Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Etiologi Filariasis general_alomedika 2019-08-06T14:03:56+07:00 2019-08-06T14:03:56+07:00
Filariasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Filariasis

Oleh :
dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Filariasis disebabkan oleh nematoda filaria yang tinggal di jaringan subkutan maupun di pembuluh limfe. Di antara 8 spesies filaria yang dapat menginfeksi manusia, hanya Wucheria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori, dan Onchocerca volvulus yang dapat menyebabkan manifestasi berat dan morbiditas.

Etiologi

Sampai saat ini telah dikenal 8 spesies filaria yang dapat menginfeksi manusia, yaitu:

  • Wucheria bancrofti
  • Brugia malayi
  • Brugia timori
  • Onchocerca volvulus
  • Loa loa
  • Mansonella streptocerca
  • Mansonella perstans
  • Mansonella ozzardi[1,2]

Dari kedelapan spesies tersebut, empat di antaranya, yaitu Wucheria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori, dan Onchocerca volvulus dapat menyebabkan manifestasi yang berat dan menimbulkan morbiditas. [1,2]

Daur hidup nematoda filaria memiliki pola yang hampir sama. Daur hidup filaria dimulai saat larva tahap 3 berpindah dari vektor ke manusia. Fase ini disebut dengan fase infektif. Larva akan masuk ke tubuh manusia melalui luka bekas gigitan vektor. Larva yang masuk ini akan menetap di bagian tubuh tertentu dan berkembang menjadi nematoda dewasa.

Nematoda dewasa dapat hidup hingga bertahun-tahun. Lokasi nematoda dewasa di tubuh manusia berbeda-beda bergantung spesiesnya masing-masing.

Nematoda dewasa akan menghasilkan mikrofilaria. Mikrofilaria dapat bertahan hidup selama 3–36 bulan. Sebagian besar mikrofilaria akan tampak di pembuluh darah, kecuali untuk spesies Onchocerca volvulus dan Mansonella streptocerca. Pada kedua spesies tersebut, mikrofilaria dapat ditemukan di kulit dan mata (khusus Onchocerca volvulus). Penegakan diagnosis filariasis biasanya dilakukan dengan menemukan mikrofilaria ini. [1,3-5,17-19]

Mikrofilaria akan kembali ke vektor melalui gigitan dan penghisapan darah. Mikrofilaria yang masuk ke saluran pencernaan vektor akan bermigrasi ke otot toraks dan berubah menjadi larva tahap 1 dan kemudian menjadi larva tahap 3. Waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan dari mikrofilaria ke larva tahap 3 kira-kira 1–2 minggu. Setelah itu, larva tahap 3 akan berpindah ke belalai atau mulut vektor untuk kembali berpindah ke tubuh manusia. Pada beberapa spesies seperti Onchocerca volvulus dan Loa loa, dibutuhkan beberapa kali gigitan serangga untuk menginfeksi manusia. [1,3-5,17-19]

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi filaria adalah:

  • Menetap atau bepergian dalam jangka waktu lama (> 3 bulan) ke daerah endemis
  • Memiliki status sosioekonomi rendah
  • Memiliki tingkat sanitasi yang buruk
  • Menetap di daerah pemukiman padat
  • Menetap di daerah yang dekat sungai atau bekerja di daerah agrikultur di pedesaan (dapat meningkatkan paparan terhadap Simulium yang merupakan vektor Onchocerca)
  • Menetap di daerah di daerah yang berlumpur, dekat penampungan air, penampungan makanan yang busuk, atau dekat tempat pembakaran kayu (dapat meningkatkan paparan terhadap Chrysops yang merupakan vektor Loa loa) [20-22]

Referensi

1. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al. Harrison’s Infectious Disease. McGraw Hill. 2010
2. Jong EC, Stevens DL. Netter’s Infectious Diseases. Elsevier. 2012
3. Taylor MJ, Hoerauf A, Bockarie M. Lymphatic filariasis and onchocerciasis. Lancet. 2010;376(9747):1175-85
4. Gordon CA, Jones MK, McManus DP. The History of Bancroftian Lymphatic Filariasis in Australasia and Oceania: Is There a Threat of Re-Occurrence in Mainland Australia?. Trop Med Infect Dis. 2018;3(2)
5. Chandy A, Thakur AS, Singh MP, Manigauha A. A review of neglected tropical diseases: filariasis. Asian Pac J Trop Med. 2011 Jul;4(7):581-6
17. Centers for Disease Control and Prevention. DPDx – laboratory identification of parasites of public health concern: mansonellosis. 2017. Available from: https://www.cdc.gov/dpdx/mansonellosis/index.html
18. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites – onchocerciasis: biology. 2013. Available from: https://www.cdc.gov/parasites/onchocerciasis/biology.html
19. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites – loiasis: biology. 2015. Available from: https://www.cdc.gov/parasites/loiasis/biology.html
20. Simonsen PE, Mwakitalu ME. Urban lymphatic filariasis. Parasitol Res. 2013;112(1):35–44
21. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites – onchocerciasis: epidemiology & risk factors. 2013. Available from: https://www.cdc.gov/parasites/onchocerciasis/epi.html
22. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites – loiasis: epidemiology & risk factors. 2015. Available from: https://www.cdc.gov/parasites/loiasis/epi.html

Patofisiologi Filariasis
Epidemiologi Filariasis
Diskusi Terkait
dr. Yudha ramdani
03 September 2020
Pasien laki-laki usia 45 tahun dengan keluhan terdapat pembesaran pada skrotum
Oleh: dr. Yudha ramdani
16 Balasan
Alo dokter, izin mau berdiskusi dokPasien laki laki diantar oleh istrinya, pasien usia 45 tahun datang dengan keluhan pegal dan sedikit nyeri pada paha serta...
dr. Adi Nugraha
05 November 2019
Pengobatan massal FIlariasis untuk bayi dan anak di bawah 2 tahun di puskesmas
Oleh: dr. Adi Nugraha
9 Balasan
Alodokter. Mohon asupan nyaApakah pemberian DEC di puskesmas untuk pengobatan massal bisa diberikan pada bayi? Merujuk guideline yg pernah saya baca,...
dr. Katya Saphira
16 Oktober 2019
Pemberian Diethylcarbamazine pada anak di bawah 2 tahun
Oleh: dr. Katya Saphira
7 Balasan
Halo TS.. ada user yg menanyakan perlukah pemberian DEC pada usia di bawah 2 tahun krn posyandunya akan membagikan ke bayi-bayi. yg saya baca, DEC diberikan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.