Epidemiologi Fibrilasi Ventrikel
Data epidemiologi fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation/VF) masih sangat terbatas baik di negara maju maupun berkembang.
Global
Data prevalensi global VF menunjukkan pergeseran tingkat kejadian VF. Sejak tahun 1990, data dari beberapa studi mengisyaratkan penurunan proporsi VF sebagai ritme awal yang teridentifikasi pada kasus kematian jantung mendadak. Sebelum tahun 1990, VF mencakup 75-84% kelainan irama pada kasus henti jantung mendadak. [27] Angka ini menurun menjadi 41% berdasarkan data antara tahun 1990-1996. [28]
Penurunan proporsi VF di luar rumah sakit juga ditemukan pada sebuah penelitian di Finlandia. Studi Kuisma et al tersebut menemukan bahwa terdapat penurunan bermakna insidens VF di luar rumah sakit hingga 48% selama masa penelitian 6 tahun (24,6 vs 12 per 100.000 jiwa). Namun, di saat yang bersamaan terjadi penurunan angka kesintasan pasca kejadian VF seiring dengan penurunan insidens VF di populasi. [29]
Indonesia
Hingga kini data prevalensi dan insidens fibrilasi ventrikel (VF) di Indonesia masih sangat terbatas. Belum ada data terpublikasi yang menggambarkan pola epidemiologi VF baik pada individu dengan penyakit jantung struktural maupun tanpa riwayat penyakit jantung sebelumnya.
Mortalitas
Data mortalitas dari Heart Disease and Stroke Statistics tahun 2017 mengungkap bahwa kesintasan pasien yang mengalami VF di luar RS yang ditolong oleh orang awam mencapai 37%. Angka ini lebih tinggi dari kesintasan henti jantung di luar RS pada populasi yang ditolong hanya oleh sistem kegawatdaruratan medis (contoh: ambulans) yang hanya berkisar antara 8,2%-11%. [30]
Di sisi lain, kesintasan pada pasien yang mengalami VF dalam perawatan di RS dapat bervariasi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh waktu dan lokasi kejadian (yakni unit spesifik dalam RS tempat pasien dirawat) henti jantung mendadak. Peberdy et al menemukan bahwa antara tahun 2000-2007, hanya 25% henti jantung mendadak yang terjadi pada akhir pekan sedangkan sisanya teridentifikasi saat hari kerja. Kesintasan 24 jam pada pasien yang mengalami henti jantung mendadak yang terjadi di pagi dan sore hari lebih tinggi dibandingkan mereka yang mengalami henti jantung di tengah malam (35% vs 29%). Selain itu, kesintasan saat pemulangan juga lebih tinggi pada kejadian henti jantung di pagi dan sore hari dibandingkan saat malam hari (20% vs 15%). [31]
Namun, kejadian henti jantung dengan VF yang segera diidentifikasi dan mendapat intervensi berupa defibrilator kardioverter dapat memiliki angka kesintasan yang lebih baik. Kesintasan 10 dan 30 hari pasca kejadian VF di RS dapat mencapai 81% dan 67% dan tidak terdapat perbedaan luaran bermakna antara VF yang terjadi pada waktu dan unit RS yang berbeda. Walaupun demikian, data tersebut berasal dari analisis retrospektif pada informasi yang melekat pada alat kardioverter sehingga hanya kejadian henti jantung ketika alat tersebut dipakai saja yang terekam dan dapat dianalisis. [32]