Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Pneumonia Aspirasi general_alomedika 2024-07-12T15:33:35+07:00 2024-07-12T15:33:35+07:00
Pneumonia Aspirasi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Pneumonia Aspirasi

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Patofisiologi pneumonia aspirasi pada prinsipnya adalah masuknya sekret orofaring atau cairan maupun makanan dari saluran gastrointestinal atas yang mengandung mikroba dalam jumlah signifikan ke paru-paru. Aspirasi ke dalam bronkus dan alveolus akan memicu reaksi antiinflamasi sehingga terjadi pelepasan sitokin proinflamasi, tumor necrosis factor-alpha, dan interleukin. Proliferasi dan invasi bakteri patogen dari aspirat ke parenkim paru menyebabkan infeksi yang berisiko serius.[1,2,4]

Perkembangan menjadi infeksi tergantung pada mekanisme pertahanan host, virulensi patogen dalam aspirat, dan ukuran inokulum bakteri. Pada individu sehat, mekanisme pertahanan saluran pernapasan seperti refleks faringeal (gag reflex), batuk, pergerakan silier, dan sistem imun dapat mencegah sekret masuk ke paru-paru dan membersihkan material infeksius dari saluran pernapasan bawah. Namun, proses patologi pneumonia aspirasi terjadi ketika mekanisme pertahanan alami ini gagal berfungsi.[1,2,4]

Mekanisme bersihan (clearance) oral, faring, dan gastrointestinal atas menentukan beban infeksi dalam aspirat. Aspirasi material dari kavum oral dalam jumlah sangat sedikit, terutama saat tidur, tidak menyebabkan penyakit yang signifikan pada individu yang sehat karena mekanisme pembersihan oleh mukosiliar dan makrofag alveolus berfungsi dengan baik.[1,3]

Gangguan Menelan

Gangguan menelan berkaitan erat dengan terjadinya aspirasi pada pneumonia aspirasi. Gangguan menelan dapat menyebabkan sekret orofaring teraspirasi ke dalam paru. Pasien dengan gangguan menelan dan inflamasi respiratori akibat aspirasi memiliki peak cough flow (PCF) yang rendah.[1.5]

Pada anak-anak, gangguan menelan dapat menyebabkan tersedak dan pneumonia aspirasi. Aspirasi primer ke dalam saluran pernapasan dan aspirasi retrograde refluks gastro-esofagus dapat menyebabkan penyakit paru pada anak-anak. Aspirasi kronik dapat terabaikan sehingga terjadi penyakit paru progresif.[1,6]

Mekanisme yang terlibat dalam gangguan menelan lebih berat pada pasien usia lanjut. Persepsi sensoris faring untuk menelan dan batuk akan menurun pada usia lanjut. Pada pasien usia lanjut, inhalasi saat menelan dapat terjadi sehingga berisiko aspirasi. Proses penuaan juga berkaitan dengan penurunan massa otot, penurunan produksi saliva, fungsi gigi yang inefektif, penurunan sensasi menghidu dan/atau mengecap, serta perlambatan penutupan laring.[1,2]

Selain itu, pada pasien usia lanjut, fungsi sphincter esofagus atas juga menurun dan terjadi kelemahan otot suprahyoid, sehingga menyisakan residu makanan di faring (tidak masuk ke dalam esofagus atas) yang dapat teraspirasi. Imunitas sistemik dan pulmonal juga menurun seiring pertambahan usia sehingga meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.[1,2]

Secara lebih detail, kemampuan batuk yang inefektif dan gangguan menelan dapat terjadi pada kondisi-kondisi di bawah.[1,5]

Kelainan Neurologi dan Intervensi Iatrogenik Tertentu

Kelainan neurologi ataupun intervensi iatrogenik tertentu seperti toksin botulinum pada otot sternomastoideus dapat menurunkan durasi dan cakupan pembukaan sphincter esofagus atas, sehingga menyebabkan sekresi oral mengumpul.[1,5]

Pada pasien yang mengalami kelainan saraf motorik atas seperti stroke arteri serebri media, kontrol supranuklear halus terhadap pembentukan, kontrol, maupun pergerakan bolus intra-oral terganggu.[1,5]

Distrofi Muskular

Distrofi muskular, terutama otot orofaring, ditandai dengan kelemahan otot tanpa palsy nervus perifer atau sentral. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan menelan. Distrofi muskular yang tersering adalah Duchenne’s muscular dystrophy (DMD).[1,5]

Akalasia

Akalasia merupakan gangguan dismotilitas esofagus yang ditandai dengan kegagalan relaksasi sphincter esofagus bawah dan peristaltik yang inefektif sehingga mengganggu fase esofagus pada mekanisme menelan.[1,5]

Obstruksi Mekanik

Obstruksi mekanik seperti striktur esofagus ringan atau berat dapat menyebabkan gangguan menelan. Esofagitis eosinofilik adalah penyebab ringan kedua tersering pada gangguan menelan yang berkaitan dengan pneumonia aspirasi.[1,5]

Penyebab Lainnya

Kondisi lain yang dapat menyebabkan gangguan menelan adalah kanker esofagus, fistula trakeo-esofagus, atau fistula bronko-esofagus.[1,5]

Inokulasi Patogen

Kavum oral sehat memiliki flora normal yang relatif stabil. Kebersihan oral yang kurang dan penurunan saliva berpengaruh terhadap perubahan spesies bakteri di mulut. Pada pasien yang dirawat di rumah atau rumah sakit, kolonisasi bakteri dapat berkembang di orofaring. Ketika terjadi aspirasi, bakteri masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan infeksi.[1,2]

Virulensi patogen mempengaruhi perkembangan menjadi infeksi paru pada pneumonia aspirasi. Jika virulensi patogen pada aspirat rendah, maka sistem pertahanan saluran respirasi host akan membersihkan sekret dan mencegah infeksi. Namun, pneumonia aspirasi terjadi jika virulensi patogen tinggi dan sistem pertahanan saluran pernapasan host tidak efisien.[1,2]

Munculnya Manifestasi Klinis

Setelah proses inokulasi patogen seperti yang diulas di atas, muncul gejala pneumonia aspirasi yang bersifat akut atau subakut jika virulensi bakteri rendah. Presentasi klinis dan derajat keparahan pneumonia aspirasi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:

  • Virulensi bakteri (besarnya inokulum, resistansi terhadap antibiotik)
  • Kuantitas dan durasi paparan aspirat
  • Mekanisme pertahanan host terhadap aspirat dan respons host terhadap kerusakan yang terjadi 

  • Komorbiditas kronis
  • Risiko aspirasi berulang (>1 kali episode pneumonia), atau mikroaspirasi berulang yang dapat menyebabkan rekurensi pneumonia aspirasi karena kerusakan epitel repetitif meskipun virulensi bakteri rendah
  • Lokasi terjadinya pneumonia aspirasi (komunitas, perawatan di rumah, rumah sakit/nosokomial) yang dapat mempengaruhi etiologi mikrobiologi dan terapi[2,7]

Aspirasi dapat melibatkan saluran pernapasan, paru-paru, atau keduanya. Infeksi paru akibat aspirasi dapat menyebabkan infiltrat paru unilateral atau bilateral yang biasanya dipengaruhi gravitasi. Segmen basal lobus inferior dan lobus medius paru biasanya terdampak jika aspirasi terjadi saat posisi tegak atau setengah duduk. Sementara itu, segmen apikal lobus inferior paru dan segmen posterior lobus superior paru biasanya terdampak jika aspirasi terjadi pada individu yang berbaring terlentang.[3,4,7]

Lobus paru kanan akan lebih sering terdampak daripada lobus paru kiri karena secara anatomi bronkus kanan lebih lebar dan lebih sejajar dengan trakea daripada bronkus kiri, sehingga aspirat akan lebih mudah masuk ke dalam bronkus kanan.[3,4,7]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Vania Azalia Gunawan

Referensi

1. Simpson AJ, Allen JL, Chatwin M, et al. BTS clinical statement on aspiration pneumonia. Thorax. 2023 Feb;78(Suppl 1):s3-s21. https://doi.org/10.1136/thorax-2022-219699
2. Sanivarapu RR, Vaqar S, Gibson J. Aspiration Pneumonia. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2024.
3. Gamache J. Aspiration Pneumonitis and Pneumonia. Medscape. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/296198-overview
4. Almirall J, Boixeda R, de la Torre MC, Torres A. Aspiration pneumonia: A renewed perspective and practical approach. Respir Med. 2021 Aug-Sep;185:106485. doi: 10.1016/j.rmed.2021.106485.
5. Teramoto S. The current definition, epidemiology, animal models and a novel therapeutic strategy for aspiration pneumonia. Respir Investig. 2022 Jan;60(1):45-55. doi: 10.1016/j.resinv.2021.09.012.
6. Mikita CP. Aspiration Syndromes. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/1005303-overview
7. Niederman MS, Cilloniz C. Aspiration pneumonia. Rev Esp Quimioter. 2022 Apr;35 Suppl 1(Suppl 1):73-77. doi: 10.37201/req/s01.17.2022.

Pendahuluan Pneumonia Aspirasi
Etiologi Pneumonia Aspirasi

Artikel Terkait

  • Dexamethasone untuk Mempercepat Waktu Pemulihan Pasien Anak dengan Pneumonia Komunitas
    Dexamethasone untuk Mempercepat Waktu Pemulihan Pasien Anak dengan Pneumonia Komunitas
  • Terapi Antibiotik Jangka Pendek vs Jangka Panjang pada Pneumonia Komunitas
    Terapi Antibiotik Jangka Pendek vs Jangka Panjang pada Pneumonia Komunitas
  • Penggunaan Pedoman WHO 2013 untuk Pneumonia pada Anak
    Penggunaan Pedoman WHO 2013 untuk Pneumonia pada Anak
  • Red Flags Pilek pada Bayi dan Anak
    Red Flags Pilek pada Bayi dan Anak
  • Red Flags Batuk pada Bayi dan Anak
    Red Flags Batuk pada Bayi dan Anak

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibuat 16 April 2025, 09:59
Apakah Vaksin Pneumonia PCV 20 ataupun PCV 13 dapat diberikan pada pasien dengan gambaran rontgen pneumonia tanpa gejala klinis?
Oleh: Anonymous
0 Balasan
Alo dokter. Apakah vaksin pneumonia pcv 20 ataupun pcv 13 bisa diberikan pada pasien dengan gambaran rontgen pneumonia tanpa gejala klinis?
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 06 Januari 2025, 09:40
Wabah virus Human metapneumovirus (HMPV) menjadi perhatian internasional!
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter.Beberapa waktu terakhir, wabah virus Human metapneumovirus (HMPV) yang telah menjadi perhatian internasional dalam . Virus ini menyebar dengan...
dr. Adi Nugraha
Dibalas 03 Januari 2025, 10:39
Susp. Bronkopneumonia dengan leukosit normal
Oleh: dr. Adi Nugraha
2 Balasan
Alo Dokter, ijin diskusi jika dari klinis menunjukkan ke arah BP tapi leukosit normal, kira-kira diagnosis yang tepat apa ya dok? apakah dengan demam dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.