Penatalaksanaan Fibrilasi Ventrikel
Komponen penatalaksanaan fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation/VF) terbagi atas penatalaksanaan akut dengan defibrilasi dan antiaritmia, serta penatalaksanaan penyebab yang mendasari terjadinya VF.
Penggunaan Defibrilator
Terapi defibrilator dapat diberikan dengan cara transvena, subkutan, dan eksternal. Alat tersebut memantau irama jantung terus-menerus dan memberikan terapi sebagai respons terhadap takikardia yang bersesuaian dengan ambang deteksi durasi dan irama jantung yang telah diprogram. Defibrilator kardioverter tanam (ICD) transvena ditanam di area subklavikula dengan dipandu fluoroskopi. ICD subkutan biasanya ditanam di sisi kiri dada di atas iga 6 antara linea midaksilaris kiri dan aksilaris anterior kiri. [1]
Penggunaan defibrilator dilakukan dengan cara meletakkan paddle atau pad pada dada anterior di atas areola mammae dan di area apeks. Gelombang kejut pada defibrillator bifasik diberikan sebesar 120 - 200 Joule, sedangkan untuk monofasik diberikan sebesar 360 Joule.
Penatalaksanaan Henti Jantung
Penatalaksanaan henti jantung pada fibrilasi ventrikel (VF) dilakukan menurut algoritma American Heart Association tahun 2017 tentang resusitasi jantung paru (RJP) dan layanan kegawatdaruratan kardiovaskuler. [50]
Mengingat VF masih menjadi gambaran ritme awal tersering pada kasus henti jantung dan memiliki prognosis lebih baik dibandingkan gambaran asistol atau pulseless electrical activity (PEA), upaya terbaik perlu dikerahkan untuk menyegerakan RJP dan akses defibrillator eksternal otomatis (automated external defibrillator/AED). Namun, di Indonesia, keberadaan alat AED ini masih jarang dan hanya tersedia di tempat-tempat tertentu saja. Idealnya, penolong pada kasus henti jantung di luar RS berjumlah 2 orang, salah satu di antaranya melakukan kompresi jantung efektif sedangkan yang lainnya mempersiapkan AED. [1]
Apabila pemeriksaan irama jantung pasien oleh AED menunjukkan gambaran VF/VT, penolong pertama tetap melanjutkan RJP dan penolong kedua mengisi daya defibrillator. Ketika daya defibrilator terisi, CPR ditunda untuk mengamankan pemberian kejut jantung pada pasien. Kemudian, penolong kedua memberikan kejut jantung secepat mungkin untuk mengurangi interupsi pada tindakan RJP. Setelah itu, penolong pertama melanjutkan RJP hingga 2 menit yang diteruskan dengan pemeriksaan irama jantung kembali.
Pada pasien yang kemudian telah mendapat pertolongan medis atau tiba di RS namun masih memiliki gangguan hemodinamik yang disertai aritmia ventrikel pasca kejut jantung maksimal, pemberian amiodarone intravena perlu dipertimbangkan agar irama jantung menjadi lebih stabil pada defibrilasi berikutnya. VF dan VT tanpa pulsasi dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan cepat. Pemberian kardioversi DC (direct current) perlu dilakukan sesegera mungkin pada kedua jenis gambaran irama jantung tersebut untuk mendukung kesintasan yang lebih baik. [50]
Terapi Farmakologi
Pada situasi VF yang disertai henti jantung di luar rumah sakit, pemberian amiodarone intravena dapat dipertimbangkan. Bukti dari randomised controlled trial (RCT) menyimpulkan bahwa amiodarone 5 mg/kg lebih baik dibandingkan lignocaine 1,5 mg/kg dan plasebo. Terlepas dari kurangnya alternatif terhadap amiodarone, obat ini masih menjadi pilihan terapi farmakologi pada kasus VF disertai henti jantung pada orang dewasa. [51]
Ablasi Kateter
Ablasi kateter menargetkan fase inisiasi VF untuk mengeliminasi sumber pemicu (premature ventricular contraction/PVC). Oleh sebab itu, penentuan target ablasi dengan dibantu telemetri EKG 12 sadapan atau monitor Holter 12 sadapan menjadi sangat penting. Ketika PVC pemicu telah dipetakan, keberhasilan ablasi ditentukan oleh ketepatan waktu pelaksanaan ablasi, yakni ketika onset VF saat PVC muncul paling sering. [52]
Operasi dan Revaskularisasi Koroner
Coronary artery bypass graft (CABG) dan revaskularisasi koroner dapat dipertimbangkan pada pasien pasca VF dan henti jantung mendadak yang terbukti mengalami iskemia miokard. Anomali muara arteri koroner yang dapat terjadi pada 1% orang dewasa dan 0,2% remaja dan anak-anak juga berpotensi menyebabkan fibrilasi ventrikel yang mungkin memerlukan intervensi bedah di masa yang akan datang. [1,46]
Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO)
Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO) adalah pemberian alat bantu pengganti fungsi jantung dan paru pada pasien dimana fungsi kedua organ tersebut sudah sangat terganggu sehingga tidak dapat terjadi pertukaran gas atau perfusi yang adekuat. Teknik ini bersifat temporer dan dilakukan hanya sampai pilihan penatalaksanaan lain yang lebih definitif sudah memungkinkan.