Pendahuluan Supraventricular Tachycardia
Supraventricular tachycardia (SVT) merupakan istilah umum untuk takikardia yang berasal dari atrium, seperti atrial fibrilasi, atau dari sistem konduksi atrioventrikular, seperti paroxysmal supraventricular tachycardia dan atrioventricular nodal reentrant tachycardia. Pasien umumnya datang dengan keluhan palpitasi, sesak napas, sinkop, atau nyeri dada.

Supraventricular tachycardia (SVT) merupakan aritmia kardiak yang muncul dari adanya eksitasi pada nodus sinoatrial (SA), jaringan atrium, jaras tambahan, dan area perbatasan antara atrium dan ventrikel (junctional area). Hal ini disebabkan oleh adanya kelainan jaringan pada berkas His atau jaringan lain pada bagian proksimalnya yang menyebabkan jalur penjalaran eksitasi yang abnormal. SVT merupakan aritmia dengan jenis terbanyak.[1]
Beberapa jenis dari supraventricular tachycardia dan gambaran EKGnya:
Atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT): adanya gambaran pre-eksitasi atau sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW)
Atrioventricular reciprocating tachycardia: interval RP yang pendek, dengan waktu dan morfologi gelombang P yang bervariasi. Gelombang P umumnya muncul setelah kompleks QRS dan dapat dikaburkan oleh gelombang T
Sinus tachycardia yang abnormal: laju gelombang sinus meningkat (>100 denyut/menit) persisten / tanpa ada rangsang yang jelas atau bukan merupakan respons fisiologis
Atrial tachycardia, yang terdiri dari:
Focal atrial tachycardia: denyut jantung atrium antara 120-300 denyut per menit
Multifocal atrial tachycardia: menunjukkan adanya minimal 3 morfologi gelombang P
-
Macroreentrant atrial flutter (typical atrial flutter): gambaran saw-tooth
Junctional tachycardia : gelombang P retrograde karena gelombang berasal dari titik abnormal pada atrioventrikular (ritme junctional)
Accessory pathway-mediated reentrant tachycardia (takikardia Mahaim): gambaran left bundle branch block (LBBB) dengan interval PR yang normal
Paroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT): supraventricular tachycardia dengan onset mendadak. Tampak gambaran gelombang normal diikuti dengan gambaran SVT[1]
Supraventricular tachycardia dapat didiagnosis dengan beberapa gejala klinis seperti palpitasi, nyeri dada, dan sinkop, disertai hasil EKG menunjukkan adanya gelombang pre eksitasi. Gambaran gelombang pre eksitasi pada EKG adalah:
- Interval PR pendek (<120 milidetik)
- Adanya gelombang delta (deviasi positif tajam ke atas pada awal kompleks QRS) yang biasa disebut sebagai sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW)
Aritmia yang disertai dengan takikardia kompleks menyempit (QRS < 120 milidetik)
- Aritmia dengan interval QRS melebar (>120 milidetik) jika terjadi bundle branch block[1]
Prinsip tata laksana supraventricular tachycardia adalah menurunkan ventricular rate, mengembalikan ritme sinus, dan mencegah komplikasi emboli. Manuver vagal, pemberian adenosin, kardioversi sinkronisasi, pemberian diltiazem atau verapamil, atau pemberian beta blocker akan menurunkan ventricular rate sedangkan kardioversi elektrik maupun dengan obat akan mengembalikan ritme sinus.[1]