinis juga harus didukung oleh hasil pemeriksaan mikroskopik apusan darah tepi. Pemeriksaan rapid diagnostic test (RDT) juga dapat digunakan untuk diagnosis serta umum digunakan untuk skrining dan kebutuhan surveilans.[3]

Pengobatan antimalaria hanya diberikan kepada pasien yang telah terkonfirmasi dari pemeriksaan penunjang malaria. Antimalaria yang digunakan dan tersedia di Indonesia adalah artemisinin combination therapy (ACT). Penggunaan ACT dipilih karena sebagian besar wilayah di Indonesia menunjukkan resistensi terhadap chloroquine.

Pada kasus Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, regimen tersebut ditambah dengan primaquine hingga 14 hari untuk membunuh parasit dengan stadium hipnozoit, sehingga relaps dapat dicegah.[4,5]

Jika tidak disertai komplikasi, prognosis malaria umumnya baik dan sebagian besar pasien mengalami perbaikan klinis dalam waktu 48 jam setelah pemberian antimalaria. Prognosis dapat menjadi buruk apabila terjadi malaria serebral, ARDS, asidosis laktat, gagal ginjal akut, gangguan koagulasi, dan anemia berat.[3,6]

Sebagai upaya pengendalian penyakit ini, Indonesia memiliki Program Eliminasi Malaria yang strateginya menitikberatkan pada penggunaan kelambu, penyemprotan dalam ruangan, serta penemuan kasus aktif dan deteksi dini malaria yang diikuti dengan pengobatan yang tepat hingga tuntas.[7-9]

 

Referensi

1. Centers for Disease Control and Prevention. Malaria. https://www.cdc.gov/dpdx/malaria/index.html
2. Giribaldi G, D'Alessandro S, Prato M, Basilico N. Etiopathogenesis and pathophysiology of malaria. In: In: Prato M. Human and Mosquito Lysozymes. Switzerland:Springer International Publishing; 2015. https://doi.org/10.1007/978-3-319-09432-8_1
3. Herchline TE. Malaria. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/221134-clinical
4. Kemenkes RI. Buku saku tatalaksana kasus malaria. Jakarta: Kemenkes RI; 2020.
5. World Health Organization. Severe malaria. Tropical Medicine and International Health. 2014;19(1):7-131. https://www.who.int/malaria/publications/atoz/who-severe-malaria-tmih-supplement-2014.pdf
6. Padya HP, Bhansali P. Prognostic factors in severe and complicated malaria. Int J Med Sci Public Health. 2016;5(2):298-303.
7. Pusdatin Kementrian Kesehatan RI. Malaria. Jakarta: PUSDATIN; 2016.
8. Kementrian Kesehatan RI. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI; 2011.
9. World Health Organization. World malaria report 2019. Geneva: World Health Organization; 2019.

Patofisiologi Malaria

Artikel Terkait

  • Profilaksis Malaria
    Profilaksis Malaria
  • Pencegahan Transmisi Malaria Falciparum dengan Primakuin
    Pencegahan Transmisi Malaria Falciparum dengan Primakuin
  • Pencegahan Malaria pada Kehamilan
    Pencegahan Malaria pada Kehamilan
  • Penatalaksanaan Malaria Pada Bayi Berat Kurang Dari 5 Kg
    Penatalaksanaan Malaria Pada Bayi Berat Kurang Dari 5 Kg
  • Antibodi Monoklonal Sebagai Upaya Preventif Malaria – Telaah Jurnal Alomedika
    Antibodi Monoklonal Sebagai Upaya Preventif Malaria – Telaah Jurnal Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Agung
05 Desember 2022
Hemoglobin tiba-tiba turun drastis pada pasien dengan diagnosis demam dengue
Oleh: dr. Agung
2 Balasan
Alo Dokter, izin konsul, saya dapat pasien hari jumat kemarin anak2 usia 14 tahun, BB 31 kg, dengan keluhan demam tinggi sudah 1 minggu sebelum datang,...
dr. Reinike Larasati Fajrin
09 Oktober 2022
Pasien dengan malaria dan batuk pilek apakah pengobatan bisa digabung dengan antibiotik
Oleh: dr. Reinike Larasati Fajrin
3 Balasan
Izin bertanya dok, jika ada pasien dengan malaria ditambah batuk pilek sudah 1 minggu dan sekret kehijauan, bisa kah pengobatan malaria ini kita gabung...
Anonymous
13 September 2022
Pasien malaria dan demam tifoid
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Tn. X/34 tahun/LS: pasien datang ke IGD tanggal 10/9/2022 dengan keluhan muntah sejak 1 hari yll didahului oleh nyeri perut dan ulu hati. Sebelumnya sejak...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.