Pendahuluan Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu kondisi kadar glukosa darah kurang dari 70 mg/dL. Beragam klasifikasi telah digunakan untuk menggambarkan derajat keparahan hipoglikemia, namun klasifikasi menurut International Hypoglycemia Study Group (IHSG) lebih umum digunakan. IHSG membagi hipoglikemia menjadi ambang batas, signifikan secara klinis, dan berat, berdasarkan kadar glukosa darah. [1]
Secara tradisional, hipoglikemia didiagnosis dengan mengenali trias Whipple pada pasien. Trias Whipple terdiri dari adanya kadar glukosa darah rendah, gejala dan tanda yang terkait kadar glukosa darah rendah, serta perbaikan gejala dan tanda pasca pemberian asupan karbohidrat.
Penyebab hipoglikemia berbeda-beda untuk masing-masing kelompok usia dalam populasi. Pada bayi dan anak-anak, hipoglikemia biasanya disebabkan oleh defek bawaan pada sistem metabolik yang teraktivasi pada kondisi puasa (glikogenolisis dan glukoneogenesis), gangguan hormon kontraregulatorik, serta hiperinsulinisme. [2] Namun, pada orang dewasa, hipoglikemia lebih sering disebabkan oleh pengaruh insulin dan sekretagog insulin, imbalans kadar insulin dengan asupan makanan, serta kegagalan mekanisme kontraregulatorik terhadap hipoglikemia. [3]
Penatalaksanaan awal hipoglikemia juga berbeda pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak. Pada orang dewasa, pertolongan hipoglikemia lebih diarahkan dengan pemberian sumber glukosa oral apabila individu hipoglikemik masih sadar dan mampu makan. Namun, jika hipoglikemia berat disertai penurunan kesadaran, pemberian glukosa dilakukan secara parenteral disertai dengan penggunaan glukagon subkutan atau intramuskular sebagai alternatif. Di sisi lain, pada anak-anak, pemberian glukosa intravena masih menjadi praktik yang umum dilakukan sebagai pertolongan awal pada anak dengan hipoglikemia. Baru akhir-akhir ini terdapat bukti bahwa pada kasus hipoglikemia ringan-sedang pada anak, pemberian gula sublingual dapat menjadi alternatif yang lebih mudah dan efektif dibandingkan glukosa intravena. [4,5]