Ciri Pasien PPOK yang Membutuhkan Bulektomi

Oleh :
dr. Qorry Amanda, M.Biomed

Ketentuan ciri pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yang membutuhkan bulektomi sangat penting karena tidak semua pasien dapat/harus dilakukan bulektomi. PPOK merupakan salah satu penyebab umum timbulnya bullae di paru-paru. Meski bulektomi dapat menguntungkan, terdapat juga risiko komplikasi sehingga sangat penting bagi dokter untuk mempertimbangkan manfaat dan kerugiannya.[1-4]

Aspek Pertimbangan Melakukan Bulektomi

Melakukan bulektomi didasarkan pada beberapa aspek, yaitu ukuran bullae, jaringan di sekitar bullae, kondisi klinis pasien, dan ada/tidaknya kontraindikasi.

Ciri Pasien PPOK yang Membutuhkan Bulektomi Sumber: Openi, 2010.

Ukuran Bullae

Bullae yang diindikasikan untuk dilakukan bulektomi adalah bullae yang berukuran besar.  dikatakan berukuran besar bila memiliki diameter hingga 1/3 atau 1/2 hemitoraks. Ukuran bullae menjadi salah satu faktor penting dalam mempertimbangkan bulektomi pada pasien karena bullae yang besar menandakan adanya peningkatan volume dead space fisiologis.[1]

Jaringan di Sekitar Bullae

Bullae yang dianggap berpotensi mengganggu fisiologi pernapasan adalah bullae yang menekan jaringan parenkim paru di sekitarnya. Bullae yang besar juga dapat menekan diafragma sehingga berpengaruh terhadap kontraktilitas diafragma saat melakukan pernapasan. Pengaruh bullae terhadap jaringan di sekitarnya bisa dilihat dari pemeriksaan pencitraan CT Scan.[1]

Kondisi Klinis Pasien

Bullae yang dianggap mengganggu kondisi klinis pasien adalah bullae yang menimbulkan sesak napas berat yang tidak tidak membaik meskipun telah diberi terapi medis agresif.[1]

Kontraindikasi

Beberapa kondisi yang dianggap sebagai kontraindikasi bulektomi adalah adanya kondisi komorbiditas pasien yang signifikan seperti hipertensi pulmonal, bullae berbatas tidak tegas saat dilakukan pemeriksaan pencitraan, serta adanya kebiasaan merokok aktif pada pasien yang memiliki bullae.[1,4]

Manfaat Bulektomi pada Pasien PPOK

Bulektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Reseksi bullae yang besar akan dapat membuat paru-paru bisa berekspansi kembali sehingga mengurangi dead space paru.

Pada umumnya, terjadi perbaikan hasil spirometri pada forced expiratory volume 1 (FEV1), FEV1/forced vital capacity (FVC), kapasitas difusi, serta penurunan volume paru-paru dalam periode awal pascaoperasi. Namun, data yang tersedia mengenai luaran bulektomi hanya berasal dari laporan kasus atau case series karena belum pernah ada penelitian uji acak terkontrol yang menguji efektivitas bulektomi.[1,5]

Risiko Bulektomi pada Pasien PPOK

Risiko komplikasi yang mungkin dapat terjadi setelah dilakukan bulektomi adalah potensi kebocoran udara/air leak, pneumothorax, pneumonia, atrial fibrilasi, dan kebutuhan ventilasi pascaoperatif.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi adalah melakukan ekstubasi awal, mempertahankan volume tidal intraoperatif supaya tetap rendah, melakukan resusitasi cairan intraoperatif secara minimal agar tidak terjadi edema dan hipoksemia, serta dilakukan pulmonary toileting.[1,4]

Kesimpulan

Bulektomi adalah pilihan tindakan operatif yang berpotensi dapat memberikan manfaat positif pada pasien PPOK dengan bullae paru-paru yang signifikan. Seleksi pasien yang hati-hati berdasarkan ukuran bullae, jaringan di sekitar bullae dan kondisi klinis pasien penting dilakukan.

Meski terdapat risiko komplikasi, bulektomi dapat memberikan hasil yang baik berupa perbaikan parameter fisiologi paru-paru. Namun, data yang digunakan saat ini didasarkan pada laporan kasus. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas secara menyeluruh.

Referensi