Etiologi Persalinan Preterm
Etiologi kelahiran preterm sebenarnya bukan kondisi tunggal, ada berbagai penelitian yang menyatakan kondisi tersebut adalah suatu sindrom dengan etiologi yang multifaktor. Beberapa keadaan yang bisa menyebabkan kelahiran preterm di antaranya :
- Inflamasi intraamnion, biasanya karena infeksi asenden dari vagina (Bacterial vaginosis, trichomoniasis, viral infection)
- Perdarahan desidua dan kelainan vaskular, seperti abrupsio plasenta, plasenta previa atau lesi plasenta yang menyebabkan underperfusion arteri plasenta
- Penuaan desidua (premature decidual senescence)
- Inkompetensi serviks, misalnya karena trauma atau setelah tindakan cone biopsy
- Distorsi uterus, misalnya kelainan duktus müllerian, fibroid uterus, atau overdistensi uterus akibat gemeli atau polihidramnion
- Infeksi ekstrauterin, seperti pyelonephritis, malaria, pneumonia
- Perubahan hormonal, yaitu menurunnya progesteron yang bisa diperantarai oleh stres maternal atau stres fetal
- Fetal juga berperan mempercepat proses persalinan apabila mengenali lingkungan intrauterin yang tidak baik, dengan mengaktivasi fetal-placental parturition pathway [1,2,5]
Faktor Risiko
Faktor risiko kelahiran preterm bisa terjadi pada periode prakonsepsi atau bisa pada periode kehamilan. Halimi et al. melakukan penelitian mengenai epidemiologi dan faktor risiko terkait persalinan preterm, dan mendapatkan faktor risiko persalinan preterm adalah hubungan seksual pada minggu awal kehamilan, ibu dengan riwayat multiparitas, jarak kehamilan saat ini terlalu dekat dengan kehamilan sebelumnya, preeklampsia, hipertensi gestasional, anomali janin, ketuban pecah dini, dan bocor air ketuban (amniorrhea).[10]
Berbagai studi lain menyatakan faktor risiko lain, di antaranya :
- Kondisi ibu hamil : usia terlalu muda atau terlalu tua (<17 tahun atau >35 tahun), berat badan kurang sebelum hamil, tingkat sosio ekonomi rendah
- Riwayat kelahiran preterm sebelumnya
- Stres ibu yang menyebabkan meningkatnya kadar hormon kortisol dalam darah
- Insufisiensi uteroplasenta yang bisa disebabkan karena komorbid hipertensi, diabetes mellitus insulin-dependent, penyalahgunaan obat-obatan, merokok atau konsumsi alkohol
- Perawatan antenatal yang buruk
- Polusi udara dan suhu iklim yang ekstrim [1,3-5]