World Health Organization (WHO) menerbitkan pedoman tentang penanganan pasien terduga atau terkonfirmasi penyakit arbovirus seperti demam berdarah, chikungunya, zika dan demam kuning. Dalam pedoman ini dibahas pendekatan terpadu dalam diagnosis penyakit arbovirus dimana pada tahap awal infeksi, keempat penyakit ini dapat menunjukan gejala yang sama beserta tata laksana yang dapat dilakukan sesuai dengan penyakitnya.
Pedoman ini berisi tentang rekomendasi terapi cairan, termasuk pilihan cairan dan kapan terapi cairan intravena diperlukan. Selain itu, pedoman ini juga membahas mengenai pilihan terapi untuk mengatasi gejala seperti demam dan nyeri pada pasien yang mengalami penyakit arbovirus.[1]
Tabel 1. Tentang Pedoman Klinis Ini
Penyakit | Penyakit Arbovirus: Dengue, Chikungunya, Zika, dan Demam Kuning |
Tipe | Penatalaksanaan |
Yang Merumuskan | World Health Organization (WHO) |
Tahun | 2025 |
Negara Asal | Internasional |
Dokter Sasaran | Dokter Umum, Dokter Jaga UGD, Spesialis Infeksi Tropis, Spesialis Penyakit Dalam. |
Penentuan Tingkat Bukti
Penentuan tingkat bukti pada pedoman klinis ini mengikuti standar internasional seperti yang ditetapkan oleh Institute of Medicine, WHO, dan GRADE Working Group. Setiap pertanyaan klinis diformulasikan menggunakan kerangka PICO (Population, Intervention, Comparator, Outcome). Tim ahli multidisipliner yang tergabung dalam Guideline Development Group (GDG) menilai pentingnya setiap luaran dari perspektif pasien dan relevansinya terhadap praktik klinis.
Bukti ilmiah untuk setiap PICO dikumpulkan melalui tinjauan sistematis terhadap uji klinis acak (RCT) dari berbagai basis data hingga April 2024. Kualitas dan kepastian bukti kemudian dievaluasi menggunakan metodologi GRADE, yang menilai aspek seperti risiko bias, konsistensi hasil, ketepatan estimasi efek, dan relevansi (directness) terhadap populasi sasaran.[1]
Rekomendasi Utama untuk Diterapkan dalam Praktik Klinis Anda
Pedoman ini membahas mengenai penanganan terhadap penyakit arbovirus, termasuk di dalamnya Adalah infeksi dengue, chikungunya, zika, dan demam kuning. Rekomendasi dibagi ke dalam dua klasifikasi besar, yakni pasien dengan manifestasi berat dan pasien dengan manifestasi ringan-sedang (non-severe).[1]
Rekomendasi Penanganan Penyakit Arbovirus pada Manifestasi Non-Severe
Berikut adalah beberapa rekomendasi untuk penanganan penyakit arbovirus derajat ringan-sedang (non-severe):
- Gunakan protokol terapi cairan per oral, dengan pemberian yang sedikit-sedikit tapi sering. Asupan cairan oral yang adekuat akan menghasilkan setidaknya 4-6 buang air kecil per hari.
- Pada pasien yang mengalami demam atau nyeri, obat yang direkomendasikan adalah paracetamol.
- Pilihan terapi demam dan nyeri lainnya adalah metamizole.
- Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) tidak direkomendasikan, terlepas dari tingkat keparahan penyakit.
- Penggunaan kortikosteroid, seperti prednisone, untuk penyakit non-severe tidak direkomendasikan.[1]
Rekomendasi Penanganan Penyakit Arbovirus pada Manifestasi Berat
Rekomendasi tata laksana pada kasus dengan manifestasi berat mencakup:
- Pada pasien yang memerlukan terapi cairan intravena, cairan kristaloid lebih direkomendasikan dibandingkan koloid.
Passive leg raise test bisa digunakan pada pasien yang mengalami syok jika klinisi tidak yakin apakah terapi cairan lebih lanjut masih diperlukan.
- Penggunaan kortikosteroid sistemik, immunoglobulin, dan transfusi platelet profilaksis (ketika tidak terjadi perdarahan) tidak direkomendasikan.
- Pada pasien dengan demam kuning yang mengalami gagal hati, dapat digunakan N-asetilsistein
- Penggunaan immunoglobulin monoklonal TY014 dan sofosbuvir pada demam kuning hanya direkomendasikan dalam setting [1]
Perbandingan dengan Pedoman Klinis di Indonesia
Di Indonesia, pedoman klinis penyakit arbovirus tidak digabung menjadi satu seperti pada pedoman WHO ini. Sebagai contoh, di Indonesia terdapat pedoman penanganan demam dengue yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan. Isi rekomendasi pada pedoman Kemenkes serupa dengan WHO, yakni menyarankan penggunaan rehidrasi oral pada manifestasi ringan-sedang dan juga tidak menganjurkan penggunaan rutin kortikosteroid.[2]
Kesimpulan
World Health Organization (WHO) menerbitkan pedoman manajemen klinis pasien dengan terduga atau terkonfirmasi penyakit arbovirus seperti infeksi dengue, chikungunya, zika dan demam kuning. Beberapa rekomendasi dalam pedoman ini yang perlu diperhatikan Adalah:
- Terapi oral diutamakan pada kasus non-severe, sedangkan pada kasus derajat berat dapat digunakan kristaloid intravena dibandingkan koloid.
- Paracetamol bisa digunakan untuk terapi nyeri atau demam, dengan alternatif adalah metamizole.
- Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid tidak dianjurkan, terlepas dari derajat manifestasi klinis.
- Penggunaan kortikosteroid sistemik juga tidak dianjurkan, terlepas dari derajat manifestasi klinis.
- Pada kasus demam kuning derajat berat, penggunaan immunoglobulin monoklonal TY014 dan sofosbuvir hanya dianjurkan untuk konteks penelitian.