Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 1
Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 1 berupa terapi non farmakologis seperti olah raga dan diet serta terapi farmakologis yaitu pemberian insulin. Diet dan penggunaan insulin yang dijalankan dengan baik merupakan kunci untuk mencegah terjadinya kegawatdaruratan, baik ketoasidosis diabetik maupun hipoglikemia berat.[9, 14]
Berobat Jalan
Pasien tidak perlu dilakukan perawatan di rumah sakit bila datang dengan keadaan umum dan kesadaran masih baik. Pada pasien baru tanpa keluhan muntah, dehidrasi, dan asidosis, panduan terapi insulin untuk pasien adalah sebagai berikut:
Terapi Awal
Insulin diberikan dengan dosis awal 0,25 unit/kgBB subkutan menggunakan insulin rapid-acting. Pada anak usia < 4 tahun, atau tidak berada dalam status ketotik, dosis awal dapat dikurangi menjadi 0,125 unit/kgBB.
Terapi Lanjutan
Ada dua standar regimen insulin yang dapat dipilih di bawah ini:
-
Dua kali suntikan per hari dengan kombinasi insulin yang short dan intermediate-acting dengan dosis total 1 unit/kgBB/hari dibagi 2/3nya pada pagi hari dan 1/3nya pada malam hari. Dosis pagi hari menggunakan insulin intermediate-acting dan 1/3nya short acting.
-
Multipel suntikan per hari dengan insulin analog long-acting malam hari dan suntikan sebelum makan dengan insulin analog rapid-acting dengan dosis 0,4 unit/kgBB sebagai insulin basal menggunakan long-acting insulin pada jam 20.00-21.00 kemudian dilanjutkan dengan 0,6 unit/kgBB insulin rapid-acting terbagi dalam 3 dosis sebelum makan pagi, siang, dan malam. Kelemahan metode ini adalah pasien musti cukup mengerti dan mampu menyuntikkan insulin sendiri sehingga biasanya dilakukan pada anak usia >10 tahun.[17]
Penanganan Pasien Lama
Pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 yang datang dengan hiperglikemia dan ketosis dengan pH darah normal, berikan dosis tambahan sebesar 10% total dosis insulin per hari secara subkutan dalam bentuk insulin rapid-acting lalu monitor kadar gula darah dan keton tiap 1-2 jam. Dosis ini dapat diulangi setelah 2-4 jam bila kadar keton darah masih di atas 1,0 mmol/L.
Self Monitoring
Pasien yang akan diberikan terapi insulin harus diedukasi untuk dapat memonitor dan mencatat kadar gula darah harian, mengenali gejala ketoasidosis diabetik dini dan melakukan tes urin keton, serta mengenali tanda hipoglikemia.
Follow Up
Follow up dilakukan terhadap kadar gula darah menggunakan pemeriksaan HbA1c setiap 3 bulan sekali sampai gula darah terkontrol dengan baik, lalu dilanjutkan setiap 6 bulan sekali. Follow up juga harus dilakukan terhadap kemungkinan komplikasi, berupa pemeriksaan funduskopi, pemeriksaan neurologis, dan cek kadar kolesterol darah serta fungsi ginjal.[4,6]
Alat Pompa Insulin (Insulin Pump)
Desain dan model alat pompa insulin sudah berganti-ganti diperbaiki sejak dibuat pertama kali di tahun 1963 oleh Dr. Arnold Kadish, yang besarnya dan dibawa seperti tas ransel. Sekarang ini, insulin pump dirancang berbentuk kecil dan diprogram guna memompa rapid-acting insulin yang tersimpan dalam cartridge plastik ke kanula melalui selang plastik yang fleksibel, dengan dua cara:
-
Dosis tetap dan kontinu, disebut sebagai basal insulin
- Dosis yang diatur sesuai dengan kebutuhan, disebut sebagai bolus diberikan pada waktu sekitar makan
Dosis insulin di atas disalurkan masuk ke jaringan lemak bawah kulit melalui kanula dengan bantuan jarum kecil, kemudian tempat masuk kanula difiksasi di permukaan kulit. Keuntungan penggunaan pompa insulin adalah alat ini dapat dibawa ke mana saja, mudah dan nyaman digunakan, bisa disesuaikan dan akurat. Namun, alat ini mahal harganya, pompa bisa tidak berfungsi bila batere lemah, kanula dapat terpelintir dalam tubuh, insulin dapat bocor bila cartridge kosong dan selang menjadi kendur, lokasi masuknya kanula dapat terinfeksi. Karenanya, monitoring kadar gula darah harian mesti dilakukan secara ketat bilamana menggunakan alat pompa insulin ini.[18-20]
Hiperglikemia dan Ketosis akibat Sumbatan pada Pompa Insulin
Hiperglikemia dan ketosis dengan pH darah normal pada pasien yang mendapat pompa insulin dapat ditangani sebagai berikut:
-
Berikan 20% dari total dosis insulin per hari secara sub kutan yang rapid-acting
- Posisikan kembali kanula pada alat pompa insulin dan mulai lagi dosis insulin sebagaimana biasanya
- Monitor kadar gula darah dan keton darah tiap 1-2 jam
- Zat keton darah seharusnya turun < 0,6 mmol/L
Rujukan ke Rumah Sakit
Pasien diabetes mellitus tipe 1 memerlukan perawatan di rumah sakit jika pasien mengalami kejadian hiperglikemia berulang, komplikasi seperti gangren kaki, atau mengalami penurunan kesadaran baik akibat terjadinya ketoasidosis maupun akibat kejadian hipoglikemia berat.
Jika dibutuhkan tindakan operasi, penting bagi dokter untuk memastikan stabilisasi kadar gula darah dan terapi insulin pasien saat puasa preoperatif.
Terapi Nonfarmakologis
Selain terapi insulin, pasien diabetes mellitus tipe 1 juga memerlukan penanganan nonfarmakologis berupa diet dan olah raga. Untuk diet, pasien dan keluarga harus mengerti mengenai jumlah kalori, karbohidrat, protein, dan lemak yang harus dikonsumsi, serta cara membaginya antara makan pagi, siang, malam, dan juga cemilan.