Pendahuluan Infertilitas Pria
Sekitar 50% kasus infertilitas memiliki keterlibatan infertilitas pria. Infertilitas pria sekitar 30% bersifat idiopatik.
Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama 12 bulan atau lebih [1]. Terdapat sekitar 50% kasus infertilitas yang disertai adanya peran infertilitas pria, yang dibuktikan dengan adanya kelainan dari pemeriksaan semen [2]. Secara umum, infertilitas pria dapat disebabkan oleh patologi langsung pada testis, hipogonadisme, penyakit sistemik, gangguan ereksi dan ejakulasi, serta obstruksi saluran sperma. Meskipun ada banyak kondisi medis yang telah diketahui berhubungan dengan infertilitas pria, pada 30% kasus, penyebab infertilitas tidak ditemukan (infertilitas pria idiopatik)[2].
Infertilitas merupakan kondisi yang membebani secara fisik dan mental, khususnya untuk pasien yang mengalaminya. Oleh sebab itu, seorang dokter harus mampu menyamakan persepsi dengan pasien tentang tujuan evaluasi klinis infertilitas pada pria sejak tatap muka pertama dengan pasien. Tujuan utama evaluasi klinis infertilitas pada pria adalah untuk mengidentifikasi kondisi dasar penyebab infertilitas yang mungkin dapat diobati dan berpotensi mengembalikan kesuburan, mengenali kondisi yang sifatnya ireversibel yang masih mungkin ditangani dengan teknik reproduksi berbantu (TRB) baik bayi tabung maupun inseminasi buatan, mendiagnosis kondisi patologis yang signifikan dalam menyebabkan infertilitas pria, dan penyebab genetik yang berpotensi menimbulkan dampak medis terhadap pasien dan keturunannya.
Untuk menegakkan diagnosis infertilitas pria, penggalian informasi bermula dari anamnesis yang teliti. Komponen anamnesis yang penting dan membantu mencapai tujuan evaluasi klinis infertilitas antara lain riwayat reproduksi, riwayat penyakit umum, riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat pembedahan, gaya hidup, serta paparan terhadap senyawa yang mengganggu fungsi sperma. Informasi dari anamnesis kemudian digunakan untuk melakukan pemeriksaan fisis yang terarah dan merencanakan pemeriksaan laboratorium analisis semen awal. Hasil analisis semen sangat membantu dalam mempersempit diagnosis banding infertilitas serta menentukan langkah terapi lanjutan.