Patofisiologi Emfisema
Patofisiologi emfisema dapat diawali dengan paparan zat yang memicu respon inflamasi, ataupun defisiensi antitripsin alfa 1.
Paparan Zat Berbahaya
Paparan zat berbahaya atau asap rokok dalam jangka panjang akan memicu respon inflamasi oleh sel-sel imun inflamatorik seperti sel polimorfonuklear, eosinofil, makrofag, limfosit CD4+ dan limfosit CD8+.
Makrofag akan teraktivasi dan melepaskan faktor kemotaktik neutrofil seperti leukotrien B4 dan IL-8 (Interleukin 8). Pada saat neutrofil-neutrofil direkrut, maka secara bersama-sama dengan makrofag akan menghasilkan enzim proteolitik seperti metalloproteinases matrix (MMPs), protease-protease lainnya, dan hidrogen peroksida yang berperan dalam penghancuran lapisan epitel paru dan menyebabkan hipersekresi mukus. Derivat neutrofil protease (elastase dan protease) bertindak melawan elastin dan merusak jaringan ikat pada parenkim paru. Padahal, elastin merupakan suatu komponen penting pada matriks ekstraseluler yang digunakan untuk mempertahankan integritas parenkim paru dan saluran napas. Ketidakseimbangan elastase akan merusak paru dan menyebabkan pelebaran dari alveoli. Hal ini mengakibatkan pertukaran gas di alveoli terganggu. [5]
Defisiensi Antitripsin Alfa-1
Pada pasien dengan defisiensi antitripsin alfa-1, patofisiologi emfisema sedikit berbeda. Antitripsin alfa-1 adalah sebuah glikoprotein yang masuk ke dalam kelompok inhibitor serin protease yang disintesis di dalam hati dan disekresi ke dalam peredaran darah. Diduga Antitripsin alfa-1 juga dihasilkan di parenkim paru. Fungsi dari antitripsin alfa-1 adalah untuk menetralisir elastase neutrofil di dalam jaringan interstisial paru dan menginhibisi tripsinisasi untuk melindungi parenkim paru dari proses elastolitik. Sehingga pada penderita dengan defisiensi antitripsin alfa-1, elastase neutrofil akan merusak jaringan ikat paru yang pada akhirnya menyebabkan emfisema. [6]
Akibat Rusaknya Parenkim Paru
Kerusakan parenkim paru yang ditandai dengan menghilangnya elastisitas alveoli menyebabkan udara terperangkap di dalam paru dan sulit untuk dikeluarkan. Hal ini menyebabkan paru-paru tidak dapat melakukan ekspirasi dengan efektif, dan menampung udara lebih banyak sehingga terjadi hiperinflasi paru. [5]
Emfisema Berdasarkan Lokasi Kerusakan
Emfisema paru dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan lokasi kerusakan yang terjadi.
- Asinar proksimal (sentrilobuler) : merupakan jenis yang paling sering terjadi dan berhubungan erat dengan riwayat merokok atau inhalasi zat berbahaya. Sesuai dengan namanya, kerusakan yang terjadi umumnya meliputi bagian proksimal dari bronkiolus dengan destruksi fokal dan sering ditemukan pada bagian atas paru.
- Panasinar : merupakan jenis yang paling sering terjadi pada penderita dengan defisiensi antitripsin alfa-1. Kerusakan terjadi pada hampir seluruh bagian alveoli.
- Asinar distal (paraseptal) : jenis ini dapat muncul sendiri atau berhubungan dengan 2 kondisi lainnya (asinar proksimal dan panasinar). Apabila muncul sendiri umumnya berhubungan dengan pneumotoraks spontan (akibat pecahnya bullae) pada dewasa muda. Lokasi kerusakan terbatas pada septa dari paru-paru atau pleura. [7]