Penggunaan Platelet-Rich Plasma pada Wanita dengan Alopecia Androgenetik

Oleh :
dr. Novianti Rizky Reza, Sp.KK

Platelet-rich plasma (PRP) telah banyak diteliti untuk penanganan kondisi dermatologis, termasuk alopecia androgenetik pada wanita. Alopecia androgenetik merupakan penyakit kerontokan rambut yang dipengaruhi oleh hormon androgen dan faktor genetik. Sebanyak 40% wanita usia 50 tahun dan 57% wanita usia 80 tahun mengalami alopecia androgenetik.[1]

Pilihan pengobatan alopecia androgenetik meliputi minoxidil, finasteride, spironolactone, dan terapi cahaya. Meski demikian, pemakaian modalitas tersebut memerlukan durasi terapi yang panjang untuk mencapai dan mempertahankan hasil yang optimal. Di sisi lain, tindakan transplantasi rambut memerlukan biaya yang cukup tinggi. PRP merupakan alternatif potensial untuk penanganan alopecia androgenetik pada wanita.[1,2]

PRPalopecia

Peran Penggunaan Platelet Rich Plasma dalam Penatalaksanaan Alopecia Androgenetik

Platelet-rich plasma (PRP) merupakan bagian dari plasma darah yang memiliki konsentrasi trombosit tinggi. Pada alopecia androgenetik, faktor pertumbuhan memiliki peran penting dalam transformasi dan perkembangan rambut terminal menjadi rambut velus. Berdasarkan hal tersebut, faktor pertumbuhan yang terkandung dalam PRP diduga akan bermanfaat untuk terapi alopecia androgenetik.[3]

PRP dapat diberikan pada kasus alopecia androgenetik yang tidak berespon maupun tidak dapat mentoleransi minoxidil topikal. PRP dapat diberikan sebagai kombinasi dengan modalitas terapi lainnya.[1,4]

Platelet-rich plasma (PRP) diminati pada kasus alopecia androgenetik oleh karena bersifat autologus, invasif minimal, aman, dan biaya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan transplantasi rambut. PRP adalah preparat autologus dengan teknik pengumpulan invasif minimal, sehingga risiko infeksi dan penolakan tentunya lebih rendah.[2]

Mekanisme Kerja Platelet Rich Plasma pada Alopecia Androgenetik

Pertumbuhan rambut berawal dari papilla dermis yang terdiri dari unit pilosebaseus dan area stem sel. Unit pilosebaseus juga memiliki reseptor androgen dalam konsentrasi yang tinggi yang mampu mensintesis dan melakukan metabolisme androgen. Growth factor yang terkandung dalam platelet-rich plasma (PRP) dapat bekerja pada area stem sel papilla dermis dan menstimulasi pertumbuhan folikel baru dan mendorong terjadinya neovaskularisasi.[1,5]

Selain itu, PRP juga mengandung trombosit yang telah teraktivasi. Trombosit yang telah teraktivasi akan melepaskan glial cell line-derived neurotrophic factor (GDNF) yang dapat merangsang pertumbuhan rambut melalui proliferasi sel, diferensiasi, dan angiogenesis. GDNF dapat merangsang proliferasi sel dan melindungi folikel rambut dari transisi katagen prematur. IGF-1 (insulin-like growth factor 1) dalam PRP juga diprediksi dapat menginduksi dan memperpanjang fase anagen dari siklus pertumbuhan rambut.[2,3,6]

Efikasi Platelet Rich Plasma pada Wanita dengan Alopecia Androgenetik

Sebuah tinjauan sistematik (2021) mengevaluasi hasil dari 16 uji klinis dan 26 studi observasional untuk mengetahui efikasi platelet-rich plasma (PRP) dalam penanganan alopecia androgenetik pada wanita. Studi yang dievaluasi memiliki total 1569 kasus, dimana 776 di antaranya adalah wanita. Hasil tinjauan menunjukkan bahwa PRP efektif dalam meningkatkan kepadatan rambut, baik dibandingkan dengan kontrol maupun baseline.[7]

Hasil serupa dilaporkan oleh tinjauan sistematik lain (2021). Studi ini menunjukkan bahwa penggunaan PRP berkaitan dengan ketebalan rambut yang bertambah pada pasien dengan alopecia androgenetik. Penggunaan PRP dan minoxidil ditemukan menghasilkan perbaikan dan kepuasan tertinggi. Dari studi-studi yang ditinjau, efikasi PRP tertinggi pada pasien dengan alopecia androgenetik adalah 42,75% dan efikasi terendah yang dilaporkan adalah 25,55%. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah nyeri akibat injeksi PRP.[8]

Tinjauan lain (2021) mengevaluasi hasil dari 8 studi klinis dengan total sampel 197 perempuan. Hasil tinjauan menunjukkan bahwa PRP memiliki efikasi yang baik dalam memperbaiki kondisi alopecia androgenetik pasien dan meningkatkan kualitas hidup.[1]

Cara Pemberian Platelet Rich Plasma pada Wanita dengan Alopecia Androgenetik

Proses persiapan platelet-rich plasma (PRP) pada umumnya membutuhkan waktu kurang dari 1 jam. PRP diambil dari darah vena pasien sebanyak 18-30 ml. Jumlah PRP yang dihasilkan bervariasi berdasarkan alat dan teknik yang digunakan. Darah ditempatkan dalam tabung yang mengandung antikoagulan. Darah kemudian disentrifugasi, yang kemudian menyebabkan darah terbagi menjadi 3 bagian. Bagian bawah adalah sel darah merah, kemudian plasma aselular pada bagian supernatan, dan lapisan buffy coat di tengah yang akan digunakan dalam terapi PRP.[2,4,9]

Rute pemberian, dosis, frekuensi, dan jarang antar perawatan PRP yang paling baik untuk alopecia androgenetik pada wanita belum diketahui jelas. PRP dapat diberikan secara intradermal, subepidermal, transepidermal dengan laser karbondioksida fraksional, ataupun transepidermal dengan microneedling.[2,10]

PRP dapat dikombinasikan dengan terapi alopecia androgenetik lainnya. PRP tidak menghambat komponen hormonal dari alopecia androgenetik. Pemberian bersama dengan minoxidil atau finasteride telah dilaporkan menghasilkan jumlah dan kepadatan rambut yang lebih baik.[2,6]

Kontraindikasi Pemberian Platelet Rich Plasma pada Wanita dengan Alopecia Androgenetik

Pemberian platelet-rich plasma (PRP) umumnya aman. Meski demikian, PRP tidak diberikan pada pasien dengan trombositopenia, disfungsi platelet, instabilitas hemodinamik, sepsis, dan infeksi lokal pada area pemberian. Selain itu, PRP juga tidak direkomendasikan jika pasien memiliki riwayat konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dalam 48 jam terakhir, riwayat penggunaan steroid sistemik dalam 1 bulan terakhir, serta sedang mengalami kanker, anemia, atau demam.

Pasien dengan koagulopati bukan kandidat yang baik untuk terapi PRP dan pada sebagian besar studi dieksklusi berdasarkan kekhawatiran akan perdarahan periprosedural. Pasien yang menggunakan obat antikoagulasi atau antiplatelet, seperti clopidogrel atau aspirin, juga harus diawasi karena berisiko lebih tinggi mengalami perdarahan. Selain itu, karena mekanisme PRP berkaitan dengan konsentrasi dan aktivitas trombosit dan faktor turunan trombosit, pasien yang menggunakan obat antiplatelet dikeluarkan dari sebagian besar penelitian, sehingga tidak jelas apakah mereka akan mendapat manfaat yang setara.[9,11]

Komplikasi

Alopecia androgenetik pada wanita memiliki beban morbiditas yang tinggi karena pengaruhnya terhadap kualitas hidup pasien. Penanganan alopecia androgenetik umumnya memakan waktu lama serta cukup sulit untuk mempertahankan hasil yang didapat. Transplantasi rambut merupakan tata laksana terbaik, tetapi membutuhkan biaya yang mahal dan metodenya juga lebih invasif. Oleh karenanya, platelet-rich plasma (PRP) adalah alternatif terapi yang sangat potensial. Studi yang ada saat ini menunjukkan bahwa PRP memiliki efikasi dan profil keamanan yang sangat baik dalam mengatasi alopecia androgenetik pada wanita.

Referensi