Edukasi dan Promosi Kesehatan Filariasis
Edukasi pada pasien difokuskan kepada pengenalan dan pencegahan penyakit, terutama pada daerah endemis. Pasien dapat diedukasi mengenai pentingnya pencegahan terhadap gigitan nyamuk atau serangga lainnya dan pentingnya konsumsi profilaksis pada beberapa kasus.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien difokuskan pada pengenalan dan pencegahan penyakit filariasis. Di Indonesia, kelompok filariasis yang banyak ditemukan adalah kelompok filariasis limfatik. Filaria lain seperti Onchocerca dan Loa loa juga dapat ditemukan di Indonesia dengan prevalensi yang lebih sedikit. Filaria ini lebih banyak ditemukan di negara-negara di Afrika, beberapa daerah di Amerika, dan Asia Timur. Pasien yang akan bepergian ke daerah tersebut direkomendasikan untuk mengonsumsi profilaksis. [38-42]
Gejala yang perlu diwaspadai oleh pasien adalah adanya demam, pembesaran kelenjar getah bening, perubahan pada kulit, dan gangguan penglihatan. Jika terdapat gejala ini ditambah adanya riwayat bepergian ke daerah endemis, pasien disarankan untuk segera ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut. [1]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang pertama adalah menghindari gigitan nyamuk, atau serangga lain yang membawa larva filaria. Untuk menghindari gigitan nyamuk pada malam hari, pasien disarankan untuk tidur di bawah kelambu atau menggunakan pendingin ruangan, sedangkan untuk menghindari gigitan nyamuk pada siang hari, pasien disarankan untuk menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang serta menggunakan lotion pencegah gigitan serangga. [38]
Untuk penghindaran vektor filaria yang lain seperti Simulium dan Chrysops, pasien dapat diedukasi untuk menghindari daerah sungai, area agrikultur, area berlumpur dan lembap, dan area bekas pembakaran kayu. Selain itu, penggunaan insektisida, terutama yang mengandung N,N-Dietil-meta-toluamid (DEET), juga dianjurkan untuk mengeliminasi dan mengontrol vektor. [38,39]
Profilaksis terhadap Filaria Limfatik (Kaki Gajah)
Profilaksis pada filariasis limfatik disesuaikan dengan koinfeksi terhadap spesies filaria yang lain. Jika tidak ditemukan koinfeksi dengan onchocerciasis atau loiasis, profilaksis yang diberikan adalah diethylcarbamazine dengan dosis 6 mg/kg ditambah dengan albendazole 400 mg. Jika ditemukan koinfeksi dengan onchocerciasis, profilaksis yang diberikan adalah ivermektin dengan dosis 150–200 mcg/kgBB ditambah dengan albendazole 400 mg. Jika ditemukan koinfeksi dengan loiasis, profilaksis yang diberikan adalah albendazole 400 mg. [39,40]
Profilaksis ini diberikan setiap tahun selama 5-7 tahun kepada semua populasi di area tersebut kecuali ibu hamil, anak di bawah 2 tahun, pasien dengan sakit berat, pasien dengan riwayat neurosistiserkosis, atau pasien kejang. [39,40]
Profilaksis terhadap Onchocerciasis
Profilaksis terhadap onchocerciasis dapat diberikan ivermektin dengan dosis 150–200 mcg/kgBB setiap tahunnya selama 16–18 tahun. [41]
Profilaksis terhadap Loiasis
Profilaksis terhadap loiasis dapat diberikan diethylcarbamazine dengan dosis 300 mg, diberikan satu minggu sekali untuk pelancong yang akan berpergian ke daerah endemis dalam jangka waktu lama (> 3 bulan). [42]