Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Persalinan Preterm general_alomedika 2023-08-25T14:06:27+07:00 2023-08-25T14:06:27+07:00
Persalinan Preterm
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Persalinan Preterm

Oleh :
dr. Virly Isella
Share To Social Media:

Penatalaksanaan persalinan preterm atau persalinan prematur mencakup pemberian tokolitik, pemberian kortikosteroid antenatal, dan pemilihan metode persalinan.[1]

Ibu dengan kecurigaan persalinan preterm yang datang saat usia gestasi >34 minggu diobservasi selama 4–6 jam. Jika tidak ada dilatasi dan penipisan serviks progresif, hasil non-stress test tampak baik, dan tidak ada komplikasi pada kehamilan, ibu dapat pulang dan kontrol kembali 1–2 minggu kemudian. Bila ibu datang saat usia gestasi <34 minggu dengan tanda dan gejala persalinan preterm, ibu harus dirawat inap.[1]

Pemberian Tokolitik

Tokolitik umumnya diberikan pada kasus persalinan preterm dengan usia gestasi <32 minggu. Pemberiannya hanya berlangsung dalam jangka waktu singkat, yaitu 48 jam. Tujuannya adalah untuk mengurangi kontraksi dan memberikan waktu yang cukup untuk pemberian kortikosteroid. Pemberian tokolitik melebihi 48 jam tidak memberikan manfaat tambahan untuk mengurangi insiden persalinan preterm maupun memperbaiki luaran neonatus.[3,4]

Indikasi pemberian tokolitik adalah kontraksi >6 kali/jam yang menghasilkan perubahan serviks atau dicurigai akan menghasilkan perubahan serviks, yakni panjang serviks transvaginal <25 mm, >50% penipisan serviks, atau dilatasi serviks ≥20 mm. Jika ada kontraksi tanpa perubahan serviks, pilihan terapi adalah observasi berkelanjutan atau metode therapeutic sleep (contohnya dengan pemberian morphine sulphate 10–15 mg subkutan pada pasien).[1,9]

Agen tokolitik yang paling sering digunakan adalah magnesium sulfat, indomethacin, nifedipine, dan terbutaline. Namun, pemberian tokolitik tidak disarankan pada pasien yang sudah mengalami ketuban pecah dini.[3,4]

Magnesium Sulfat (MgSO4)

Dosis magnesium sulfat untuk persalinan preterm adalah 4–6 gram bolus intravena selama 15–30 menit sebagai dosis awal, yang kemudian diikuti dengan dosis rumatan 2–3 gram/jam intravena selama 24–48 jam.[3,4]

Magnesium sulfat bekerja sebagai tokolitik dengan cara menghambat aktivitas myosin light-chain kinase. Selain sebagai tokolitik, magnesium sulfat juga bermanfaat sebagai neuroprotektor yang mencegah cedera otak. Dosis awal sebagai neuroprotektor sama dengan yang disebutkan sebelumnya, tetapi dosis rumatan diberikan hingga bayi lahir atau hingga 12 jam (tergantung mana yang tercapai lebih dahulu).[3,4]

Ada hasil studi yang mengatakan bahwa magnesium sulfat kurang efektif sebagai agen tokolitik dan hanya bermanfaat sebagai neuroprotektor. Namun, mayoritas studi yang lain masih menunjukkan manfaat magnesium sulfat sebagai tokolitik.[3,4]

Efek samping magnesium sulfat yang mungkin terjadi pada ibu adalah hipotensi, muka merah, diaphoresis, mual, hilangnya refleks tendon dalam, depresi napas, edema paru, dan henti jantung. Sementara itu, efek samping yang mungkin terjadi pada janin adalah depresi napas, hipotonia, dan hipokalsemia. Kontraindikasi magnesium sulfat adalah myasthenia gravis, depresi pernapasan, disfungsi renal, edema paru, dan penggunaan bersama calcium channel blocker (CCB).[3,4]

Nifedipine

Nifedipine adalah suatu calcium channel blocker. CCB bekerja sebagai tokolitik dengan cara menghambat aliran ion kalsium melalui membran sel dan menghambat rilis ion kalsium intraseluler dari retikulum sarkoplasma. Hal ini menyebabkan relaksasi pada miometrium.[3,4]

Dosis awal nifedipine adalah 10–30 mg peroral, yang diikuti dengan dosis 10–20 mg setiap 4–8 jam (dosis maksimal 180 mg/hari). Walaupun penggunaannya pada persalinan preterm masih tergolong off-label, beberapa studi acak menunjukkan bahwa nifedipine memiliki efikasi yang baik sebagai tokolitik.[3,4]

Efek sampingnya pada ibu adalah rasa pusing, flushing, hipotensi, dan peningkatan enzim transaminase hepar. Efek penekanan denyut jantung, kontraktilitas, dan tekanan sistolik ventrikel kiri terjadi jika digunakan bersama magnesium sulfate (kontraindikasi). Sementara itu, efek sampingnya terhadap janin belum diketahui.[3,4]

Indomethacin

Indomethacin merupakan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). OAINS menghambat produksi prostaglandin, sehingga menurunkan kontraksi uterus. Dosis indomethacin awal adalah 50–100 mg peroral, yang dilanjutkan dengan 25–50 mg peroral setiap 4-6 jam. Pemberian indomethacin tidak disarankan melebihi 48 jam.[3,4]

Efek samping indomethacin pada ibu adalah rasa mual, muntah, dan gastritis. Efek samping pada janin dapat berupa penutupan dini duktus arteriosus, disfungsi platelet, oligohidramnion, enterokolitis nekrotikans, dan perdarahan intraventrikular.[3,4]

Studi menunjukkan bahwa pemberian OAINS bermanfaat untuk mengurangi persalinan preterm, tetapi tidak memperbaiki luaran neonatus. Kontraindikasi pemberian OAINS adalah disfungsi renal, ulkus peptikum, disfungsi hepar, asma, trombositopenia, dan gangguan perdarahan.[3,4]

Terbutaline

Terbutaline merupakan agen β-agonis yang paling sering digunakan sebagai tokolitik. Dosis terbutaline adalah 0,25 mg secara subkutan setiap 20–30 menit hingga mencapai 4 dosis atau hingga efek tokolisis tercapai. Setelah itu, lanjutkan dengan dosis 0,25 mg setiap 3–4 jam hingga 24 jam. Cara kerja β-agonis sebagai tokolitik adalah dengan menurunkan kadar kalsium dan mengurangi kontraktilitas otot polos.[3,4]

Efek samping terbutaline pada ibu adalah aritmia, edema paru, iskemia jantung, hipotensi, dan takikardia. Penggunaan terbutaline >48 jam mempunyai risiko yang serius pada ibu karena dapat menyebabkan toksisitas jantung hingga kematian. Oleh sebab itu, agen lain lebih dipilih sebagai tokolitik. Pada janin, efek samping dapat berupa takikardia, hiperglikemia, hipotensi, dan perdarahan intraventrikular.[3,4]

Kontraindikasi pemberian terbutaline adalah aritmia, gagal jantung, penyakit paru atau ginjal, infeksi, hipertiroidisme, dan diabetes yang tidak terkontrol.[3,4]

Pemberian Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid bertujuan untuk maturasi paru janin dengan cara menaikkan produksi surfaktan. Selain itu, pemberian kortikosteroid bisa menurunkan risiko depresi napas, perdarahan intraventrikular, dan enterokolitis nekrotikans pada janin.[2,3]

Kortikosteroid dapat diberikan pada wanita hamil dengan usia gestasi 23 minggu yang berisiko mengalami persalinan preterm dalam 7 hari. Selain itu, kortikosteroid juga diberikan pada wanita yang berisiko mengalami persalinan preterm pada usia gestasi 24–34 minggu. Kortikosteroid juga dapat dipertimbangkan hingga usia kehamilan 35-36 minggu, dengan manfaat optimal diperoleh dalam waktu 1-7 hari.[2,3]

Kortikosteroid untuk persalinan preterm adalah betamethasone atau dexamethasone. Betamethasone diberikan 2 kali, yakni dengan dosis 12 mg intramuskular untuk tiap pemberian, dengan jarak antar dosis 24 jam. Sementara itu, dexamethasone diberikan 4 kali, yakni dengan dosis 6 mg intramuskular untuk tiap pemberian, dengan jarak antar dosis 12 jam. Betamethasone lebih dianjurkan daripada dexamethasone karena risiko leukomalacia periventricular yang lebih rendah.[2,3]

Pemberian Antibiotik

Pemberian antibiotik hanya direkomendasikan pada kasus ketuban pecah dini untuk mencegah terjadinya korioamnionitis dan sepsis neonatorum. Pemberian antibiotik tidak disarankan pada persalinan preterm tanpa ketuban pecah dini.[1,2]

Pemilihan Metode Persalinan

Salah satu pertimbangan dalam memutuskan metode persalinan adalah usia gestasi. Pada usia gestasi <24 minggu, pilihan metode persalinan adalah secara pervaginam karena tingkat kelangsungan hidup janin kecil. Pada usia gestasi antara 24-37 minggu, persalinan dapat dilakukan secara pervaginam atau secara SC (sectio caesarea). SC dilakukan bila ada indikasi seperti malpresentasi atau distress janin intrapartum.[2]

Persiapan Penanganan Bayi Prematur

Dokter harus mengantisipasi komplikasi yang sering dialami oleh bayi prematur. Bayi prematur berisiko mengalami hipotermia, distress pernapasan, dan hipoglikemia.

Persiapan Penanganan Hipotermia

Bayi prematur rentan mengalami hipotermia, sehingga pengaturan suhu ruangan persalinan harus dijaga antara 24°C±2°C. Upaya lain untuk mencegah hipotermi yaitu menghangatkan radiant warmer sebelum resusitasi, mengeringkan bayi, memberi topi, menginisiasi kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi, dan meletakkan bayi dalam isolet untuk mempertahankan suhu bayi. Bayi prematur dengan berat badan lahir sangat rendah dapat dibungkus dengan plastik polietilen untuk mencegah hipotermia.[10,11]

Persiapan Penanganan Distress Pernapasan

Bayi prematur rentan mengalami distress pernapasan seperti penyakit membran hialin atau transient tachypnea of syndrome (TTN), sehingga penanganan memerlukan suatu tim yang kompeten dalam penilaian, resusitasi, dan stabilisasi bayi. Alat resusitasi seperti CPAP (continuous positive airway pressure), VTP (ventilasi tekanan positif), dan alat intubasi harus tersedia. Persiapan termasuk juga dengan ruangan NICU.[10]

Persiapan Penanganan Hipoglikemia

Nilai apakah ada hipoglikemia pada bayi yang lahir prematur. Inisiasi menyusui dimulai 1 jam segera setelah bayi lahir, lalu kadar glukosa dipantau 30 menit setelah inisiasi menyusui. Pertahankan kadar glukosa darah sewaktu >40 mg/dl pada 4 jam pertama kehidupan dan >45 mg/dL setelahnya. Pantau terus bayi sampai mendapatkan kadar glukosa darah normal dalam 3 pemeriksaan berturut-turut.[10]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda

Referensi

1. Suman V, Luther EE. Preterm Labor. StatPearls Publishing. 2022.
2. Shendy M, Hendawy H, Salem A, et al. Preterm Labour. Empowering Midwives and Obstetric Nurse. 2021. doi: 10.5772/intechopen.96049
3. Griggs KM, et al. Preterm Labor and Birth: A Clinical Review. MCN Am J Matern Child Nurs. 2020;45(6):328–37.
4. Margaret Hanley. Tocolysis: A Review of the Literature. Obstet Gynecol Surv. 2019;74(1):50–5.
9. Ross MG. Preterm Labor. Medscape. 2018.
10. McInerny TK, Adam HM, Campbell DE, et al. Care of the Late Preterm Infant. American Academy of Pediatrics. 2017.
11. Hu XJ, Wang L, Zheng RY, et al. Using polyethylene plastic bag to prevent moderate hypothermia during transport in very low birth weight infants: a randomized trial. Journal of Perinatology. 2017;38(4):332–6.

Diagnosis Persalinan Preterm
Prognosis Persalinan Preterm

Artikel Terkait

  • Efektivitas Kortikosteroid Antenatal untuk Maturasi Paru Janin Prematur
    Efektivitas Kortikosteroid Antenatal untuk Maturasi Paru Janin Prematur
  • Pengaruh Jangka Panjang Kortikosteroid Antenatal terhadap Kesehatan Bayi
    Pengaruh Jangka Panjang Kortikosteroid Antenatal terhadap Kesehatan Bayi
  • Menilai Pertumbuhan Bayi Prematur
    Menilai Pertumbuhan Bayi Prematur
  • Pedoman Asupan Nutrisi bagi Bayi Prematur
    Pedoman Asupan Nutrisi bagi Bayi Prematur
  • Efek Neuroprotektif Magnesium Sulfat Antenatal pada Prematuritas
    Efek Neuroprotektif Magnesium Sulfat Antenatal pada Prematuritas

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. lukmanul hafiz
Dibalas 13 November 2020, 10:58
Live Webinar Alomedika - Peran Nutrisi dan Monitoring Tumbuh Kembang Anak Lahir Prematur. Sabtu, 14 November 2020 (09.00-11.00 WIB)
Oleh: dr. lukmanul hafiz
3 Balasan
ALO, Dokter!Jangan lewatkan Webinar dengan topik “Peran Nutrisi dan Monitoring Tumbuh Kembang Anak Lahir Prematur”. Topik akan dibawakan oleh "dr. Putri...
dr. lukmanul hafiz
Dibalas 11 September 2020, 22:50
Live Webinar Alomedika - Dukungan Nutrisi untuk Kejar Tumbuh Bayi Prematur dan BBLR 3. Minggu 13 September 2020 (09.00-11.00 WIB)
Oleh: dr. lukmanul hafiz
1 Balasan
ALO, Dokter!Jangan lewatkan rangkaian terakhir Live Webinar Alomedika yang berjudul "Dukungan Nutrisi untuk Kejar Tumbuh Bayi Prematur dan Berat Badan Lahir...
dr.Ruby Aurora Primapuspita Widya Kuntarto
Dibalas 02 Januari 2020, 15:47
Risiko terjadinya birth defect pada Ibu yang mengalami flu dengan demam dan tanpa demam
Oleh: dr.Ruby Aurora Primapuspita Widya Kuntarto
4 Balasan
Alodokter izin bertanya Dok, saya menemukan artikel dan riset dan CDC tahun 2017 yang mengatakan jika ibu terkena flu disertai demam pada trimester 1 maka...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.