Penatalaksanaan Rambut Rontok
Penatalaksanaan rambut rontok dapat berbeda-beda sesuai dengan tipe kerontokan. Pada umumnya, rambut rontok hanya memerlukan terapi medikamentosa, namun ada pula tipe rambut rontok yang memerlukan terapi suportif.[3,17,25]
Medikamentosa
Berikut merupakan terapi medikamentosa pada rambut rontok yang disesuaikan dengan tipe kerontokannya.
Tabel 1. Pilihan Terapi Medikamentosa Rambut Rontok
| Tipe | Terapi |
| Alopesia Areata | Injeksi triamcinolone acetonide (intradermal), dosis 5 – 10 mg/ml, dengan cara menyuntikan 0,1 ml per area. Pilihan terapi lainnya bisa menggunakan minoxidil semprot atau bahkan tacrolimus topikal |
| Alopesia Androgenetik | Minoxidil topikal 2% - 5% dengan cara teteskan 1 ml pada area rambut yang bermasalah, diberikan 2 kali sehari. Berikan juga finasteride 1 mg, sekali per hari |
| Tinea Kapitis | Disesuaikan dengan jenis dermatofit. Antifungal yang dianjurkan adalah pemberian melalui sistemik, yakni seperti oral terbinafine, itraconazole, fluconazole, dan griseofulvin |
| Alopesia Traumatik | Pada kerontokan yang tidak disengaja tidak ada terapi khusus, sedangkan pada trikotilomania dilakukan terapi suportif seperti cognitive behaviour therapy |
| Telogen Effluvium | Mengatasi faktor eksogen atau stresor rambut dapat memicu pertumbuhan rambut dan distribusi rambut pada fase telogen. Pada kasus kronik, dapat diberikan cairan minoxidil 5 % |
| Anagen Effluvium | Tidak ada terapi khusus, namun diduga penggunaan minoxidil dapat membantu proses pertumbuhan rambut |
| Alopesia Mucinosa | Belum ada terapi yang terbukti bermanfaat, namun diduga pemberian kortikosteroid topikal dan sistemik disertai terapi fotodinamik dapat memberikan respon terapi yang positif |
| Alopesia Neoplastik | Kemoterapi dan radiasi disesuaikan dengan tipe keganasan |
Sumber: dr. Novita, Alomedika. 2022.[2,3,6,16,18,25]
Minoxidil
Minoxidil bekerja terutama sebagai pembuka kanal kalium yang meningkatkan aliran darah dan memperpanjang fase anagen, sehingga folikel rambut tetap aktif lebih lama. Terapi ini efektif untuk alopesia androgenetik (AGA) pada pria dan wanita, dengan peningkatan densitas dan ketebalan rambut dalam 3–6 bulan dan efikasi optimal sekitar 12 bulan.
Minoxidil topikal 5% lebih kuat daripada 2%, tetapi formulasi 2% lebih sering dipilih untuk perempuan karena risiko hipertrikosis. Penghentian terapi hampir selalu menyebabkan rambut rontok kembali, sehingga penggunaan jangka panjang diperlukan.
Minoxidil oral dosis rendah menjadi alternatif bagi pasien dengan kepatuhan buruk terhadap obat topikal, meski risiko hipotensi, edema, dan hipertrikosis lebih besar. Ada pula studi yang menunjukkan efikasi dan keamanan dari sediaan injeksi.[20,26]
Inhibitor 5α-Reduktase
Inhibitor 5α-reduktase, seperti finasteride dan dutasteride, bekerja dengan menghambat konversi testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT), hormon utama yang menyebabkan miniaturisasi folikel rambut pada alopesia androgenetik. Dengan menurunkan kadar DHT, obat ini dapat memperlambat progresi kebotakan dan mendorong.
Obat ini tidak efektif untuk alopesia non–DHT-mediated seperti alopesia areata. Penggunaannya harus mempertimbangkan risiko disfungsi seksual, ginekomastia, dan efek lain yang berpotensi menetap.[26]
JAK Inhibitor
JAK inhibitor, seperti ruxolitinib dan tofacitinib, menargetkan jalur sinyal inflamasi yang memediasi serangan imun terhadap folikel rambut pada alopesia areata. Dengan menghambat aktivitas enzim Janus kinase, obat ini mampu memutus proses autoimun dan memungkinkan folikel kembali ke fase anagen.
Terapi ini efektif pada alopesia areata sedang-berat, dengan sebagian pasien mencapai ≥50% regrowth, termasuk alis dan bulu mata. Namun, JAK inhibitor tidak disetujui untuk alopesia androgenetik dan membawa risiko infeksi, trombosis, serta kejadian kardiovaskular pada penggunaan jangka panjang. Relaps sering terjadi setelah penghentian terapi, sehingga pemilihan pasien harus sangat selektif.[26]
Terapi Suportif
Terapi suportif diutamakan untuk rambut rontok tipe traumatik. Pada kasus seperti trikotilomania, diduga adanya keterlibatan gangguan mental seperti gangguan cemas. Sehingga disarankan untuk melakukan terapi seperti cognitive behaviour therapy dan jika diperlukan terapi tambahan seperti selective serotonin reuptake inhibitors seperti fluoxetine oleh dokter spesialis kejiwaan.[3]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha