Diagnosis Luka Bakar Pada Anak
Diagnosis luka bakar pada anak merupakan kondisi darurat, primary survey adalah pemeriksaan fisik yang terdiri dari pemeriksaan airway, breathing, circulation, kemudian penilaian luas dan kedalaman luka bakar. Sementara anamnesis sebagai secondary survey dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait proses terjadinya luka bakar.
Anamnesis
Pada keadaan gawat darurat, anamnesis dilakukan pada secondary survey. Pada prinsipnya anamnesis dilakukan bila kondisi-kondisi yang mengancam nyawa telah diidentifikasi dan diatasi. Data penting yang perlu didapatkan dari anamnesis adalah informasi terkait proses terjadinya cedera. Informasi ini meliputi waktu terjadinya cedera, etiologi dan mekanisme terjadinya cedera, lama kontak dengan sumber cedera, kemungkinan adanya cedera lain (cedera akibat jatuh dari ketinggian, trauma kepala dan servikal, trauma tumpul abdomen), pertolongan pertama yang telah diberikan. [1,6]
Selain itu perlu juga ditanyakan hal-hal penting terkait riwayat medis pasien (alergi, riwayat penyakit dan pengobatan rutin). Riwayat waktu makan terakhir juga dapat ditanyakan untuk menilai risiko aspirasi pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran serta untuk merencanakan tindakan operasi yang memerlukan pembiusan. Hal lain yang dapat digali pada anamnesis adalah kemungkinan adanya luka bakar non-accidental pada anak-anak. [1,6]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien anak dengan luka bakar harus dilakukan secara bertahap dan teliti. Pemeriksaan meliputi primary survey, lalu dilanjutkan dengan menghitung luas dan kedalaman area luka bakar.
Primary Survey
Pemeriksaan fisik primary survey, atau tindakan pertama yang harus dilakukan saat menerima pasien luka bakar di unit gawat darurat, adalah pemeriksaan jalan napas untuk mencari tanda-tanda atau ancaman obstruksi. Selain itu, kemungkinan adanya cedera servikal juga perlu diantisipasi. [6,11,12]
Pemeriksaan fisik menilai sistem respirasi terdiri dari laju pernapasan dan saturasi oksigen, untuk mencari petunjuk bila terdapat tanda-tanda distress pernapasan. Rongga dada dan abdomen pada anak juga perlu diperiksa adanya eskar melingkar pada area tersebut, karena kondisi ini dapat mengakibatkan restriksi pada proses respirasi. [6,11,12]
Frekuensi dan kualitas pulsasi nadi serta tekanan darah dievaluasi untuk mengidentifikasi adanya tanda-tanda syok. Akral dan capillary refill time pada ekstremitas juga dapat digunakan untuk menunjang kecurigaan adanya syok. Adanya perdarahan aktif juga perlu diidentifikasi dan segera dihentikan untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik. [6,11,12]
Perhitungan Luas Area Luka Bakar
Setelah pemeriksaan jalan napas, respirasi, dan sirkulasi selesai, dilakukan perhitungan luas dan kedalaman area luka bakar pasien. Untuk menghitung luas luka bakar pada anak, dapat digunakan 3 macam teknik, yaitu teknik palmar, Lund and Browder chart, dan modified rule of nine. [6,11,12]
Teknik palmar mudah untuk diingat dan digunakan, tetapi tidak praktis bila dipakai pada pasien dengan luas luka bakar yang cukup besar. Pada teknik palmar, satu telapak tangan pasien memiliki luas kurang lebih 1% Total Body Surface Area (TBSA). Perhitungan berdasarkan Lund and Browder chart memberikan hasil perhitungan yang akurat, tetapi membutuhkan waktu lebih lama, sulit diingat, dan dapat terjadi kesalahan dalam membaca chart untuk tiap kelompok usia. Teknik modified rule of nine memberikan alternatif yang cukup reliabel dan lebih praktis dibandingkan Lund and Browder chart. [6,11]
Gambar 1. Teknik perhitungan luas luka bakar berdasarkan teknik modified rule of nine dan teknik palmar [6]
Pada gambar 1 sebelah kiri, tampak proporsi luas area tubuh pada anak-anak di bawah usia 1 tahun menurut teknik modified rule of nine. Pada anak usia 1 tahun dan seterusnya, untuk setiap penambahan usia 1 tahun maka luas area kepala dikurangi 1%, sedangkan luas area masing-masing tungkai bawah ditambah 0,5%. Anak usia 9 tahun ke atas menggunakan teknik rule of nine seperti pada orang dewasa. Sedangkan gambar sebelah kanan adalah luas permukaan telapak tangan hingga ujung jari pasien dianggap 1% dari seluruh luas permukaan tubuh. [6]
Nilai TBSA pada chart orang dewasa dan anak-anak berbeda pada beberapa regio, karena adanya perubahan proporsi luas permukaan tubuh pada manusia seiring dengan bertambahnya usia. Sebagai catatan, luka bakar epidermal tidak diperhitungkan dalam perhitungan luas luka bakar pada anak-anak maupun orang dewasa. [6]
Gambar 2. Panduan perhitungan menggunakan Lund and Browder chart. [11]
Perhitungan Kedalaman Area Luka Bakar
Selain menilai luas luka bakar, hal lain yang penting dinilai adalah kedalaman luka bakar. Terdapat beberapa klasifikasi kedalaman luka bakar yang umum digunakan di dunia. Klasifikasi yang disusun oleh ANZBA (Australian and New Zealand Burn Association) membagi kedalaman luka bakar menjadi 5 kategori, epidermal, superficial dermal, mid dermal, deep dermal, dan full thickness. Penilaian kedalaman luka bakar ini dilakukan dengan mengevaluasi ada tidaknya bula, warna luka, dan capillary refill time. [6,8]
Gambar 3. Kedalaman Luka Bakar Berdasarkan Klasifikasi ANZBA [6]
Klasifikasi menurut ANZBA erat kaitannya dengan prediksi penyembuhan kulit yang terbakar, sehingga berimplikasi pula pada rencana tata laksana pasien. Semakin dangkal luka bakar semakin baik penyembuhannya, dimana luka bakar superfisial tidak akan terjadi skar dan sembuh dalam waktu seminggu. Sedangkan luka bakar seluruh ketebalan kulit membutuhkan skin graft dan pasti terjadi skar. [6,8]
Tabel 1. Tampilan Klinis dan Prediksi Kesembuhan Kedalaman Luka Bakar Berdasarkan Klasifikasi ANZBA
Kedalaman | Bula / blister | Warna Kulit | Capillary refill time | Waktu penyembuhan | Skar/ bekas luka |
Full thickness | Tidak ada | Putih kecoklatan / kehitaman / kemerahan | Absen | membutuhkan skin graft | Ada |
Deep dermal | Ada / tidak ada | Merah bintik-bintik putih | >2 detik / absen | membutuhkan skin graft | Ada |
Mid dermal | Ada | Pink tua | >2 detik | 2-3 minggu, membutuhkan skin graft | Ada |
Superficial dermal | Ada | Merah / Pink muda | 1-2 detik | Dalam 14 hari | hipopigmentasi |
Epidermal | Tidak Ada | Merah | 1-2 detik | Dalam 7 hari | Tidak ada |
Sumber: Mock C, Peck M, et al. 2008 [8]
Diagnosis Banding
Diagnosis kasus luka bakar pada umumnya cukup jelas karena terdapat pola cedera serta riwayat yang jelas. Pada kasus luka bakar, hal yang perlu dibedakan adalah penyakit penyerta yang sudah ada sebelumnya dengan kondisi terkait komplikasi luka bakar. Sebagai contoh, luka bakar listrik dapat menyebabkan terjadinya aritmia, gangguan neurologis, dan gagal ginjal.
Pemeriksaan Penunjang
Pasien luka bakar anak yang superfisial dengan TBSA kurang dari 10%, tanpa faktor komorbid lainnya, dapat rawat jalan dan jarang membutuhkan pemeriksaan penunjang. Sedangkan pada pasien yang membutuhkan resusitasi cairan, perlu disertai pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
- Darah lengkap dan hematokrit, untuk menilai hemokonsentrasi sebagai penanda bahwa pasien berisiko mengalami syok atau resusitasi cairan yang sedang diberikan saat ini tidak adekuat. Test ini diulang setelah 4 jam.
- Fungsi ginjal dan hepar, sebagai data baseline untuk evaluasi kondisi pasien selama perawatan
- Elektrolit dan gula darah, karena pasien anak-anak rentan mengalami hipoglikemia dan imbalans elektrolit
- Analisa gas darah, untuk mengevaluasi sistem respirasi serta keseimbangan asam basa pasien
- Urinalisa, untuk menilai mioglobin [1,17]
Pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan sesuai indikasi. Pemeriksaan radiologi dilakukan bila ada kecurigaan cedera penyerta lain. Pemeriksaan EKG pada umumnya dilakukan pada pasien dengan luka bakar listrik. [1,17]