Pengaruh Diabetes Mellitus Terhadap Prognosis Tuberkulosis

Oleh :
Alexandra Francesca Chandra

Berbagai studi telah meneliti hubungan antara tuberkulosis dan diabetes mellitus. Prognosis tuberkulosis dipercaya dapat dipengaruhi oleh komorbid pasien, termasuk diabetes mellitus. Tuberkulosis adalah penyakit infeksi dengan mortalitas dan morbiditas tinggi di seluruh dunia.[1]

Meskipun prevalensi tuberkulosis paru (TBC) masih masih tinggi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Sementara itu, diabetes mellitus (DM) diakui WHO sebagai penyakit epidemi global. Peningkatan prevalensi diabetes di area endemis tuberkulosis menjadikan beban ganda (double burden) aspek kesehatan di dunia.[1]

xray

Insidensi Tuberkulosis dan Diabetes Mellitus di Indonesia

Salah satu negara dengan beban TBC tertinggi di dunia adalah Indonesia. Data profil kesehatan Indonesia melaporkan insidensi TBC mencapai 316/100.000 penduduk di tahun 2018. Namun, ada penurunan jumlah kasus TB dari 568.987 di tahun 2019 menjadi 351.936 di tahun 2020. Tren penurunan ini disebabkan pandemi COVID-19.[2]

Kasus TB terbanyak ditemukan pada kelompok usia produktif, yaitu 45–54 tahun (17,3%), usia 25–34 tahun (16,8%), dan usia 15–24 tahun (16,7%).[3]

Di lain sisi, International Federation Diabetes (IDF) pada tahun 2019 melaporkan Indonesia sebagai negara ke-7 dengan penderita DM terbanyak. Sedangkan laporan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi DM secara keseluruhan pada penduduk dewasa di Indonesia mencapai 8,5% pada tahun 2018.[4,5]

Hubungan Tuberkulosis dan Diabetes Mellitus

Publikasi ilmiah telah menunjukkan adanya hubungan antara diabetes mellitus dan perkembangan penyakit tuberkulosis. Diabetes mellitus diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya tuberkulosis dan reaktivasi tuberkulosis laten. Sementara itu, tuberkulosis sendiri pun memperburuk kontrol glikemik pada pasien diabetes.[1,6]

Systematic review dan meta analisis pada tahun 2019 menganalisis semua studi kohort dan kasus-kontrol yang menyelidiki perbedaan hasil pengobatan TB di antara pasien TB-DM daripada pasien TB tanpa DM, yang melibatkan. Kesimpulan meta analisis ini menyebutkan bahwa DM dikaitkan dengan peningkatan risiko hasil pengobatan TB yang buruk, terutama kematian. DM pada penderita TB juga dapat meningkatkan risiko timbulnya MDR-TB primer.[1]

Diabetes Mellitus Mempengaruhi Prognosis Penanganan Tuberkulosis

Fakta bahwa DM dapat memperburuk luaran terapi pasien TBC dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:

  • Efek imunosupresif diabetes mellitus itu sendiri. Diabetes dapat menurunkan respons imun tubuh, baik untuk untuk melawan infeksi tuberkulosis maupun mencegah rekurensi dan reaktivasi
  • Komplikasi akibat diabetes, seperti stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Komplikasi ini tentunya dapat menyebabkan kematian saat pasien masih dalam pengobatan tuberkulosis
  • Diabetes dapat mempengaruhi farmakokinetik obat anti tuberkulosis (OAT), sehingga menghambat/mengurangi aktivitas bakterisidalnya
  • Pasien diabetes dengan gagal ginjal akan mengalami efektivitas OAT yang menurun. Hal ini karena dosis OAT harus disesuaikan untuk mencegah akumulasi obat, ataupun karena dilusi obat akibat hemodialisis
  • Interaksi obat antara OAT (terutama rifampicin) dengan obat-obatan diabetes akan mengganggu kontrol glikemik, sehingga memperburuk luaran penanganan tuberkulosis pada pasien diabetes[1,7]

Kesimpulan

Diabetes mellitus meningkatkan risiko gagal terapi, kematian, dan kejadian relaps pada pasien tuberkulosis. Oleh karena itu, penanganan tuberkulosis pada pasien diabetes memerlukan perhatian khusus, yaitu dengan monitoring klinik, laboratorium, dan radiologi.

Buruknya prognosis penanganan tuberkulosis pada pasien diabetes mellitus dapat disebabkan oleh kondisi imunosupresif pada pasien diabetes yang mempersulit tubuh untuk melawan kuman tuberkulosis dan mencegah rekurensi. Kondisi imunosupresif juga menyebabkan berbagai komplikasi penyakit, sehingga meningkatkan risiko kematian. Selain itu, risiko luaran terapi tuberkulosis yang buruk pada pasien diabetes dapat disebabkan oleh interaksi obat anti tuberkulosis dengan obat anti diabetes.

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi