Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Fibrilasi Ventrikel general_alomedika 2019-02-19T17:37:37+07:00 2019-02-19T17:37:37+07:00
Fibrilasi Ventrikel
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Fibrilasi Ventrikel

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Diagnosis fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation/VF) masih mengandalkan elektrokardiografi (EKG) sebagai metode diagnostik utama dengan berbekal informasi dari alloanamnesis, temuan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation/VF) merupakan suatu kegawatdaruratan sehingga anamnesis biasanya dilakukan setelah kondisi pasien relatif stabil dan dilakukan terhadap kerabat pasien.

Alloanamnesis terarah dapat mengidentifikasi kemungkinan etiologi VF dan membantu menentukan langkah pemeriksaan penunjang lanjutan yang perlu diprioritaskan. Seperti halnya aritmia ventrikuler lainnya, VF dapat didahului oleh spektrum gejala yang luas, termasuk palpitasi yang berupa detak jantung yang menghilang atau bertambah mendadak, yang dapat hilang timbul maupun menetap selama beberapa waktu. Gejala lain seperti mudah lelah saat aktivitas, nyeri dada, sesak, nyaris pingsan, dan sinkop perlu dipikirkan sebagai bagian dari VF dan aritmia ventrikuler lainnya.

Pada individu dengan riwayat penyakit jantung struktural, identifikasi faktor pencetus yang penting seperti stres emosional dan aktivitas fisik berat, penggunaan obat-obatan tertentu, dan faktor pereda gejala perlu ditelusuri. Adanya riwayat henti jantung mendadak dalam keluarga, penyakit jantung iskemik, penyakit katup jantung, kardiomiopati, dan gagal jantung meningkatkan kecurigaan adanya kaitan antara  salah satu penyakit tersebut dengan kejadian VF. [1]

Riwayat penyakit lain di luar jantung seperti penyakit tiroid, gagal ginjal kronik, epilepsi dapat meningkatkan predisposisi VF. [31-35]Pada pasien dengan tirotoksikosis, VF dapat terjadi akibat spasme koroner maupun repolarisasi dini. [33] Sementara itu, gagal ginjal meningkatkan risiko VF setidaknya melalui beberapa mekanisme seperti iskemia miokard, pergeseran volume cairan, imbalans elektrolit, dan instabilitas hemodinamik. [36] Manifestasi sinkop konvulsif akibat VF berpotensi salah didiagnosis dengan kejang akibat epilepsi. [35]

Pada individu yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung struktural dan masih berusia muda, anamnesis perlu diarahkan pada kemungkinan kanalopati herediter, penggunaan obat-obatan yang memicu pemanjangan QT, dan sindrom Brugada. [37,38]

Berbeda dengan mekanisme VF pada pasien dengan penyakit jantung struktural yang biasanya didasari oleh degenerasi takikardia ventrikel (VT) menjadi VF kemudian asistole, VF pada pasien tanpa penyakit jantung struktural biasanya bermanifestasi sebagai VT polimorfik dan torsades de pointes (TdP). Mengingat penggunaan obat-obatan yang memperpanjang interval QT juga sering bermanifestasi sebagai VT polimorfik dan TdP, evaluasi riwayat kedua kondisi tersebut hendaknya dilakukan secara bersamaan guna mencegah kesalahan diagnosis. [37,39]

Pemeriksaan Fisik

Pada onset VF, temuan pemeriksaan fisik biasanya akan menunjukkan pasien mengalami penurunan kesadaran, disertai henti jantung dan henti napas. Pasien VF juga dapat datang dengan penurunan kesadaran mendadak disertai napas agonal. [40] Apabila pasien telah mendapat bantuan hidup lanjut dan perawatan yang memadai, pemeriksaan fisik lanjutan dapat diarahkan untuk mendukung temuan anamnesis dalam menentukan etiologi VF.

Mengingat mayoritas kasus VF disebabkan oleh adanya suatu penyakit jantung struktural, pemeriksaan fisik lanjutan perlu diarahkan untuk menemukan bukti adanya penyakit jantung yang mendasari. Bruit pada arteri karotis dan penurunan tekanan nadi perifer dapat mengindikasikan adanya penyakit aterosklerosis dan penyakit jantung iskemik. Distensi vena jugularis, ronki basah halus, gallop, dan edema perifer mungkin ditemukan pada VF yang disebabkan oleh suatu gagal jantung akut. Auskultasi jantung juga dapat mengungkap adanya murmur jantung seperti pada kasus stenosis aorta dan regurgitasi mitral. [1] VF yang berkaitan dengan prolaps katup mitral dapat menunjukkan adanya klik midsistolik. [41]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada kasus VF menitikberatkan pada identifikasi etiologi dasar VF yang kelak menentukan langkah diagnostik dan tata laksana lanjutan.

Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan diagnosis banding yang pertama kali perlu dipertimbangkan pada pasien yang bertahan hidup dari kejadian VF pertama. VF pada PJK sebagian besar bermanifestasi pada fase pra hospital dan sebagian kecil lainnya terjadi pada kurun waktu 48 jam sejak onset nyeri dada muncul.

Selain itu, VF pada PJK juga dapat berasal dari degenerasi takikardia ventrikuler (VT) akibat iskemia. Pada kelompok populasi tersebut, pasien memiliki riwayat infark miokard yang kemudian disusul dengan episode sinkop atau presinkop yang sebelumnya tidak pernah ia miliki. Karakteristik tersebut disertai temuan EKG, angiografi koroner, dan CT scan jantung yang sesuai untuk infark miokard lama dan mengarahkan penyakit jantung koroner sebagai etiologi VF. [42]

Aritmia Lainnya

VF dapat didiagnosis banding dengan kelainan EKG lainnya, seperti VT polimorfik. VT polimorfik dapat muncul dalam bentuk torsades de pointe atau non-torsades. Pada VT polimorfik gambaran EKG yang muncul adalah gelombang QRS dengan morfologi amplitudo dan lebar yang berubah-ubah.

Gambar 1. Gambaran EKG VT polimorfik (Sumber : Openi, 2016) Gambar 1. Gambaran EKG VT polimorfik (Sumber : Openi, 2016)

Imbalans Elektrolit

Imbalans elektrolit yang biasanya dipengaruhi oleh komorbiditas tertentu seperti gagal ginjal kronik dan tirotoksikosis dapat bermanifestasi sebagai VF.

Adanya faktor risiko gagal ginjal, riwayat hemodialisis rutin, dan pemeriksaan fungsi ginjal serta elektrolit (termasuk kalsium dan magnesium) dapat mendukung kemungkinan gagal ginjal kronik sebagai penyebab VF. [36] Kemungkinan tirotoksikosis juga harus dipertimbangkan jika data anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarah pada hipertiroid. [33]

Kardiomiopati

Pada VF yang disebabkan oleh kardiomiopati dilatasi (dilated cardiomyopathy/DCM), kardiomiopati hipertrofik (hypertrophic cardiomyopathy/HCM), dan kardiomiopati ventrikel kanan aritmogenik (arrhythmogenic right ventricular cardiomyopathy/ARVC), tampilan klinis awal pasien dapat berupa VF tanpa disertai perubahan berat pada fungsi ventrikel kiri maupun abnormalitas struktural lainnya. Pemeriksaan MRI jantung juga perlu dilakukan guna membantu identifikasi ARVC dan membedakannya dari tipe kardiomiopati lainnya. [43,44]

Penyebab Non Struktural

Apabila kemungkinan penyakit jantung struktural telah disingkirkan, diagnosis banding dapat diarahkan pada sejumlah kanalopati herediter seperti sindrom QT memanjang (long QT syndrome/LQTS), sindrom Brugada, catecholaminergic polymorphic ventricular tachycardia (CPVT), dan sindrom repolarisasi dini (early repolarization syndrome/ERS). Mengingat gambaran EKG awal dapat berubah secara fluktuatif, pemeriksaan tambahan seperti uji latih jantung dan uji provokasi obat dapat dilakukan untuk mempertajam diagnosis. [45]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis fibrilasi ventrikel adalah elektrokardiografi (EKG). Pemeriksaan lain mungkin dibutuhkan untuk mencari penyebab yang mendasari timbulnya VF.

Pemeriksaan Noninvasif (Elektrokardiografi dan Elektrokardiografi Ambulatorik)

Pemeriksaan noninvasif seperti elektrokardiogram (EKG) pada saat kejadian VF merupakan metode pilihan untuk menegakkan diagnosis VF.

VF ditandai oleh aktivitas kelistrikan jantung yang berantakan (Gambar 1). Pada pasien yang telah menunjukkan sirkulasi spontan pasca henti jantung yang ditolong dengan bantuan hidup jantung lanjut, pemeriksaan EKG dapat membantu identifikasi riwayat infark miokard sebelumnya, pembesaran ruang jantung, gangguan aritmia bawaan. [1]

Pemantauan elektrokardiografi ambulatorik yang direkam menggunakan monitor Holter dapat membantu menilai efektivitas terapi supresi aritmia pada pasien dengan riwayat VF. Perekaman Holter kontinu selama 24 jam disarankan pada pasien dengan gejala yang sesuai untuk VF dengan frekuensi minimal 1 kali sehari atau pada situasi yang memerlukan penghitungan PVC atau takikardia ventrikular secara definitif. Namun, jika gejala lebih bersifat sporadis, pemantauan berkala lebih bermanfaat. [1]

Pencitraan Jantung Noninvasif

Pencitraan jantung noninvasif penting dalam menilai fungsi miokard, struktur dan fungsi katup, sekaligus penilaian risiko VF pada pasien dengan penyakit jantung kongenital dewasa, kardiomiopati, gagal jantung, dan infark miokard.

Ekokardiografi merupakan modalitas pilihan yang dapat menangkap fraksi ejeksi ventrikel kiri dengan cukup akurat. Sementara itu, computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat bermanfaat dalam mengevaluasi penyakit jantung struktural seperti miokarditis, kardiomiopati, dan penyakit jantung iskemik, serta memperkirakan fraksi ejeksi, massa dan volume ventrikel kiri, struktur katup, serta anomali arteri koroner. [1]

Pemeriksaan Biomarker

Pemeriksaan biomarker seperti peptida natriuretik (BNP dan NTproBNP) dapat memprediksi risiko kematian jantung mendadak. Walaupun demikian, belum ada bukti yang mendukung peran kedua biomarker gagal jantung tersebut dalam menyeleksi pasien yang tepat sebagai kandidat resipien defibrillator kardioverter tanam (implantable cardioverter defibrillator/ICD). [48]

Pemeriksaan Genetik pada Sindrom Aritmia

Pemeriksaan genetik pada berbagai sindrom aritmia bawaan dilakukan berdasarkan tampilan klinis pasien dan riwayat kematian jantung mendadak pada usia muda dalam keluarga. Secara umum, pasien berusia di bawah 40 tahun tanpa adanya bukti penyakit jantung struktural yang datang dengan henti jantung, nyaris tenggelam, sinkop saat aktivitas yang berulang tanpa sebab yang jelas mungkin memerlukan konseling genetik dan direncanakan untuk pemeriksaan genetik guna mencari penyebab sindrom aritmia bawaan. [49] Konseling genetik harus mendahului pemeriksaan genetik untuk memastikan kerahasiaan pasien selalu terjaga dengan tetap memperhatikan konsekuensi dari hasil pemeriksaan genetik terhadap anggota keluarga yang berpotensi terkena dampak penyakit serupa di masa akan datang. [1]

Referensi

1. Al-Khatib SM, Stevenson WG, Ackerman MJ, Bryant WJ, Callans DJ, Curtis AB, et al. 2017 AHA/ACC/HRS Guideline for Management of Patients With Ventricular Arrhythmias and the Prevention of Sudden Cardiac Death. Circulation. 138(13). Available from: https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/CIR.0000000000000549
31. Peberdy MA. Survival From In-Hospital Cardiac Arrest During Nights and Weekends. JAMA, 2008. 299(7):785. Available from: http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?doi=10.1001/jama.299.7.785
32. Ellenbogen KA, Wan C, Shavelle DM. Outcome of Patients With In-Hospital Ventricular Tachycardia and Ventricular Fibrillation Arrest While Using a Wearable Cardioverter Defibrillator. Am J Cardiol, 2018. 121(2):205–9. Available from: https://doi.org/10.1016/j.amjcard.2017.10.007
33. Kobayashi H, Haketa A, Abe M, Tahira K, Hatanaka Y, Tanaka S, et al. Unusual Manifestation of Graves’ Disease: Ventricular Fibrillation. Eur Thyroid J, 2015. 4(3):207–12. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26558239
34. Green D, Roberts PR. Ventricular arrhythmias and sudden death in patients with chronic kidney disease. J Ren Care [Internet]. 2010 May;36 Suppl 1:54–60. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20586900
35. Sabu J, Regeti K, Mallappallil M, Kassotis J, Islam H, Zafar S, et al. Convulsive Syncope Induced by Ventricular Arrhythmia Masquerading as Epileptic Seizures: Case Report and Literature Review. J Clin Med Res, 2016. 8(8):610–5. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27429683
36. Turakhia MP, Blankestijn PJ, Carrero J-J, Clase CM, Deo R, Herzog CA, et al. Chronic kidney disease and arrhythmias: conclusions from a Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) Controversies Conference. Eur Heart J, 2018. 39(24):2314–25. Available from: https://academic.oup.com/eurheartj/article/39/24/2314/4924523
37. Li M, Ramos LG. Drug-Induced QT Prolongation And Torsades de Pointes. P T, 2017. 42(7):473–7. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28674475
38. Konigstein M, Rosso R, Topaz G, Postema PG, Friedensohn L, Heller K, et al. Drug-induced Brugada syndrome: Clinical characteristics and risk factors. Hear Rhythm. 2016;13(5):1083–7.
39. Tisdale JE. Drug-induced QT interval prolongation and torsades de pointes: Role of the pharmacist in risk assessment, prevention and management. Can Pharm J (Ott), 2016. 149(3):139–52. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27212965
40. Rea TD. Agonal respirations during cardiac arrest. Curr Opin Crit Care, 2005. 11(3):188–91. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15928464
41. Basso C, Perazzolo Marra M, Rizzo S, De Lazzari M, Giorgi B, Cipriani A, et al. Arrhythmic Mitral Valve Prolapse and Sudden Cardiac Death. Circulation, 2015. 132(7):556–66. Available from: https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/CIRCULATIONAHA.115.016291
42. Bhar-Amato J, Davies W, Agarwal S. Ventricular Arrhythmia after Acute Myocardial Infarction: “The Perfect Storm”. Arrhythmia Electrophysiol Rev, 2017. 6(3):134–9. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29018522
43. Rastegar N, Burt JR, Corona-Villalobos CP, te Riele AS, James CA, Murray B, et al. Cardiac MR Findings and Potential Diagnostic Pitfalls in Patients Evaluated for Arrhythmogenic Right Ventricular Cardiomyopathy. RadioGraphics, 2014. 34(6):1553–70. Available from: http://pubs.rsna.org/doi/10.1148/rg.346140194
44. Chockalingam P, Clur S-AB, Reimer AG, Blom NA, Wilde AA. Idiopathic ventricular fibrillation in two infants, not always idiopathic on follow-up. Hear Rhythm, 2009. 6(10):1501–3. Available from: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1547527109005694
45. Behere S, Weindling S. Inherited arrhythmias: The cardiac channelopathies. Ann Pediatr Cardiol, 2015. 8(3):210. Available from: http://www.annalspc.com/text.asp?2015/8/3/210/164695
48. Patton KK, Sotoodehnia N, DeFilippi C, Siscovick DS, Gottdiener JS, Kronmal RA. N-terminal pro-B-type natriuretic peptide is associated with sudden cardiac death risk: the Cardiovascular Health Study. Hear Rhythm, 2011. 8(2):228–33. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21044699
49. Mizusawa Y. Recent advances in genetic testing and counseling for inherited arrhythmias. J arrhythmia, 2016. 32(5):389–97. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27761163

Epidemiologi Fibrilasi Ventrikel
Penatalaksanaan Fibrilasi Ventrikel
Diskusi Terbaru
dr.Deryana Primasanti
Hari ini, 11:23
Fisioterapi pada pasien dengan benign paroxysmal positional vertigo - Rehabilitasi Medik Ask the Expert
Oleh: dr.Deryana Primasanti
1 Balasan
Alo Dr.dr. Fitriana Biben, Sp. KFR (K)Izin bertanya, apakah brandt daroff exercise atau epley dapat dilakukan sejak awal serangan BPPV? Bagaimana jika respon...
Anonymous
Hari ini, 11:20
Latihan untuk pasien pascaoperasi HNP - Rehabilitasi Medik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Fitriana, Sp.KFR(K)Izin bertanya dok, untuk pasien yang telah selesai menjalani operasi HNP, apakah ada olahraga atau latihan fisik tertentu yang...
Anonymous
Hari ini, 11:18
Rehabilitasi di rumah untuk pasien stroke - Rehabilitasi Medik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter,Izin bertanya, latihan apakah yang dapat disarankan untuk pasien stroke di rumah untuk sehari-harinya? terima kasih Dok.

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.