Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Refeeding Syndrome general_alomedika 2022-02-15T14:22:07+07:00 2022-02-15T14:22:07+07:00
Refeeding Syndrome
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Refeeding Syndrome

Oleh :
dr. Virly Isella
Share To Social Media:

Diagnosis refeeding syndrome atau RFS dapat ditegakkan dengan pemeriksaan kadar elektrolit dan thiamine dalam serum. Hipofosfatemia merupakan temuan yang paling umum. Namun, gangguan lain berupa hipokalemia, hipomagnesemia, dan defisiensi thiamine juga dapat ditemukan.

RFS sering terjadi pada pasien malnutrisi, pasien gagal tumbuh, dan pasien anoreksia nervosa. Manifestasi klinis RFS bervariasi tergantung pada gangguan elektrolit yang mendasari. Gangguan elektrolit terutama terjadi pada 2–3 hari pertama hingga 7–10 hari setelah inisiasi pemberian nutrisi.

Kriteria diagnosis refeeding syndrome oleh American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) adalah adanya penurunan pada ≥1 kadar fosfat, kalium, dan/atau magnesium yang muncul dalam waktu 5 hari setelah inisiasi pemberian nutrisi atau setelah nutrisi diberikan dalam jumlah yang besar.[1]

Anamnesis

Pada anamnesis, gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi tergantung pada kelainan elektrolit yang mendasari. Contohnya adalah gejala yang terkait hipofosfatemia, gejala yang terkait hipokalemia dan hipomagnesemia, atau gejala terkait defisiensi thiamine.

Hipofosfatemia

Hipofosfatemia merupakan manifestasi klinis yang paling sering. Deplesi kadar fosfat dapat berdampak pada berbagai organ. Pada jantung, hipofosfatemia menyebabkan gangguan kontraktilitas jantung, sehingga pasien bisa mengalami kematian mendadak, aritmia, dan hipotensi yang ditandai gejala prekursor mual.

Pada pernapasan, hipofosfatemia menyebabkan disfungsi otot pernapasan, sehingga pasien mungkin mengalami depresi otot pernapasan, sesak, serta gagal napas.[1,2]

Manifestasi muskuloskeletal dapat berupa kelemahan, nyeri otot, dan rhabdomyolysis. Penurunan kadar fosfat pada sistem saraf dapat menyebabkan kebingungan, delirium, paresthesia, paralisis, halusinasi, kejang, dan koma.[1,2]

Hipokalemia

Manifestasi klinis hipokalemia dapat berupa aritmia, kegagalan napas, kelemahan, rhabdomyolysis, nekrosis otot, mual, muntah, konstipasi, paralisis, dan kematian.[1,2]

Hipomagnesemia

Hipomagnesemia dapat menyebabkan gangguan irama jantung, kelemahan, mual, muntah, diare, konstipasi, tremor, tetani, kejang, gangguan status mental, hipokalemia refrakter, hipokalsemia, koma, dan kematian.[1,2]

Defisiensi Thiamine

Defisiensi thiamine dapat menyebabkan ensefalopati, asidosis laktat, dan kematian. Manifestasi klinis awal adalah anoreksia, iritabilitas, dan gangguan memori jangka pendek, yang bisa berlanjut dengan gejala neuropati perifer (kehilangan sensasi pada ekstremitas), gagal jantung (edema pada tangan dan kaki, sesak, nyeri dada), vertigo, pandangan ganda, nystagmus, dementia, Wernicke’s syndrome, Korsakoff psychosis, dan beriberi.[1,2,10]

Kelebihan Cairan

Cairan berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan gagal jantung. Pada anamnesis dapat ditemukan gejala yang mengarah ke gagal jantung, seperti edema ekstremitas, sesak, dan nyeri dada.[2]

Hiperglikemia

Pasien dengan hiperglikemia dapat mengalami gagal napas, mual, muntah, konstipasi, paralisis, infeksi, rhabdomyolysis, dan nekrosis otot.[2]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, dokter umumnya tidak menemukan tanda spesifik. Manifestasi klinis akan tergantung pada kelainan elektrolit yang dialami.

Hipofosfatemia

Pada jantung, hipofosfatemia dapat menyebabkan aritmia, bradikardia, takikardia, gagal jantung, hipotensi, dan syok. Pada pernapasan, hipofosfatemia menyebabkan disfungsi otot pernapasan, sehingga pasien mungkin mengalami depresi otot pernapasan, sesak, takipneu, dan gagal napas.[1-3]

Manifestasi muskuloskeletal dapat berupa kelemahan, nyeri otot, dan rhabdomyolysis. Penurunan kadar fosfat pada sistem saraf bisa menyebabkan paresthesia, paralisis, kejang, dan koma.[1,2]

Hipokalemia

Manifestasi klinis hipokalemia bisa meliputi gangguan irama jantung, gagal pernapasan, kelemahan, rhabdomyolysis, nekrosis otot, paralisis, dan kematian.[1,2]

Hipomagnesemia

Hipomagnesemia dapat menyebabkan gangguan irama jantung, kelemahan, tremor, tetani, kejang, gangguan status mental, koma, dan kematian.[1,2]

Defisiensi Thiamine

Defisiensi thiamine dengan neuropati perifer ditandai oleh perubahan sensorik dan motorik serta kehilangan refleks. Pada sistem kardiovaskular, takikardia, edema perifer, dan gagal jantung mungkin ditemukan. Pasien dengan ensefalopati Wernicke’s bisa menunjukkan nystagmus, ophthalmoplegia, kebingungan, dan ataksia.[10]

Hiperglikemia

Pasien dengan hiperglikemia dapat mengalami gagal napas, paralisis, rhabdomyolysis, dan nekrosis otot.[2]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding RFS sangat luas. Perhatikan kondisi lain yang juga menyebabkan gangguan elektrolit, seperti penggunaan diuretik, overload cairan, diare profus, muntah, sindrom Fanconi, dan sindrom Cushing.[3,11]

Sindrom Cushing

Sindrom Cushing dapat menyebabkan gangguan elektrolit berupa hipokalemia dan hipofosfatemia. Sindrom ini disebabkan oleh paparan kortisol endogen atau eksogen dalam jumlah tinggi.

Manifestasi klinis dapat berupa buffalo hump (deposit lemak yang ditemukan pada bagian atas punggung, di antara kedua bahu) dan moon facies (deposit lemak pada sisi lateral wajah, yang menyebabkan daun telinga tidak terlihat dari sisi frontal).

Selain itu, manifestasi klinis juga dapat berupa perubahan mood, depresi, infertilitas, hiperhidrosis, hirsutisme, hilangnya pandangan biparietal akibat pituitari adenoma, osteopenia berat, fraktur, striae abdomen, disfungsi ereksi, dan hilangnya libido.[11,12]

Sindrom Fanconi

Sindrom Fanconi dapat menyebabkan hipokalemia dan hipofosfatemia. Sindrom ini disebabkan oleh defek tubulus proksimal renalis yang mengganggu absorpsi elektrolit dan substansi lain di bagian tersebut. Pada pemeriksaan urine, ditemukan peningkatan ekskresi fraksional asam urat dan glukosa.[11,13]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar elektrolit seperti fosfat, kalium, dan magnesium, serta pemeriksaan kadar thiamine.

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar fosfat, kalium, dan magnesium serum, refeeding syndrome dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

  • Ringan: ada penurunan kadar 1, 2, atau 3 elektrolit tersebut sebesar 10–20%
  • Sedang: ada penurunan kadar 1, 2, atau 3 elektrolit tersebut sebesar 20–30%
  • Berat: ada penurunan kadar 1, 2, atau 3 elektrolit tersebut >30% dan/atau ada disfungsi organ akibat penurunan elektrolit tersebut dan/atau defisiensi thiamine

Hipofosfatemia merupakan manifestasi klinis yang paling sering. Namun, hipokalemia, hipomagnesemia, dan defisiensi thiamine juga sering ditemukan. Hipofosfatemia bisa menyebabkan hemolisis, trombositopenia, dan disfungsi leukosit. Selain itu, kekurangan fosfat juga dapat menyebabkan asidosis metabolik dan hipoksia jaringan.[1-3]

Referensi

1. Da Silva JS, Seres DS, Sabino K, et al. ASPEN Consensus Recommendations for Refeeding Syndrome. American Society for Parenteral and Enteral Nutrition. Nutrition in Clinical Practice. 2020;35(2):178-195.
2. Pulcini CD, Zettle S, Srinath A. Refeeding Syndrome. American Academy of Pediatrics. Pediatrics in Review. 2016;37(12):516–523. https://doi.org/10.1542/pir.2015-0152
3. Persaud-Sharma D, Saha S. Refeeding Syndrome. StatPearls. 2020.
10. Wiley KD, Gupta M. Vitamin B1 Thiamine Deficiency. StatPearls. 2021.
11. Marino LV, Chaparro CJ, Moullet C. Refeeding Syndrome and Other Related Issues in the Pediatric Intensive Care Unit. Pediatric Medicine. 2020;3.
12. Chaudhry H, Singh G. Cushing Syndrome. StatPearls. 2021.
13. Keefe P, Bokhari SRA. Fanconi Syndrome. StatPearls. 2021.

Epidemiologi Refeeding Syndrome
Penatalaksanaan Refeeding Syndrome
Diskusi Terbaru
Anonymous
Kemarin, 22:20
Benjolan kecil di kulit
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alodok, pasien anak perempuan berusia 3 th. Ibunya mengeluh anaknya memiliki bintik kecil yg menonjol di pipi sejak bayi. Sampai saat ini tidak menghilang...
dr. Gabriela Widjaja
2 hari yang lalu
Penggunaan Epinefrin dengan Anestesi Lokal di Jari Tangan dan Kaki Aman - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela Widjaja
1 Balasan
ALO Dokter!Penggunaan epinefrin sebagai tambahan anestesi lokal dulunya didogma berbahaya karena dianggap bisa menyebabkan nekrosis akibat vasokonstriksi....
Anonymous
2 hari yang lalu
Vitamin A diberikan sampai anak umur berapa
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok untuk pemberian vitamin A yg rutin di bulan Febuari dan Agustus itu rutin diberikan sampai anak umur berapa? apa cukup di 1 tahun pertama saja atau harus...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.