Pendahuluan Luka Bakar
Luka bakar dapat disebabkan oleh suhu, listrik, friksi, bahan kimia, dan radiasi. Artikel ini akan lebih menitikberatkan pada luka bakar yang disebabkan oleh perubahan suhu. [1]
Luka bakar yang disebabkan oleh perubahan suhu (thermal burn) merupakan kerusakan sel pada jaringan kulit atau jaringan lainnya akibat suhu yang terlalu tinggi. Cedera termis yang berat dapat memicu mediator–mediator inflamasi, yang kemudian dapat berkembang menjadi Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan pada kondisi berat dapat menjadi Multi-system Organ Dysfunction System (MODS) dan berujung kematian. [1]
Klasifikasi luka bakar dibuat berdasarkan kedalamannya dan luas permukaan yang terkena. Berdasarkan kedalamannya, luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi derajat 1-4.[2] Estimasi luas luka bakar juga penting karena terkait dengan penatalaksanaan. Luas luka bakar dapat dihitung dengan berbagai metode seperti tabel Lund-Browder dan “Rule of Nine”. [3]
Lokasi luka bakar sering kali menentukan pendekatan tatalaksana. Lokasi pada wajah (terutama yang dicurigai sebagai trauma inhalasi), tangan, kaki, dan genitalia dapat menjadi penanda dibutuhkannya manajemen yang terspesialisasi.
Derajat keparahan luka bakar secara keseluruhan dipengaruhi oleh mekanisme luka bakar, kedalaman, ekstensi, dan lokasi anatomi dari luka bakar tersebut. Konsep dan pengertian tentang SIRS menggeser paradigma penatalaksanaan luka bakar, yaitu dari fokus pada sirkulasi makro beralih ke perbaikan perfusi (sirkulasi minor) sebagai end point resusistasi luka bakar. [4]