Penatalaksanaan Emfisema
Penatalaksanaan emfisema dapat menggunakan terapi farmakologi, non farmakologi, dan operatif jika diperlukan.
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi emfisema dapat menggunakan bronkodilator, kortikosteroid, dan antibiotik.
Bronkodilator
Bronkodilator berfungsi untuk melebarkan bronkus dan bronkiolus. Bronkodilator jenis inhalasi lebih diutamakan. Berikut ini adalah macam-macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik : Ipratropium bromida
- Golongan agonis beta-2 : Fenoterol, Salbutamol, Terbutalin, Prokaterol, Formoterol
- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta-2 : Salbutamol + Ipratropium bromida
- Golongan xantin : Aminofilin, Teofilin, Efedrin HCl [3]
Kortikosteroid
Kortikosteroid berfungsi untuk menekan proses inflamasi yang terjadi di dalam paru-paru dan digunakan apabila terjadi eksaserbasi akut. Kortikosteroid dapat diberikan dalam bentuk oral, injeksi intravena, ataupun inhalasi. Contoh kortikosteroid yang dapat digunakan peroral adalah golongan metilprednisolon atau prednison, sedangkan untuk sediaan inhalasi dapat digunakan budesonide dan flutikason. [10]
Antibiotika
Antibiotik pada pasien dengan emfisema hanya diberikan apabila terdapat infeksi. Antibiotik lini pertama adalah amoxicillin atau makrolida. Sedangkan antibiotik lini kedua adalah amoxicilin klavulanat, sefalosporin, dan kuinolon. [3]
Suportif
Pemberian terapi farmakologis lainya yang dapat dipertimbangkan untuk pasien emfisema adalah mukolitik, antitusif, dan antioksidan. [11]
Terapi Non Farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis yang dapat diberikan adalah oksigenasi dan terapi nutrisi. Pada pasien yang merokok, harus dilakukan terapi untuk berhenti merokok.
Terapi Oksigen
Fungsi dari pemberian oksigen adalah untuk mengurangi sesak, mengurangi hipertensi pulmonal, dan mengurangi vasokonstriksi. Oksigen umumnya diberikan pada penderita emfisema dengan saturasi oksigen <90%. Selain digunakan dalam kondisi akut, oksigen juga dapat dijadikan terapi jangka panjang dengan protokol pemberian selama 15 jam per hari pada pasien dengan kadar PaO2 <55 mmHg atau saturasi oksigen <88%. Target pemberian oksigen adalah hingga saturasi >90%. Namun, harus berhati-hati agar tidak menekan respon hipoksia karena dapat menyebabkan supresi respiratorik, menyebabkan asidosis respiratorik, hingga respiratory arrest. Oksigen dapat diberikan menggunakan nasal kanul, sungkup venturi, sungkup rebreathing, ataupun non rebreathing. [3]
Nutrisi
Pasien dengan emfisema dapat juga mengalami malnutrisi karena peningkatan kebutuhan energi (hipermetabolisme). Hal ini disebabkan oleh peningkatan kerja otot pernapasan karena hipoksemia kronik dan hiperkapnia.
Asupan yang disarankan untuk pasien emfisema adalah yang mengandung komposisi nutrisi seimbang, dapat berupa asupan tinggi lemak dan rendah karbohidrat. [3]
Rehabilitasi
Umumnya dilakukan dengan bantuan fisioterapis. Rehabilitasi dilakukan untuk memperbaiki efisiensi dan kapasitas sistem transpor oksigen. Rehabilitasi yang dilakukan dapat berupa latihan fisik dan latihan untuk meningkatkan kemampuan otot pernapasan.
Selain itu, pada pasien yang merokok, diperlukan edukasi dan program khusus agar pasien dapat berhenti merokok. [1]
Pembedahan
Terapi melalui pembedahan pada penderita emfisema jarang menjadi pilihan utama. Tujuan dari tindakan pembedahan adalah untuk mengurangi gejala dan mengembalikan fungsi paru. Contoh terapi pembedahan yang dapat dilakukan adalah bulektomi, bedah reduksi volume paru (BRVP), endobronchial valve placement menggunakan bronkoskopi, dan transplantasi paru (dilakukan apabila VEP1 <20%). [12-14]