Epidemiologi Filariasis
Epidemiologi filaria bergantung dari masing-masing spesies filaria. Spesies penyebab filaria limfatik (kaki gajah) lebih banyak ditemukan pada negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, sedangkan Onchocerca, Loa loa, dan Mansonella lebih sering ditemukan di negara-negara Afrika dan Amerika.
Global
Secara umum, filaria dapat ditemukan di negara-negara tropis dan subtropis, tetapi masing-masing spesies filaria memiliki persebaran geografis tersendiri. Indonesia merupakan negara endemis untuk Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Berikut adalah persebaran masing-masing spesies filaria. [1,20-22]
Tabel 1. Persebaran Filaria
Spesies | Persebaran |
Wucheria bancrofti | Daerah tropis dan subtropis, negara-negara di Amerika Selatan dan Afrika, India, Nigeria, Bangladesh, Cina, Indonesia, Karibia dan negara-negara di Pasifik Timur |
Brugia malayi | Indonesia, India, dan negara-negara lain di Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Selatan |
Brugia timori | Hanya terdapat di Indonesia (di Nusa Tenggara) |
Loa loa | Negara-negara di Afrika Barat dan Afrika Tengah |
Onchocerca volvulus | Negara-negara di Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Afrika |
Mansonella ozzardi | Negara-negara di Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Karibia |
Mansonella perstans | Negara-negara di Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Afrika |
Mansonella streptocerca | Negara-negara di Afrika Barat dan Afrika Tengah |
Sumber: dr. Shofa, 2019.
World Health Organization (WHO) memperkirakan ada sekitar 25 juta orang yang mengalami hidrokel dan 15 juta orang yang mengalami limfedema di seluruh dunia yang disebabkan oleh filariasis. Selain itu, WHO juga memperkirakan bahwa pada tahun 2018 terdapat 36 juta orang dengan manifestasi filariasis limfatik kronik. [23]
Infeksi oleh Onchocerca diperkirakan mencapai 14 juta orang di seluruh dunia dengan insidens sekitar 3 juta orang pada tahun 2016. WHO memperkirakan ada sekitar 800 ribu orang yang mengalami gangguan penglihatan dan 300 ribu orang yang mengalami kebutaan akibat infeksi Onchocerca. Infeksi oleh Loa loa juga menunjukkan prevalensi yang hampir serupa yaitu 10 juta orang diduga mengalami loiasis di seluruh dunia. [10,12,21,23]
Data mengenai infeksi Mansonella tidak banyak ditemukan. Dari ketiga spesies Mansonella, data terbanyak ditemukan pada spesies Mansonella perstans. Prevalensi Mansonella perstans di Afrika dapat mencapai 100 juta orang dan 600 juta orang berisiko tinggi untuk mengalami infeksi. Data mengenai Mansonella streptocerca tidak banyak ditemukan karena pengambilan sampel dari metode skin snip yang lebih sulit dilakukan, sedangkan data mengenai prevalensi Mansonella ozzardi belum banyak ditemukan. [13,25-26]
Indonesia
Data mengenai prevalensi kasus filariasis di Indonesia yang tersedia hanya data mengenai kaki gajah. Kasus kaki gajah di Indonesia masih terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah kasus filariasis dengan manifestasi klinis hampir mencapai 2 kali lipat dalam kurun waktu 9 tahun, yaitu 6.233 kasus pada tahun 2000 menjadi 11.914 kasus pada tahun 2009. Prevalensi tertinggi ditemukan di provinsi Aceh dengan 2.359 orang, Nusa Tenggara Timur dengan 1.730 orang, dan Papua dengan 1.158 orang. [27]
Survei yang dilakukan dengan mengambil sampel darah di jari pada tahun 2009 menemukan bahwa dari 495 kabupaten/kota di Indonesia, 365 kabupaten/kota merupakan daerah endemis filariasis limfatik (71,9%). Kabupaten dengan endemisitas tertinggi adalah Bonebolango, Manokwari, dan Cilegon.[27]
Mortalitas
Walaupun angka prevalensi dan insidensi filariasis limfatik tinggi, penyakit ini jarang menimbulkan kematian sehingga data mengenai mortalitas tidak banyak ditemukan. Mortalitas akibat infeksi Onchocerca ditemukan akan semakin tinggi pada pasien dengan jumlah mikrofiliaria yang tinggi. Studi kohort dengan jumlah sampel 297.756 orang dari 2.315 desa di 11 negara menemukan bahwa sekitar 5,2% kematian pada kurun waktu studi disebabkan oleh onkoserkiasis. Jumlah mikrofilaria yang tinggi berhubungan dengan peningkatan mortalitas. [23,28]
Pada kasus loiasis, peningkatan mortalitas ditemukan pada pasien dengan kondisi mikrofilaremia. Berdasarkan studi kohort retrospektif dengan 3,627 subjek yang berusia di atas 15 tahun dan mengalami mikrofilaremia, ditemukan bahwa 915 kematian terjadi dalam kurun waktu 16 tahun (laju mortalitas kasar 20,3 kematian/1.000 orang-tahun). [29]