Penatalaksanaan Pneumonia Aspirasi
Penatalaksanaan pneumonia aspirasi terbagi menjadi penatalaksanaan awal, pemberian antibiotik, dan penatalaksanaan lanjutan.
Penatalaksanaan Awal
Penatalaksanaan awal pada pneumonia aspirasi bertujuan mengatasi kegawatdaruratan, meliputi stabilisasi jalan napas, status oksigenasi, dan sirkulasi. Posisi kepala ditinggikan kurang lebih 45 derajat. Bila didapatkan pasien dalam keadaan sadar, kepala dapat dimiringkan ke lateral ketika terjadi muntah agar tidak terjadi aspirasi. Lakukan suction pada saluran napas bagian atas dan kavum oris untuk mengurangi jumlah aspirat yang mungkin terhirup.[1,2,4]
Intubasi dapat dipertimbangkan terutama pada pasien yang tidak mampu mempertahankan patensi jalan napas. Beberapa indikasi dari intubasi di antaranya:
- Instabilitas status oksigenasi
- Instabilitas hemodinamik
- Gangguan kesadaran dan neurologis
- Terdapat peningkatan usaha napas
Impending respiratory failure[1,2,4]
Pemasangan selang nasogastrik dapat dipertimbangkan dengan tujuan dekompresi dari lambung.
Bronkoskopi fleksibel dapat dilakukan jika aspirasi diperkirakan dalam jumlah besar. Tujuan bronkoskopi adalah untuk membersihkan aspirat dan mengambil sampel cairan untuk kultur.[1,2]
Pemberian Antibiotik
Prinsip pemberian antibiotik adalah diberikan lebih awal, secara empiris, dan berspektrum luas. Pemilihan antibiotik empiris ditentukan oleh lokasi terjadinya aspirasi, komunitas atau nosokomial, serta ada tidaknya risiko resistensi. Resistensi antibiotik dicurigai bila didapatkan riwayat penggunaan antibiotik spektrum luas dalam 90 hari terakhir atau riwayat rawat inap selama 5 hari.[2,4,5,9,11]
Pilihan antibiotik untuk pneumonia komuniti adalah:
- Kombinasi golongan beta laktam dengan makrolida
- Pemberian fluoroquinolon seperti levofloxacin dan moxifloxacin
- Antibiotik golongan karbapenem seperti ertapenem
Bila didapatkan alergi golongan penisilin dapat dipertimbangkan pemberian clindamycin.[2,4,5,9,11,12]
Untuk pneumonia nosokomial, pemberian antibiotik yang mampu membunuh bakteri gram negatif seperti Pseudomonas aeruginosa dan Klebsiella pneumonia, serta Staphylococcus aureus resisten metisilin (MRSA) perlu dipertimbangkan. Antibiotik yang paling sering digunakan adalah kombinasi vancomycin dengan piperacillin-tazobactam.[1]
Pemberian antibiotik untuk bakteri anaerobik tidak diberikan secara rutin karena kasusnya cukup jarang. Bila didapatkan risiko aspirasi kronik, kebersihan oral yang buruk, sputum berbau busuk, keterlambatan masuk ke rumah sakit, terdapat penyakit periodontal yang berat, serta didapatkan gambaran necrotizing pneumonia atau abses paru pada CT scan toraks, infeksi bakteri anaerobik perlu dicurigai. Pada kondisi ini, dapat ditambahkan antibiotik clindamycin atau metronidazole.[4,5,11,12]
Tabel 1. Dosis Terapi Antibiotik pada Pneumonia Aspirasi
Antibiotik | Dosis dan Cara Pemberian |
Beta Laktam | |
Amoxicillin-clavulanat | 875mg/125mg 2 kali sehari per oral |
Ampicillin-sulbactam | 1,5-3 gram tiap 6 jam secara intravena |
Piperacillin-tazobactam | 4,5 gram tiap 8 jam piperacillin dan 3,375 gram tiap 6 jam tazobactam secara intravena |
Ceftriaxone | 1-2 gram tiap 24 jam secara intravena |
Cefepime | 2 gram tiap 8 jam secara intravena |
Carbapenem | |
Ertapenem | 1 gram tiap 24 jam secara intravena |
Imipenem | 500 mg tiap 6 jam secara intravena |
Meropenem | 1 gram tiap 8 jam secara intravena |
Fluoroquinolone | |
Levofloxacin | 750 mg tiap 24 jam secara intravena atau oral |
Moxifloxacin | 400 mg tiap 24 jam secara intravena atau oral |
Aminglikosida | |
Gentamicin | 4-6 mg/kg tiap 24 jam secara intravena |
Amikacin | 15 mg/kg tiap 24 jam secara intravena |
Polimiksin | |
Colistin | 9 juta IU terbagi dalam 2-3 dosis secara intravena |
Kondisi khusus | |
Anaerobik | |
Clindamycin | 600 mg tiap 8 jam secara intravena |
Metronidazole | 500 mg tiap 12 jam secara intravena |
Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) | |
Vancomycin | 15 mg/kg tiap 12 jam secara intravena |
Linezolid | 600 mg tiap 12 jam secara intravena |
Pemberian antibiotik empiris diberikan selama 72 jam, kemudian dilakukan evaluasi terkait perbaikan klinis dan pemberian antibiotik definitif sesuai hasil kultur. Bila tidak didapatkan pertumbuhan mikroba pada kultur, pemberian antibiotik dapat dihentikan.[2]
Penatalaksanaan Lanjutan
Bila penyebab pneumonia aspirasi dicurigai adalah bakteri anaerobik, atau bila ada komplikasi seperti empiema dan abses paru, antibiotik dan observasi jangka panjang mungkin diperlukan.
Pemberian antibiotik dapat dilakukan secara rawat jalan dengan indikasi sebagai berikut:
- Adanya perbaikan klinis dan status hemodinamik
- Tidak didapatkan demam
- Adanya perbaikan laboratorium dan tidak ada leukositosis
- Telah terjadi resolusi dari hipoksemia
- Ada perbaikan gambaran radiografi, termasuk penurunan jumlah infiltrat, ukuran dari kavitas, dan tidak ada efusi pleura[4]