Patofisiologi Filariasis
Patofisiologi filariasis secara umum disebabkan oleh respons imun tubuh terhadap nematoda dewasa dan mikrofilaria. Proses ini umumnya terjadi secara kronik dan membutuhkan waktu bulan sampai tahun.
Patogenesis Filariasis Limfatik
Kelompok filariasis limfatik membutuhkan waktu inkubasi 8–16 bulan, namun beberapa gejala dapat muncul 4 bulan setelah infeksi. Gejala yang timbul disebabkan oleh respons imun tubuh terhadap toksin dan alergen yang diproduksi oleh filaria dewasa atau akibat infeksi bakteri sekunder. Respons imun ini menimbulkan gejala berupa demam, rigor dan tremor, serta kongesti. [4,5]
Kasus filariasis limfatik yang kronik disebabkan karena adanya inflamasi yang berulang yang menyebabkan pembesaran pembuluh limfe. Pembengkakan ini lebih sering ditemukan di tungkai bawah dan area inguinal karena filaria dewasa terkonsentrasi di pembuluh limfe daerah inguinal dan skrotal. Hidrokel pada skrotum juga merupakan manifestasi yang sering ditemukan. Manifestasi lain yang dapat timbul adalah limfangitis, limfadenitis, kiluria, pembengkakan skrotum, funikulitis, selulitis, dan elefantiasis. [15]
Selain manifestasi di atas, pasien juga dapat mengalami dermatolimfangiodenitis akut (acute dermatolymphangioadenitis / ADLA) dan eosinofilia pulmoner tropis (TPE / tropical pulmonary eosinophilia). ADLA merupakan nodul atau lesi di pembuluh limfe akibat respons imun tubuh terhadap filaria dewasa yang mati, sedangkan TPE merupakan hipersensitivitas tubuh terhadap antigen filaria dan menyebabkan timbulnya jaringan parut pada paru. [4]
Patogenesis Onchocerciasis
Larva yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menjadi dewasa dalam waktu 3–12 bulan. Nematoda yang telah dewasa hidup di area subkutan, dekat dengan otot dan sendi di dalam sebuah nodul fibrosa. Nodul ini merupakan hasil interaksi antara filaria dengan respons imun tubuh. Onchocerca dewasa dapat hidup sampai 15 tahun. Gejala-gejala onkoserkariasis disebabkan oleh respons imun tubuh terhadap larva yang mati. [7]
Onchocerca betina akan menghasilkan mikrofilaria setiap harinya. Mikrofilaria ini akan berpindah ke bagian tubuh yang lain dan dapat terdeteksi setelah 10–20 bulan dari infeksi awal. Mikrofilaria dapat bertahan hidup sampai 2 tahun. [7]
Patogenesis Loaiasis
Larva Loa loa yang masuk ke dalam tubuh akan tumbuh menjadi filaria dewasa yang hidup di antara lapisan fascia. Filaria dewasa juga dapat terlihat saat sedang melewati permukaan mata. Rata-rata filaria dewasa dapat bertahan hidup selama 9 tahun, namun dapat juga bertahan sampai 15–21 tahun. [12]
Loa loa betina akan memproduksi 10,000–22,000 mikrofilaria setiap harinya. Mikrofilaria akan masuk ke pembuluh limfatik dan berkumpul di pembuluh darah paru dan nantinya akan masuk ke pembuluh darah perifer. Mikofilaria ini memiliki periodisitas. Saat siang hari, mikrofilaria dapat ditemukan di pembuluh darah perifer, sedangkan pada malam hari, mikrofilaria berada di pembuluh darah paru. Mikrofilaria dapat bertahan hidup selama 3–12 bulan. [10-12]
Respons imun tubuh terhadap filaria dewasa atau larva akan menyebabkan timbulnya pembengkakan Calabar, yaitu pembengkakan pada area subkutan yang tidak nyeri dan tidak memerah. Pembengkakan ini akan sembuh spontan dalam waktu beberapa hari. [12]
Patogenesis Mansonellosis
Patogenesis Mansonella belum banyak diteliti karena sebagian besar infeksi bersifat asimtomatik dan jarang menimbulkan gejala yang berat. Gejala yang ada diduga timbul akibat reaksi respons imun tubuh terhadap filaria dewasa. Hal ini dibuktikan dengan adanya eosinofilia pada pemeriksaan darah. [13]
Respons Imun Tubuh secara Umum terhadap Filariasis
Sel T-helper 2 (Th2) memiliki peran yang lebih dominan. Sel ini akan menginduksi produksi sitokin interleukin (IL)-4, IL-5, IL-9, IL-10, dan IL-13. Sel Th2 juga akan merangsang respon imun humoral dengan menginduksi produksi antibodi IgG1, IgG4, dan IgE. Populasi sel eosinofil juga akan meningkat dan makrofag akan teraktivasi. Reaksi imun ini jarang dapat mengeliminasi nematoda dewasa secara total. [8,16]
Infeksi dengan jumlah mikrofilaria yang rendah biasanya akan menghasilnya reaksi imun yang akut dengan gejala yang berat. Sebaliknya, pada pasien dengan gejala yang tidak terlalu berat, jumlah mikrofilaria yang ada dapat tinggi. [8,9]
Nematoda filaria dapat membentuk endosimbiosis dengan bakteri yang disebut sebagai Wolbachia. Endosimbiosis ini memberikan keuntungan kepada filaria dalam hal kelangsungan hidup di dalam tubuh pejamu dan fertilitas nematoda dewasa. Wolbachia dapat menurunkan produksi eosinofil dan melindungi filaria dari reaksi imun pejamu. [8]