Etiologi Pneumonia Aspirasi
Etiologi pneumonia aspirasi adalah bakteri yang berasal dari bahan aspirat orofaring. Individu dengan penyakit stroke, kejang, atau mengalami cedera otak traumatik lebih berisiko mengalami aspirasi. Pada orang normal, aspirasi dalam jumlah sedikit tidak akan menyebabkan pneumonia. Namun, kondisi saluran napas yang buruk dan aspirasi dalam jumlah banyak akan memicu gejala pneumonia aspirasi.
Bakteri yang telah ditemukan menyebabkan pneumonia aspirasi antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Acinetobacter baumannii.[6,7]
Faktor Risiko
Terganggunya mekanisme protektif dan meningkatnya inokulasi mikroba yang menjadi dasar terjadinya pneumonia aspirasi berkaitan dengan berbagai faktor risiko, utamanya adalah penurunan kesadaran.
Penurunan Kesadaran
Penurunan kesadaran dapat menyebabkan gangguan dari refleks menelan, refleks batuk, serta kemampuan untuk mempertahankan patensi jalan napas. Etiologi penurunan kesadaran di antaranya:
- Sedasi dengan anestesi umum
- Keracunan
- Overdosis obat seperti antidepresan atau opioid
- Cedera otak traumatik
- Kejang
- Stroke
- Konsumsi alkohol[1,2,4,5]
Penyakit Gastrointestinal
Penyakit gastrointestinal seperti gastroesophageal reflux disease, gastroparesis, dan adanya obstruksi pada gastric outlet meningkatkan risiko aspirasi.
Adanya gangguan proses menelan atau disfagia juga dapat meningkatkan risiko aspirasi. Disfagia dapat disebabkan kelainan anatomis, gangguan neurologis, atau pengaruh dari obat-obatan.
Kelainan anatomis maupun motilitas dari esofagus yang dapat meningkatkan risiko aspirasi antara lain akalasia, striktur esofagus, kanker esofagus, dan gangguan motilitas sekunder akibat scleroderma atau poliomyelitis.
Gangguan neurologis yang mengganggu fungsi dari refleks batuk juga berperan dalam pneumonia aspirasi yakni multiple sclerosis, dementia, penyakit Parkinson, dan stroke.[1,2,4,5]
Meningkatnya Inokulasi Mikroba
Selain gangguan dari mekanisme protektif, faktor mikrobiologis juga mempengaruhi terjadinya pneumonia aspirasi. Pada umumnya, bakteri yang didapat pada kavum oris maupun saluran cerna bagian atas bersifat nonvirulen dan dalam jumlah yang tidak dapat menyebabkan proses infeksi.[2]
Adanya penyakit pada gigi seperti karies, sisa dari akar gigi, kerusakan gigi atau penyakit ginggiva dapat menyebabkan peningkatan densitas dan virulensi dari mikroba. Sisa makanan cenderung menempel pada sisa akar gigi dan menimbulkan plak yang tidak mudah dibersihkan hanya dengan berkumur.[2,8,9]
Pada pasien dengan fungsi enteral yang kurang baik, seperti pada pasien dengan kesadaran menurun atau menggunakan selang nasogastrik, proses self-cleaning dari kavum oris tidak bekerja optimal sehingga campuran saliva dan epitel oral tidak mengalami regenerasi. Sekret ini akan menempel pada palatum dan lidah. Pada kondisi seperti ini, bakteri yang tumbuh berbeda dengan pertumbuhan pada kavum oris yang sehat dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi.[5,8,9]
Usia Lanjut
Kejadian pneumonia aspirasi banyak terjadi pada pasien dengan usia lanjut, dimana 80% kasus terkait pada pasien usia di atas 65 tahun.[3,5]
Tindakan Medis
Beberapa tindakan intervensi medis juga dapat meningkatkan risiko pneumonia aspirasi misalnya pemasangan selang nasogastrik, tindakan intubasi endotrakeal, dan endoskopi.[1,2,4,5,10]