Diagnosis Gagal Napas
Selain menentukan penyebab, diagnosis gagal napas juga perlu menentukan jenis gagal napas, apakah hipoksemia, hiperkapnia, atau campuran keduanya.
Triase
Gagal napas umumnya dapat dikenali saat melakukan pemeriksaan tanda vital di triase. Tanda kegawatan berupa peningkatan usaha napas yang bermakna, gangguan hemodinamik, dan penurunan kesadaran.
Bila pasien memiliki tanda kegawatan, segera lakukan tata laksana awal. Keterlambatan terapi awal dapat menyebabkan pasien kelelahan, napas semakin dangkal, kesadaran berkurang, dan sianosis memberat. [3]
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada keadaan hipoksemia dan hiperkapnia agak berbeda dan keduanya dapat terjadi bersamaan dalam satu individu yang sama. Tanda dan gejala utama pada gagal napas adalah peningkatan work of breathing, ditandai dengan: [1]
- Rasa sesak napas
- Takipnea
- Napas cuping hidung
- Penggunaan otot bantu napas
- Retraksi
- Merintih (pada anak)
Tabel 1. Manifestasi Klinis Hipoksemia Dan Hiperkapnia
Hipoksemia | Hiperkapnia |
Ringan
| Ringan
|
Sedang
| Sedang
|
Berat
| Berat
|
Anamnesis
Setelah melakukan tata laksana gawat darurat, lakukan anamnesis untuk mencari tahu seberapa berat masalah dan penyebabnya. Penyebab gagal napas ada banyak, sehingga perlu ditanyakan faktor-faktor risiko yang sering agar dapat mengarahkan diagnosis dengan baik. [1]
- Riwayat trauma kepala
- Riwayat nyeri kepala
- Adanya penurunan kesadaran
- Konsumsi obat maupun zat lainnya
- Riwayat trauma thoraks (flail chest, pneumotoraks, dan hematotoraks)
- Demam
- Gejala infeksi saluran napas (batuk, pilek, nyeri tenggorok)
- Riwayat kelainan neuromuskular (misal ada tidaknya kelumpuhan otot)
- Riwayat sakit paru sebelumnya
- Riwayat sakit jantung dan nyeri dada
- Riwayat prematuritas dan cara persalinan (pada neonatus)
Pemeriksaan Fisik
Beberapa komponen pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan adalah :
TandaVital
Bisa didapatkan takikardia, peningkatan tekanan darah, hipotensi (pada keadaan dekompensasi hemodinamik), ataupun sianosis dan desaturasi (saturasi oksigen 90% setara dengan PaO2 sebesar kira-kira 60 mmHg).
Penilaian Usaha Napas
- Takipnea
- Bradipnea (pada gagal napas akibat gangguan pusat napas di otak)
- Hipoventilasi (pada gangguan neuromuskular)
- Napas cuping hidung
- Retraksi dada
- Merintih (pada anak)
- Ekspansi dinding dada (bila asimetris, curiga pneumothoraks) [1]
Auskultasi
Pada auskultasi paru bisa didapatkan :
-
Wheezing pada asma dan PPOK
- Ronki pada edema paru, pneumonia, dan kelainan parenkim lainnya
-
Stridor pada obstruksi jalan napas, laringomalasia, croup, stenosis subglottis, dan trakeitis.
Auskultasi jantung untuk menilai kemungkinan gagal jantung maupun kelainan jantung bawaan.
Pemeriksaan Neurologis
- Tingkat kesadaran
- Kekuatan motorik pada kecurigaan kelainan neuromuskular
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
Analisis Gas Darah
Kemungkinan hasil analisis gas darah pada gagal napas berdasarkan penyebabnya adalah:
Kelainan | pH | PaCO2 | PaO2 |
Sistem saraf pusat | Menurun | Meningkat | Menurun |
Neuromuskular | Menurun | meningkat | Menurun |
Dinding dada | Menurun | Meningkat | Menurun |
Asma (fase awal) | Meningkat | Menurun | Normal |
Asma berat dengan kelelahan otot napas | Menurun | Meningkat | Menurun |
PPOK (tanpa retensi CO2) | Normal | Normal | Menurun |
PPOK (dengan retensi CO2) | Normal/ menurun | Meningkat | Menurun |
PPOK eksaserbasi akut | Menurun | Sangat meningkat | Sangat menurun |
Alveolus dan parenkim | Meningkat | Menurun | Sangat menurun |
Darah Perifer Lengkap Disertai Hitung Jenis
Dilakukan untuk mencari tanda infeksi. Pada hipoksemia kronis, dapat ditemukan polisitemia.
Pemeriksaan Laboratorium Lain
- Pemeriksaan sputum pada kecurigaan infeksi paru
- Pemeriksaan kultur darah pada kecurigaan sepsis
- Pemeriksaan fungsi ginjal dan liver untuk mengetahui kemungkinan komplikasi
- Elektrolit dan pemeriksaan lainnya sesuai indikasi
Pemeriksaan Penunjang Lain
- Foto thoraks AP atau PA
- Elektrokardiografi bila ada kecurigaan sebab jantung
- Tes fungsi paru seperti spirometri umumnya ditunda karena tidak memungkinkan untuk dikerjakan pada pasien sakit kritis