Mengejar Ketertinggalan Tumbuh Kembang Bayi dengan Formula Tinggi Kalori

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha

Salah satu solusi untuk mengejar ketertinggalan tumbuh kembang pada bayi, yang merupakan salah satu dampak dari malnutrisi, adalah dengan memberikan formula tinggi kalori.

Secara global, sekitar 165 juta anak di bawah 5 tahun mengalami kekurangan nutrisi. Pada tahun 2018, 3 dari 10 anak Indonesia yang berusia di bawah 5 tahun mengalami stunting, yaitu gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang diakibatkan oleh malnutrisi (gizi buruk), infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang inadekuat.  Oleh karena itu, diperlukan cara yang efektif untuk mengejar ketertinggalan tumbuh kembang khususnya pada 2 tahun pertama kehidupan. Salah satu solusi untuk mengejar ketertinggalan itu adalah dengan pemberian formula tinggi kalori. Dengan demikian, diharapkan malnutrisi dapat teratasi sehingga tumbuh kembang anak tetap optimal.[1,2]

Sumber Gambar: Myupchar, Wikimedia Commons, 2019. Sumber Gambar: Myupchar, Wikimedia Commons, 2019.

Tumbuh Kembang Bayi Normal

Tumbuh, atau pertumbuhan, merupakan parameter bertambahnya ukuran fisik seorang bayi, yang dapat dilihat melalui status gizi (berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala). Kembang, atau perkembangan, merupakan bertambahnya kemampuan kecerdasan dan fungsi tubuh, seperti duduk, berjalan, dan berbicara (milestone). Dokter bersama dengan orang tua perlu melakukan evaluasi berkala dengan skrining pertumbuhan dan perkembangan anak.[3,4]

Skrining pertumbuhan dilakukan dengan menimbang berat badan, mengukur tinggi, dan mengukur lingkar kepala. Hasil pengukuran diplot ke kurva pertumbuhan WHO. Sedangkan skrining perkembangan dilakukan dengan pengamatan langsung pada bayi/anak dan disesuaikan dengan kuesioner perkembangan (milestone) motorik kasar, motorik halus, kemampuan bahasa/bicara, dan sosial.[3,4]

Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Bayi

Pertumbuhan yang baik merupakan tanda dari kesehatan yang baik. Oleh karena itu, evaluasi gangguan pertumbuhan sangat penting untuk kesehatan bayi/anak. Pengukuran terhadap tinggi dan berat anak merupakan indikator terbaik untuk menilai kesehatan anak. Pertumbuhan dapat dikatakan normal apabila grafik pertumbuhan sejalan atau di atas garis pertumbuhan standar deviasi 0 pada kurva pertumbuhan WHO.[5]

Ketika pertumbuhan bergerak lambat, statis, atau menurun melewati garis isobar, meskipun masih di dalam range normal chart pertumbuhan, perlu dilakukan evaluasi penyebabnya. Deselerasi pertumbuhan merupakan kecepatan pertumbuhan di bawah  persentil ke-5 untuk usia dan jenis kelamin, atau tinggi badan maupun berat badan yang turun melewati dua persentil atau lebih pada kurva pertumbuhan WHO.[5]

Terdapat beberapa kondisi ketertinggalan pertumbuhan yang dapat dialami bayi, yaitu stunting dan faltering growth. Stunting merupakan kondisi gangguan pertumbuhan dan perkembangan dengan tinggi badan (TB) menurut usia di bawah -2 standar deviasi (SD) kurva pertumbuhan WHO. Faltering growth merupakan malnutrisi akut, yaitu adanya penurunan berat badan dengan cepat atau pertambahan berat badan yang gagal.[1]

Red Flags Gangguan Perkembangan Bayi

Pemeriksaan gangguan perkembangan bayi perlu dievaluasi secara rutin baik oleh orang tua maupun dokter. Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan generalis dan sistemik, pemeriksaan visual dan pendengaran, serta pemeriksaan darah apabila diperlukan. Gangguan perkembangan bayi terjadi apabila seorang bayi tidak mencapai milestone yang seharusnya pada usianya. Derajat gangguan perkembangan dibagi menjadi tiga, yaitu ringan (usia fungsional <33% di bawah usia kronologis), sedang (usia fungsional 34-66% di bawah usia kronologis), dan berat (usia fungsional <66% dari usia kronologis).[6,7]

Keterlambatan perkembangan dapat terjadi pada satu domain saja atau lebih. Berbagai penyebab dan penyakit dapat menjadi etiologi dari gangguan perkembangan bayi. Oleh karena itu, dokter dan orang tua perlu mengetahui red flags gangguan perkembangan dan kapan intervensi nutrisi perlu segera dilakukan.[6,7]

Red flags yang perlu diperhatikan oleh orang tua dan dokter untuk ditindak lebih lanjut, adalah:

  1. Regresi perkembangan, yaitu perkembangan bayi menjadi mundur satu aspek atau lebih dalam perkembangannya
  2. Prematuritas: pada bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan 28 minggu atau berat badan di bawah 1500 gram sebaiknya segera dikonsultasikan ke dokter spesialis anak
  3. Kondisi dengan risiko tinggi keterlambatan perkembangan: abnormalitas kromosom, gangguan penglihatan atau pendengaran, dismorfisme, atau didapatkan adanya abnormalitas pada pemeriksaan neurologis
  4. Pasien dicurigai autism spectrum disorder

  5. Adanya hasil skrining perkembangan (KSSP) yang tidak sesuai.[7]

Mengejar Ketertinggalan Tumbuh Kembang Bayi dengan Formula Bayi Tinggi Kalori

Manajemen nutrisi yang tepat pada bayi sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak dan organ-organ tubuh bayi. Kebutuhan akan cairan, kalori, protein, dan lemak serta pemantauan status metabolik pasien diperlukan khususnya pada bayi dengan malnutrisi untuk dapat mengejar ketertinggalan tumbuh kembangnya.[5]

Bagi bayi yang masih menyusu, sebaiknya berikan ASI lebih sering. Dokter juga dapat melakukan edukasi mengenai pemberian ASI dan perlekatan antara ibu-bayi. Selain itu, dapat dilakukan intervensi berupa formula tinggi kalori agar ketertinggalan pertumbuhan dapat dikejar.

Formula tinggi kalori merupakan faktor penting dalam manajemen malnutrisi. Kebutuhan nutrisi dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan kebutuhan catch up pertumbuhan, yaitu kebutuhan kalori sesuai usia (kcal/kg/d) x berat badan ideal untuk usia (kg) / berat badan aktual (kg)].[5]

Formula tinggi kalori dapat berguna untuk meningkatkan intake makanan dan status nutrisi terutama pada anak dengan malnutrisi. Sebuah studi acak klinis oleh Devaera et al. menyatakan bahwa formula tinggi kalori, baik 1,5 kcal maupun 1 kcal, sama-sama efektif dalam mengatasi malnutrisi derajat ringan-berat dan anak dengan malnutrisi yang lebih ringan dapat mengejar berat badan dalam waktu 2 minggu intervensi. Formula tinggi kalori ini juga dapat ditoleransi dengan baik dan tidak menghasilkan efek samping yang bermakna, seperti gangguan gastrointestinal dan perubahan konsistensi feses.[8]

Sebuah studi acak lain, yang dilakukan oleh Evans et al. meneliti tentang densitas energi formula isokalori nokturnal dalam pengaruhnya terhadap intake nutrisi harian anak. Studi ini menunjukkan bahwa formula tinggi kalori dengan 1 kcal/mL, yang diberikan pada malam hari selama jangka panjang (6 minggu) menghasilkan peningkatan intake energi, protein, lemak, dan karbohidrat dari makanan sebesar 20-30% lebih besar daripada yang dihasilkan oleh formula tinggi kalori dengan 1,5 kcal/mL. Anak-anak menunjukkan penambahan berat badan (median = 0,4 kg), BMI (median = 0,8 kg/m2), tinggi (median = 10 mm), dan lingkar lengan atas (median = 4 mm) setelah 6 minggu intervensi. Formula tinggi kalori, baik 1 kcal/mL maupun 1,5 kcal/mL, dapat ditoleransi dengan baik.[9]

Kesimpulan

Malnutrisi pada bayi/anak yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan ketertinggalan tumbuh kembang, seperti stunting dan faltering growth. Oleh karena itu, tumbuh kembang bayi harus dievaluasi berkala baik oleh orang tua maupun dokter. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang dapat dilihat berdasarkan penyimpangan pada data antropometri dan milestone sesuai dengan usia anak. Salah satu penatalaksanaan malnutrisi adalah manajemen nutrisi dengan pemberian formula bayi tinggi kalori. Pada hasil studi, didapatkan formula tinggi kalori, baik 1,5 kcal maupun 1 kcal, sama-sama efektif dalam mengatasi malnutrisi derajat ringan-berat dan anak dapat mengejar berat badan.

Referensi