Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Infeksi Virus Zika general_alomedika 2024-10-31T13:50:11+07:00 2024-10-31T13:50:11+07:00
Infeksi Virus Zika
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Diagnosis Infeksi Virus Zika

Oleh :
dr. Qorry Amanda, M.Biomed
Share To Social Media:

Diagnosis infeksi virus Zika sulit ditentukan hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik sebab sekitar 80% pasien tidak mengeluhkan gejala apapun. Pada pasien yang bergejala, bercak kulit, mata merah, demam ringan, berbagai keluhan nyeri (nyeri kepala, retro-orbital, otot, sendi) dapat dikeluhkan.[1-3]

Diagnosis infeksi virus Zika terutama dicurigai pada pasien dengan riwayat perjalanan/tinggal di daerah endemis infeksi virus Zika dan ditegakkan melalui uji RT-PCR virus Zika yang positif. Periode inkubasi virus Zika berlangsung 3-14 hari.[1-3,48]

Anamnesis

Identifikasi faktor risiko pada pasien merupakan kunci untuk mengetahui apakah pasien termasuk dalam suspek terinfeksi virus Zika. Anamnesis yang mengarah pada diagnosis infeksi virus Zika sangat sulit sebab 60-80% pasien tidak bergejala atau hanya mempunyai gejala ringan.

Gejala yang sering dilaporkan adalah lesi kulit (90%), konjungtivitis (55-82%), demam subfebris (65-80%), cephalgia (45-80%), artralgia (65-70%), myalgia (48-65%), dan nyeri retro-orbital (39-48%).[1-3, 10-16]

Lesi Kulit

Lesi kulit berbatas tegas (makulopapular) dapat muncul secara difus di seluruh bagian tubuh. Area predileksi berupa wajah, badan, ekstremitas, telapak tangan, dan telapak kaki. Lesi dapat disertai dengan pruritus. Lesi kulit umumnya muncul pada minggu pertama proses penyakit dan bertahan hingga beberapa hari atau minggu.[1-3, 10-16]

Konjungtivitis

Tingginya afinitas virus Zika pada jaringan saraf dan mata bermanifestasi sebagai konjungtivitis ringan hingga lesi korioretina yang berat. Manifestasi klinis pada mata paling sering dijumpai pada orang dewasa berupa konjungtivitis non purulen. Pada studi uji coba tikus, dilaporkan bahwa infeksi virus Zika dapat menyebabkan panuveitis.[1-3, 10-16]

Demam Subfebris dan Nyeri Kepala

Demam subfebris merupakan gejala utama pada pasien yang simptomatik yang muncul bersamaan dengan lesi kulit atau nyeri kepala. Sementara nyeri kepala umumnya muncul bersamaan dengan nyeri pada mata atau retro-orbital. Nyeri kepala dapat terjadi baik pada pasien anak maupun dewasa.[1-3, 10-16]

Nyeri Retro-orbital

Nyeri retro-orbital adalah salah satu gejala khas pada infeksi virus yang ditularkan melalui arthropoda seperti nyamuk. Nyeri retro-orbital sering dideskripsikan sebagai sensasi nyeri kepala yang dirasakan di belakang kepala. Invasi virus Zika secara langsung pada organ mata dapat menyebabkan gejala tersebut.[1-3, 10-16]

Artralgia

Artralgia pada infeksi virus Zika disebabkan oleh viremia atau reaksi inflamasi yang mempengaruhi ligamen, bursa, atau tendon yang mengelilingi sendi. Selain itu mayoritas pasien juga mengeluhkan kaku, eritema dan edema pada sendi. Artralgia umumnya muncul bersamaan dengan myalgia dan lesi makulopapular.[1-3, 10-16]

Myalgia

Penelitian in vitro dan in vivo membuktikan bahwa virus Zika dapat menginfeksi sel mioblas dan mengakibatkan kerusakan hingga kematian sel otot yang diinfeksinya. Oleh karena itu, pasien sering mengeluhkan nyeri pada otot.[1-3, 10-16]

Gejala Lain

Beberapa gejala lain yang jarang dijumpai berupa nyeri perut, vomitus, serta edema. Gangguan saraf seperti meningitis, encephalitis, myelitis, atau sindrom Guillain-Barre dilaporkan sering terjadi setelah infeksi virus Zika. Oleh karena adanya kemiripan gejala dengan virus genus Flavivirus dan arbovirus lainnya, membedakan gejala infeksi virus Zika menjadi tantangan pada daerah endemis demam dengue, malaria, dan Chikungunya.[1,3,10-16]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang relevan untuk dilakukan dalam menegakkan kecurigaan diagnosis infeksi virus Zika adalah sebagai berikut.

Tanda-tanda Vital

Pada pemeriksaan tanda-tanda vital dapat ditemukan peningkatan suhu tubuh hingga 38,5oC. Penurunan tekanan darah dapat menandakan syok hemoragik yang terjadi pada infeksi virus Zika. Pada kasus infeksi virus Zika yang disertai dengan infeksi virus Dengue dapat terjadi peningkatan suhu yang lebih tinggi dan peningkatan frekuensi nadi.[3,17-21]

Pemeriksaan Umum pada Anak dan Dewasa

Pada pemeriksaan umum pasien anak dan dewasa dapat ditemukan:

  • Kulit: lesi makulopapular yang dapat disertai dengan pruritus
  • Orbita: konjungtivitis nonpurulen, koloboma iris, subluksasi lensa, katarak, glaukoma, mikroftalmia, strabismus, nistagmus, kerusakan retina dan saraf optikus
  • Saraf: penurunan fungsi motorik yang simetris, penurunan refleks fisiologis, gangguan saraf sensoris, gangguan saraf otonom (abnormalitas frekuensi nadi, tekanan darah, dan retensi urin)[3,17-21]

Pemeriksaan Umum pada Bayi

Pada pemeriksaan umum pasien bayi baru lahir dengan sindrom Zika kongenital dapat ditemukan:

  • Kepala: mikrosefali, hidrosefalus, overriding sutures /closed fontanels, kolaps pada tulang kranium
  • Mata: kebutaan, gangguan retina atau saraf optik, strabismus, nystagmus, katarak, glaukoma

  • Saraf: hipertonik, kejang, hiperefleksia, gangguan tonus asimetris pada refleks leher, postur abnormal, hemiparesis, hipoaktivitas, tremor distal, tangan mengepal
  • Sistem organ lain: poli/oligohidramnion, restriksi pertumbuhan intrauterin, hepatomegali/ kalsifikasi liver, berat badan lahir rendah, anomali traktus genitourinaria, insufisiensi plasenta, kardiomiopati, takiaritmia, kelainan katup jantung, kalsifikasi timus[3,17-21]

WHO merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan lingkar kepala atas pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus Zika. Pemeriksaan lingkar kepala dilakukan pada hari 1–7 pasca kelahiran.[3,17-21,38]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding infeksi virus Zika adalah infeksi yang disebabkan oleh virus anggota genus Flavivirus, arbovirus lain dan infeksi virus lain yang didominasi dengan gejala ruam.[1,3,22]

Demam Dengue

Demam Dengue dapat mempunyai karakteristik yang sama dengan infeksi virus Zika, yaitu nyeri retro-orbital, myalgia dan arthralgia, konjungtivitis (meski jarang), dan lesi makulopapular.[1,22]

Namun, demam umumnya mencapai 39-40oC, berbeda dengan demam subfebris pada infeksi virus Zika. Selain itu, pasien demam Dengue dapat menunjukkan tanda-tanda hemoragik, seperti petekie, epistaksis, dan perdarahan saluran pencernaan.[1,22]

Infeksi Virus Chikungunya

Demam pada infeksi virus Chikungunya juga berupa demam tinggi yang disertai dengan artralgia hebat pada tangan, kaki, lutut, dan punggung. Infeksi Chikungunya juga tidak melibatkan konjungtivitis seperti yang sering terjadi pada infeksi virus Zika. Selain itu, hasil positif serologi Chikungunya dapat membantu membedakannya dengan infeksi virus Zika.[1,22]

Malaria

Malaria merupakan salah satu diagnosis banding infeksi virus Zika jika didapatkan riwayat perjalanan ke daerah endemis Malaria. Gejala yang umum terjadi adalah demam yang disertai gangguan abdomen (seperti mual, vomitus, diare, nyeri abdomen) dan anemia. Diagnosis Malaria ditegakkan melalui hasil positif pada pemeriksaan kultur darah/urin/feses Salmonella enterica serovar typhi.[1,22]

Demam Kuning (Yellow Fever)

Demam kuning sendiri mempunyai karakteristik demam disertai ikterus sehingga dapat dibedakan dengan infeksi virus Zika. Hasil serologi positif pada demam kuning dapat membedakannya dengan infeksi virus Zika.[1,22]

Rubella

Manifestasi klinis Rubella meliputi demam subfebris dan coryza. Ruam pada Rubella dimulai dari wajah dan kemudian menyebar ke tungkai. Diagnosis Rubella ditegakkan melalui pemeriksaan serologi.[49]

Campak (Measles)

Manifestasi klinis Campak meliputi demam, batuk, nyeri tenggorok, coryza, konjungtivitis, dan limfadenitis. Bercak Koplik dapat ditemukan sebelum ruam generalisata muncul. Pemeriksaan serologi dapat membedakan antar Campak dan infeksi virus Zika.[3]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk mengonfirmasi infeksi virus Zika didasarkan pada metode pemeriksaan molekuler dan serologi. Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) merupakan metode pemeriksaan penunjang berbasis molekuler yang bersifat baku emas (gold standard) pada kecurigaan infeksi virus Zika. Contoh metode pemeriksaan molekuler melalui NAAT yang paling sering dilakukan adalah uji RT-PCR.[2,3,23]

Pemeriksaan serologi merupakan metode pemeriksaan yang didasarkan pada temuan antibodi IgM terhadap virus Zika. Pemeriksaan penunjang lainnya untuk mengonfirmasi infeksi virus Zika adalah dengan Plaque Reduction Neutralization plate (PRNT) atau pemeriksaan imunohistokimia pada prosedur otopsi.[24]

Uji RT-PCR

Uji RT-PCR adalah salah satu jenis pemeriksaan NAAT yang paling sering digunakan untuk mengonfirmasi infeksi virus Zika. Sampel pemeriksaan dapat berupa urin, air liur, jaringan, atau darah lengkap. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya materi genetik virus Zika. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan rekomendasi untuk melakukan uji RT-PCR pada:

  • Semua orang yang terpapar lingkungan virus Zika (baru saja tinggal/bepergian dari tempat yang endemis infeksi virus Zika atau berhubungan seks tanpa kondom dengan orang yang hidup atau bepergian di daerah infeksi virus Zika)
  • Semua wanita hamil yang terpapar lingkungan virus Zika
  • Semua wanita hamil dengan janin yang terdeteksi dari pemeriksaan USG memiliki tanda-tanda klinis yang berhubungan dengan infeksi virus Zika
  • Semua wanita hamil pada kunjungan prenatal pertama sebagai pemeriksaan rutin dan selama trimester kedua pada mereka yang terpapar lingkungan virus Zika[1,3]

Hasil positif dari uji RT-PCR dianggap true positive apabila uji dilakukan dalam 7 hari pertama sejak onset gejala. Untuk mengeksklusi kemungkinan positif palsu, uji RT-PCR harus diulang sekali lagi menggunakan spesimen yang sama. Apabila hasil RT-PCR negatif dalam 7 hari sejak onset, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan serologi.[2,23]

Uji Serologi

Uji serologi digunakan untuk mendeteksi antibodi IgM terhadap virus Zika dan dapat dilakukan setelah 7 hari dari onset gejala menggunakan metode ELISA. Pemilihan waktu pemeriksaan serologi yang tidak tepat dapat memberikan hasil negatif palsu. Hal ini disebabkan oleh pembentukkan antibodi yang belum cukup terdeteksi atau titer antibodi yang mulai turun hingga tak terdeteksi.

Pemeriksaan serologi antibodi IgM terhadap virus Zika juga dapat memberikan hasil positif palsu akibat adanya reaksi silang (cross reactivity) terhadap Flavivirus, terutama virus Dengue.[3]

Jika dari hasil pemeriksaan serologi masih sulit untuk menentukan antara virus zika atau Dengue, uji PRNT dapat dilakukan. CDC menetapkan nilai batas (cut off value) positif untuk pemeriksaan PRNT sebesar 90% pada titer antibodi ≥10 pada sampel serum dan ≥2 pada sampel cairan serebrospinalis.[3]

Antibodi IgM terhadap virus Zika dapat bertahan positif hingga 12 minggu atau lebih pada pasien yang telah memiliki riwayat infeksi virus Zika sebelumnya. Infeksi virus Zika dapat dieksklusi dari kemungkinan diagnosis banding bila:

  • Pemeriksaan NAAT dan IgM serum yang dilakukan dalam onset 7 hari-12 minggu sejak timbulnya gejala atau kecurigaan infeksi virus Zika memberikan hasil yang negatif
  • Pemeriksaan IgM serum yang dilakukan dalam onset diatas 12 minggu sejak timbulnya gejala atau kecurigaan infeksi virus Zika memberikan hasil yang negatif [2,39]

Pemeriksaan Laboratorium Lainnya

Adapun pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan hitung darah lengkap (dengan temuan normal atau leukopenia dan trombositopenia ringan), pemeriksaan fungsi hati (dimana enzim transaminase dapat bernilai normal atau meningkat), dan pemeriksaan kehamilan pada wanita. Namun, pemeriksaan ini tidak spesifik terhadap infeksi virus Zika.[1]

Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG dilakukan pada pasien suspek infeksi virus Zika yang sedang hamil untuk menilai kemungkinan bayi mempunyai kelainan kongenital akibat terinfeksi virus Zika. Hal ini berdasarkan penelitian yang menemukan bahwa sebanyak 65% bayi lahir terinfeksi virus zika melalui transmisi vertikal.[2,34]

Mikrosefali sebagai komplikasi manifestasi infeksi virus Zika kongenital dapat terlihat sejak 18 minggu usia kehamilan. Kelainan anatomis lain yang dapat terlihat adalah restriksi pertumbuhan intrauterine, serta abnormalitas posisi ekstremitas janin.[2,34]

Pemeriksaan MRI

Pemeriksaan MRI dilakukan pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang sudah terkonfirmasi infeksi virus Zika melalui pemeriksaan PCR. MRI dilakukan untuk mengonfirmasi kelainan kongenital yang mungkin terjadi seperti mikrosefali, ventrikulomegali, kalsifikasi serebral, polymicrogyria, atrofi korteks, hipoplasia serebelum, myelinisasi yang tertunda, atau hipoplasia korpus kallosum.[2,34]

Referensi

1. Wolford RW, Schaefer TJ. Zika Virus. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430981/
2. Labeaud, A. (2022). Zika virus infection: An overview. https://www.uptodate.com/contents/Zika-virus-infection-an-overview
3. Navalkele, B., Levine, M.,(2021). Zika Virus. https://emedicine.medscape.com/article/2500035-overview#a3
10. Cunha, A. J., de Magalhães-Barbosa, M. C., Lima-Setta, F., et al.(2017). Microcephaly Case Fatality Rate Associated with Zika Virus Infection in Brazil: Current Estimates. The Pediatric infectious disease journal, 36(5), 528–530. https://doi.org/10.1097/INF.0000000000001486
11. Masmejan, S., Musso, D., Vouga, M., et al.(2020). Zika Virus. Pathogens (Basel, Switzerland), 9(11), 898. https://doi.org/10.3390/pathogens9110898
12. Manangeeswaran, M., Kielczewski, J. L., Sen, H. N., et al. (2018). ZIKA virus infection causes persistent chorioretinal lesions. Emerging microbes & infections, 7(1), 96. https://doi.org/10.1038/s41426-018-0096-z
13. Hussain, A., Ali, F., Latiwesh, O. B., et al. (2018). A Comprehensive Review of the Manifestations and Pathogenesis of Zika Virus in Neonates and Adults. Cureus, 10(9), e3290. https://doi.org/10.7759/cureus.3290
14. Edupuganti, S., Natrajan, M. S., Rouphael, N., et al. (2017). Biphasic Zika Illness With Rash and Joint Pain. Open forum infectious diseases, 4(3), ofx133. https://doi.org/10.1093/ofid/ofx133
15. Wimalasiri-Yapa, B., Yapa, H. E., Huang, X., et al.(2020). Zika Virus and Arthritis/Arthralgia: A Systematic Review and Meta-Analysis. Viruses, 12(10), 1137. https://doi.org/10.3390/v12101137
16. Legros, V., Jeannin, P., Burlaud-Gaillard, J., et al.(2020). Differentiation-dependent susceptibility of human muscle cells to Zika virus infection. PLoS neglected tropical diseases, 14(8), e0008282. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0008282
17. Vroon, P., Roosblad, J., Poese, F., et al.(2017). Severity of acute Zika virus infection: A prospective emergency room surveillance study during the 2015-2016 outbreak in Suriname. IDCases, 10, 117–121. https://doi.org/10.1016/j.idcr.2017.10.007
18. Agrawal, R., Oo, H. H., Balne, P. K., et al. (2018). Zika Virus and the Eye. Ocular immunology and inflammation, 26(5), 654–659. https://doi.org/10.1080/09273948.2017.1294184
19. Ventura, C. V., & Ventura, L. O. (2018). Ophthalmologic Manifestations Associated With Zika Virus Infection. Pediatrics, 141(Suppl 2), S161–S166. https://doi.org/10.1542/peds.2017-2038E
20. Gov UK.(2017).Zika virus and Guillain Barre Syndrome. https://www.gov.uk/guidance/Zika-virus-and-guillain-barre-syndrome
21. Freitas, D. A., Souza-Santos, R., Carvalho, L., et al. (2020). Congenital Zika syndrome: A systematic review. PloS one, 15(12), e0242367. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0242367
22. Kazmi, S. S., Ali, W., Bibi, N., et al. (2020). A review on Zika virus outbreak, epidemiology, transmission and infection dynamics. Journal of biological research (Thessalonike, Greece), 27, 5. https://doi.org/10.1186/s40709-020-00115-4
23. Eboigbodin, K. E., Brummer, M., Ojalehto, T., et al. (2016). Rapid molecular diagnostic test for Zika virus with low demands on sample preparation and instrumentation. Diagnostic microbiology and infectious disease, 86(4), 369–371. https://doi.org/10.1016/j.diagmicrobio.2016.08.027
24. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.(2017).Pedoman Pencegahan & Pengendalian Virus Zika. https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Buku_Pedoman_Pencegahan_dan_Pengendalian_Virus_Zika.pdf
25. Baz, M., & Boivin, G. (2019). Antiviral Agents in Development for Zika Virus Infections. Pharmaceuticals (Basel, Switzerland), 12(3), 101. https://doi.org/10.3390/ph12030101
26. Simanjuntak, Y., Ko, H. Y., Lee, Y. L., et al. (2020). Preventive effects of folic acid on Zika virus-associated poor pregnancy outcomes in immunocompromised mice. PLoS pathogens, 16(5), e1008521. https://doi.org/10.1371/journal.ppat.1008521
34. Lockwood, C., Ros, S., Nielsen-Saines, K.(2021).Zika Virus Infection: Evaluation and Management of Pregnant Women. https://www.uptodate.com/contents/Zika-virus-infection-evaluation-and-management-of-pregnant-women
38. Alvarado-Socarras, J. L., Idrovo, Á. J., Contreras-García, G. A., Rodriguez-Morales, A. J., Audcent, T. A., Mogollon-Mendoza, A. C., & Paniz-Mondolfi, A. (2018). Congenital microcephaly: A diagnostic challenge during Zika epidemics. Travel medicine and infectious disease, 23, 14–20. https://doi.org/10.1016/j.tmaid.2018.02.002
39. Babe,I. e. al.(2019).Interim Guidance for Interpretation of Zika Virus Antibody Test Results. CDC. https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/65/wr/mm6521e1.htm
48. Krow-Lucal ER, Biggerstaff BJ, Staples JE. Estimated Incubation Period for Zika Virus Disease. Emerg Infect Dis. 2017;23(5):841-845. doi:10.3201/eid2305.161715

Epidemiologi Infeksi Virus Zika
Penatalaksanaan Infeksi Virus Zika
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 11 jam yang lalu
Diagnosis tuberkulosis
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien anak 22 bulan, dengan keluhan bb seret 5 bulan, tidak ada keluhan lain. Hasil lab menunjukkan neutrofil dan limfosit rendah...
dr. Eka Dewi Wulandari
Dibalas 11 jam yang lalu
SKP sudah melebihi 250 , belum juga di verifikasi....
Oleh: dr. Eka Dewi Wulandari
1 Balasan
Assalamualaikum, izin bertanya dok, barang kali ada pengalaman yg sama... SIP  saya berlaku sampai sekitar akhir Januari... Lalu saya mengajukan perpanjangan...
dr. Ade Wijaya SpN
Dibalas 13 Juni 2025, 14:17
Fitur Ulasan Pasien di dalam MyPatient - Aplikasi Alomedika
Oleh: dr. Ade Wijaya SpN
7 Balasan
AlodokterSekarang ada option respon terhadap ulasan pasien.Ini fungsinya apa ya?Mohon info.Terima kasih.

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.