Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Filariasis general_alomedika 2023-03-20T08:50:02+07:00 2023-03-20T08:50:02+07:00
Filariasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Filariasis

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Diagnosis filariasis ditegakkan dengan adanya riwayat tinggal di daerah endemi, manifestasi klinis yang muncul, dan identifikasi mikrofilaria pada pemeriksaan laboratorium. Filariasis dapat bersifat asimtomatik pada sebagian besar kasus. Manifestasi klinis berbeda-beda untuk setiap jenis filariasis.[1,2]

Anamnesis

Saat anamnesis perlu ditanyakan informasi mengenai faktor risiko seperti tinggal lama di daerah endemi, serta anamnesis keluhan pasien. Sebagian besar kasus filariasis bersifat asimtomatik, namun beberapa kasus dapat berkembang menjadi penyakit akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung jenis filariasis yang terjadi.[1,2]

Filariasis Limfatik

Sebagian besar kasus filariasis limfatik bersifat asimtomatik, namun beberapa kasus dapat berkembang menjadi penyakit akut atau kronis. Gejala klinis akut berupa nyeri kepala, demam, menggigil, malaise, pembengkakan limfe di daerah pangkal paha dan ketiak, atau abses. Sedangkan gejala klinis kronik berupa bengkak di kaki (paling sering), lengan, payudara, dan genital. Gejala urin seperti susu, atau disebut kiluria, dapat terjadi pada infeksi Wuchereria bancrofti.

Gejala filariasis limfatik mencakup:

  • Demam filarial: demam, rigor dan tremor yang bertahan selama 1–3 jam, bisa disertai muntah
  • Limfangitis dan limfadenitis: Nyeri dan eritema di kelenjar limfe yang terkena
  • Limfedema: Pembengkakan pembuluh limfe, biasanya hanya di satu ekstremitas dan lebih sering ditemukan pada ekstremitas bawah. Dapat disertai rasa nyeri

  • Hidrokel: Pembengkakan skrotum, dapat didahului dengan funikulitis

  • Dermatolimfangiadenitis akut: Nyeri pada daerah yang terkena, demam, menggigil, nyeri kepala, dan muntah
  • Kiluria: Bocornya cairan limfe ke urin sehingga urin berwarna putih susu
  • Eosinofilia pulmoner tropis: Batuk, sesak napas, suara napas mengi, dan nyeri dada[5,15]

Onchocerciasis

Manifestasi klinis yang muncul pada onchocerciasis disebabkan oleh adanya mikrofilaria di kulit dan mata, sehingga gejala terutama muncul di kulit dan mata. Gejala di kulit berupa ruam kulit gatal (onchodermatitis), sedangkan gejala pada mata diawali dengan mata gatal dan kemerahan, serta fotofobia. Gejala umum lain seperti penurunan berat badan, mialgia, dan limfadenitis juga dapat terjadi.[2,6,7,8]

Loiasis

Gejala loiasis berupa pembengkakan Calabar (pembengkakan tidak nyeri yang terlokalisir di ekstremitas atas dan bawah, serta sekitar persendian), gatal di area pembengkakan atau di seluruh tubuh, adanya cacing dewasa yang bergerak di permukaan mata atau di dalam kulit, gatal dan nyeri pada mata, dan sensitivitas mata terhadap cahaya. Gejala lain yang dapat muncul antara lain ruam, mialgia, atralgia, dan fatigue.[2,6,9,10]

Mansonellosis

Mansonellosis umumnya asimtomatik. Jika muncul gejala biasanya ringan dan tidak spesifik seperti demam, fatigue, atralgia, nyeri kepala, ruam, gatal, nyeri abdomen, dan gangguan visus jika ditemukan mikrofilaria di mata.[6,11,16]

Pemeriksaan Fisik

Temuan pada pemeriksaan fisik berbeda-beda untuk setiap jenis filariasis.[1,2]

Filariasis Limfatik

Pada kasus akut akan ditemukan limfadenitis, limfangitis, dan adenolimfangitis terutama di area inguinal dan aksila. Lebih lanjut dapat muncul abses yang mengandung kumpulan cacing dewasa yang telah mati. Jika abses ruptur maka akan mengeluarkan cacing dewasa yang telah mati tersebut.[1,2,15]

30% kasus filariasis limfatik dapat berkembang menjadi kronik. Pada kasus kronik akan ditemukan limfedema di kaki (paling sering), lengan, payudara, dan genital. Pada pria, hidrokel adalah manifestasi filariasis limfatik yang paling sering ditemukan, terutama jika terinfeksi oleh W. bancrofti.

Selain hidrokel, dapat ditemukan funikulitis, epididimitis, atau orkitis akibat cacing dewasa mati yang terkumpul di area skrotum. Pada wanita, lebih sering ditemukan limfedema hingga elefantiasis (bentuk parah dari limfedema), terutama di ekstremitas bawah.[1,2,4,5,15]

Dermatolimfangioadenitis akut (inflamasi akut lokal pada kulit, limfonodi, dan pembuluh limfatik) seringkali menyertai limfedema kronik. Pada dermatolimfangioadenitis akut terjadi limfangitis berulang yang memicu limfedema. Elefantiasis merupakan bentuk parah limfedema yang dikarakterisasi sebagai hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan akantosis.[1,2,4,15]

Onchocerciasis

Pada onchocerciasis dapat ditemukan lesi di kulit dan mata. Lesi kulit yang dapat terjadi antara lain dermatitis, perubahan pigmentasi kulit seperti macan tutul (leopard skin), likenifikasi, nodul subkutan (onchocercoma) terutama di daerah tonjolan tulang, penipisan kulit dengan hilangnya elastisitas kulit (cigarette-paper appearance), dan atrofi kulit inguinal (hanging groin).

Lesi okular yang dapat ditemukan antara lain keratitis pungtata, pembentukan pannus, fibrosis kornea, iridosiklitis, glaukoma, koroiditis, dan atrofi nervus optikus. Tanpa terapi, lesi pada mata akan berprogresi menjadi fibrosis kornea dan neuritis optik akut yang menyebabkan kebutaan.[2,6-8]

Loiasis

Pada loiasis dapat ditemukan pembengkakan Calabar dan cacing di mata. Pembengkakan Calabar berupa edema subkutan non-eritem yang terlokalisir di ekstremitas atas dan bawah, serta sekitar persendian. Cacing dewasa dapat terlihat bergerak di subkonjungtiva dan menyebabkan kongesti mata. Cacing di mata biasanya hanya terlihat dalam beberapa jam hingga kurang dari 1 minggu.

Selain di mata, cacing dewasa juga dapat terlihat bergerak di bawah kulit pada beberapa kasus. Pada kondisi kronik dapat terjadi kerusakan ginjal namun hal ini sangat jarang.[2,6,9,10]

Temuan klinis lain yang dapat muncul antara lain urtikaria, artritis, kalsifikasi di payudara, meningoensefalopati, fibrosis endomiokardial, neuorpati perifer, efusi pleura, retinopati, limfadenitis, dan pembengkakan skrotum.[2,6,9,10]

Mansonellosis

Pada pasien simtomatik dapat ditemukan limfadenopati dan nodul subkutan atau konjungtiva. Temuan lain yang pernah dilaporkan antara lain perikarditis, pleuritis, dan kelainan visus jika terdapat mikrofilaria di mata.[6,11,16]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding filariasis berbeda-beda tergantung pada jenis filariasis yang terjadi.[1,2]

Diagnosis Banding Filariasis Limfatik

Temuan limfedema pada filariasis limfatik dapat menyerupai pembesaran limfe pada penyakit podoconiosis, limfoma, dan sindrom Milroy. Pembeda yang utama adalah limfedema pada filariasis limfatik bersifat non-herediter dengan progresi descending mulai dari inguinal ke ekstremitas bawah. Adanya mikrofilaria dalam darah tepi akan menegakkan diagnosis limfatik filariasis.[1,2,17-19]

Temuan hidrokel pada filariasis limfatik dapat menyerupai spermatokel dan tumor testis. Akumulasi cairan sperma pada spermatokel terdapat pada epididimis, yakni superior dari testis, sedangkan akumulasi cairan pada hidrokel terdapat pada anterior dan lateral testis.

Lesi pada tumor testis ada di internal testis (teraba massa padat, keras, tidak nyeri) dengan transiluminasi negatif, sedangkan cairan hidrokel terdapat di luar testis dengan transiluminasi positif. Pemeriksaan ultrasonografi skrotum dapat dengan jelas membedakan diagnosis dimana pada hidrokel filaria terdapat pergerakan cacing filaria (filarial dance sign).[5,20-22]

Diagnosis Banding Onchocerciasis

Lesi kulit pada onchocerciasis dapat menyerupai lesi kulit pada lepra, liken planus, skabies, sifilis sekunder, treponematosis, defisiensi vitamin A, dan alergi makanan. Diagnosis dapat dibedakan melalui pemeriksaan mikroskopik dari sampel kulit.[2,8]

Diagnosis Banding Loiasis

Pembengkakan ekstremitas (Calabar swelling) pada loiasis dapat menyerupai pembengkakan subkutan pada gnathostomiasis dan pembengkakan kutan pada myiasis. Pembengkakan pada gnathostomiasis dan myiasis bersifat migratory atau creeping. Pembengkakan Calabar juga dapat menyerupai pembengkakan pada artritis reaktif, yang membedakan adalah pembengkakan pada artritis reaktif bersifat nyeri sedangkan pembengkakan Calabar tidak nyeri.[2,9,23-25]

Lesi kulit pada loiasis dapat menyerupai lesi kulit pada cutaneous larva migrans dan strongyloidiasis yang juga disertai eosinofilia. Diagnosis dapat dibedakan melalui pemeriksaan mikroskopik dari sampel kulit.[2,9,26,27]

Lesi okular pada loiasis dapat menyerupai lesi okular akibat trauma mata dan trakoma. Pembeda yang mendasar adalah pada loiasis akan ditemukan tanda patognomonik yaitu terlihatnya cacing dewasa yang bergerak di subkonjungtiva.[2,9]

Pemeriksaan Penunjang

Pada prinsipnya, diagnosis filariasis ditegakkan dengan deteksi mikrofilaria dalam darah tepi, mata, atau kulit. Selain itu, mikrofilaria juga dapat terdeteksi dalam urin (pada pasien filariasis limfatik dengan chyluria), eksudat varises limfe, dan cairan hidrokel. Pemeriksaan antigen atau antibodi filaria dapat digunakan sebagai penunjang alternatif.[1,2,5]

Pemeriksaan Apus Darah Tepi (Mikroskop)

Pemeriksaan mikroskop pada apus darah tebal dan tipis dapat mendeteksi adanya cacing filaria serta mengidentifikasi spesiesnya secara morfologi. Sampel dapat diambil dari darah atau kulit pasien. Sampel darah diambil dengan cara pungsi vena atau finger dan heel stick untuk kemudian dilakukan pewarnaan Giemsa atau hematoksilin dan eosin (H&E stain).

Sampel kulit diambil dengan cara skin snip, yaitu membuat irisan tipis di kulit menggunakan pisau bedah.[1,2,7-10,13]

Pemeriksaan Slit-Lamp

Pemeriksaan slit-lamp dilakukan untuk mendeteksi mikrofilaria O.volvulus di kornea atau kamera okuli anterior.[7,8]

Pemeriksaan Antigen Filaria

Pemeriksaan antigen filaria berguna untuk mendeteksi antigen filaria yang bersirkulasi di darah perifer dengan atau tanpa mikrofilaria, juga dapat digunakan untuk memonitor respon terapi.[2,8,13]

Pemeriksaan Antibodi Filaria (Serologi)

Pemeriksaan serologi digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap filaria, yaitu peningkatan kadar antifilaria IgG4 dalam darah. Pemeriksaan ini hanya dilakukan sebagai pemeriksaan alternatif karena kurang spesifik dan tidak dapat membedakan infeksi baru/lama (latent).[2,7-10,13]

Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR dapat mendeteksi deoxyribonucleic acid (DNA) filaria, namun tidak rutin dilakukan untuk diagnosis. Pada onchocerciasis, pemeriksaan PCR dapat dilakukan jika pada pemeriksaan skin snip tidak ditemukan mikrofilaria.[1,2,8,9]

Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG limfonodi dan pembuluh limfe di inguinal, kruris, dan aksila dapat digunakan untuk mendeteksi adanya cacing dewasa pada anak-anak pre-pubertas yang terinfeksi. Pemeriksaan USG skrotum dapat digunakan untuk mendeteksi pergerakan cacing dewasa (filarial dance sign) pada dalam pembuluh limfa pria post pubertas yang terinfeksi.[1,5]

Pada onchocerciasis, pemeriksaan USG pada nodul kulit (deep onchocercoma) juga dapat dilakukan.[8]

Pemeriksaan Urin Makroskopis

Pada pasien dengan kiluria dapat dilakukan pemeriksaan urin secara makroskopis untuk mendeteksi adanya cairan limfe dalam urin, sekaligus mendeteksi ada atau tidaknya mikrofilaria dalam urin.[2]

Pemeriksaan Lain

Pemeriksaan darah lengkap akan menunjukkan eosinofilia. Pemeriksaan konsentrasi imunoglobulin serum akan menunjukkan peningkatan IgE dan IgG4 serum. Pada pemeriksaan urin mikroskopis dapat ditemukan adanya proteinuria dan hematuria.[2,5,15]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani

Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta

Referensi

1. Newman TE, Juergens AL. Filariasis. [Updated 2022 Aug 8]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556012/
2. Bronze MS. Filariasis. 2023. https://emedicine.medscape.com/article/217776-overview
3. World Health Organization. Lymphatic Filariasis. 2022. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/lymphatic-filariasis
4. World Health Organization. Lymphatic Filariasis (Elephantiasis). 2023. https://www.who.int/health-topics/lymphatic-filariasis#tab=tab_1
5. Centers For Disease Control And Prevention. Lymphatic Filariasis. 2018. https://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/
6. Rahnama-Moghadam S. Dermatologic Manifestations of Filariasis. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1109642-overview#a1
7. Centers For Disease Control And Prevention. Onchocerciasis. 2019. https://www.cdc.gov/parasites/onchocerciasis/
8. Smith DS. Onchocerciasis (River Blindness). 2018. https://emedicine.medscape.com/article/224309-overview
9. Smith DS. Loiasis (African Eye Worm). 2020. https://emedicine.medscape.com/article/2500105-overview
10. Centers For Disease Control And Prevention. Loiasis. 2020. https://www.cdc.gov/parasites/loiasis/
11. Ta-Tang TH, Crainey JL, Post RJ, Luz SL, Rubio JM. Mansonellosis: current perspectives. Res Rep Trop Med. 2018 Jan 18;9:9-24. doi: 10.2147/RRTM.S125750. PMID: 30050351; PMCID: PMC6047625.
12. Local Burden of Disease 2019 Neglected Tropical Diseases Collaborators. The global distribution of lymphatic filariasis, 2000-18: a geospatial analysis. Lancet Glob Health. 2020 Sep;8(9):e1186-e1194. doi: 10.1016/S2214-109X(20)30286-2. Erratum in: Lancet Glob Health. 2021 Oct;9(10):e1371. PMID: 32827480; PMCID: PMC7443698.
13. Centers For Disease Control And Prevention. Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern: Lymphatic Filariasis. 2019. https://www.cdc.gov/dpdx/lymphaticFilariasis/index.html
14. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Situasi Filariasis Di Indonesia. 2019. https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-Filariasis-2019.pdf
15. Zulfiqar H, Malik A. Bancroftian Filariasis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing, 2022, PMID: 31613462.
16. Centers For Disease Control And Prevention. Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern: Mansonellosis. 2019. https://www.cdc.gov/dpdx/mansonellosis/index.html
17. World Health Organization. Podoconiosis: endemic non-filarial elephantiasis. 2023. https://www.who.int/teams/control-of-neglected-tropical-diseases/lymphatic-filariasis/podoconiosis-endemic-non-filarial-elephantiasis
18. Vinjamaram S. Non-Hodgkin Lymphoma (NHL). 2021. https://emedicine.medscape.com/article/203399-overview
19. Schwartz RA. Lymphedema. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/1087313-overview#a4
20. Pais VM. Spermatocele. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/443432-overview
21. Sachdeva K. Testicular Cancer. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/279007-overview
22. Parke JC. Hydrocele. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/438724-overview
23. Lozada CJ. Reactive Arthritis. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/331347-overview
24. Defendi GL. Gnathostomiasis. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/998278-overview
25. Blechman AB. Myiasis. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/1491170-overview
26. Chandrasekar PH. Strongyloidiasis. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/229312-overview
27. Robles DT, Cutaneous Larva Migrans. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/1108784-overview
28. Campillo JT, Awaca-Uvon NP, Missamou F, Tambwe JP, Kuyangisa-Simuna G, Weil GJ, Louya F, Boussinesq M, Pion SDS, Chesnais CB. Results From 2 Cohort Studies in Central Africa Show That Clearance of Wuchereria bancrofti Infection After Repeated Rounds of Mass Drug Administration With Albendazole Alone Is Closely Linked to Individual Adherence. Clin Infect Dis. 2021 Jul 1;73(1):e176-e183. doi: 10.1093/cid/ciaa1232. PMID: 32856050; PMCID: PMC8246789.

Epidemiologi Filariasis
Penatalaksanaan Filariasis

Artikel Terkait

  • Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
    Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
Diskusi Terkait
dr. Yudha ramdani
03 September 2020
Pasien laki-laki usia 45 tahun dengan keluhan terdapat pembesaran pada skrotum
Oleh: dr. Yudha ramdani
16 Balasan
Alo dokter, izin mau berdiskusi dokPasien laki laki diantar oleh istrinya, pasien usia 45 tahun datang dengan keluhan pegal dan sedikit nyeri pada paha serta...
dr. Adi Nugraha
05 November 2019
Pengobatan massal FIlariasis untuk bayi dan anak di bawah 2 tahun di puskesmas
Oleh: dr. Adi Nugraha
9 Balasan
Alodokter. Mohon asupan nyaApakah pemberian DEC di puskesmas untuk pengobatan massal bisa diberikan pada bayi? Merujuk guideline yg pernah saya baca,...
dr. Katya Saphira
16 Oktober 2019
Pemberian Diethylcarbamazine pada anak di bawah 2 tahun
Oleh: dr. Katya Saphira
7 Balasan
Halo TS.. ada user yg menanyakan perlukah pemberian DEC pada usia di bawah 2 tahun krn posyandunya akan membagikan ke bayi-bayi. yg saya baca, DEC diberikan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.