Pendahuluan Hydroxychloroquine
Hydroxychloroquine, atau hidroksiklorokuin, merupakan obat golongan 4-aminokuinolin yang disintesis pada tahun 1946 dengan menambahkan gugus hidroksil pada klorokuin. Hidroksiklorokuin dianggap memiliki potensi untuk terapi COVID-19. Pada awalnya, obat ini diindikasikan untuk terapi malaria yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, P. malariae, P. ovale, dan P. falciparum yang masih sensitif terhadap hidroksiklorokuin. Indikasi lain adalah untuk terapi lupus eritematosus sistemik dan rheumatoid arthritis.[1-3]
Di era pandemi COVID-19, terdapat beberapa uji klinik yang dilakukan untuk meneliti efektivitas dan keamanan penggunaan hidroksiklorokuin sebagai salah satu opsi terapi potensial untuk COVID-19. Namun, WHO telah menghentikan studi randomized controlled trial (RCT) terkait hydroxychloroquine pada pasien COVID-19.[3,28,29]
Efek samping hydroxychloroquine yang perlu diwaspadai di antaranya berupa retinopati, perpanjangan interval QT, kardiomiopati, dan depresi sumsum tulang. Potensi interaksi obat bila hydroxychloroquine digunakan bersamaan dengan digoxin, antasida, dan obat-obat aritmogenik.[1,2,14]
Nama kimia: 2 {N (4-(7-Chloro-4quinolylamino)pentyl)--N-ethylamino}ethanol-sulfate[2,7,8]
Sinonim: Hidroxicloroquina, Oxichloroquine[7,8]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Hydroxychloroquine
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Antiinfeksi, antineoplastik, imunosupresan, dan obat untuk terapi paliatif[9] |
Subkelas | Antimalaria, antivirus, imunosupresan[9,10] |
Akses | Resep[9] |
Wanita hamil | Kategori TGA: D[2] FDA: penggunaan selama kehamilan harus dihindari kecuali keuntungannya melebihi risikonya[1] |
Wanita menyusui | Diekskresikan melalui ASI[1,2] |
Anak-anak | Sesuai indikasi dan aturan dosis[1,2] |
Infant | Sesuai indikasi dan aturan dosis[1,2] |
FDA | Approved[1] |