Diagnosis Gagal Ginjal Akut
Diagnosis gagal ginjal akut (acute kidney injury) dapat ditentukan oleh keluaran urin (urine output) dan/atau kreatinin darah. Anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang lain juga diperlukan untuk melihat penyebab, progresivitas, faktor risiko dan komplikasi yang timbul.
Anamnesis
Pada anamnesis terkait gagal ginjal akut, dokter harus menanyakan mengenai tanda dan gejala, serta menggali kemungkinan penyebab dan faktor risiko.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang perlu ditanyakan pada pasien adalah:
- Gangguan berkemih, misalnya frekuensi berkemih yang kurang, hematuria, adanya edema, atau gejala obstruksi saluran kemih
- Cepat lelah
- Penurunan berat badan
- Gatal
- Anoreksia
- Gangguan tidur
Anamnesis Penyebab dan Faktor Risiko
Hal-hal berikut juga perlu ditanyakan untuk menggali kemungkinan penyebab dan faktor risiko gagal ginjal akut pada pasien:
- Ada tidaknya kurang cairan akibat muntah, diare dan hidrasi yang kurang
- Penggunaan obat-obatan nefrotoksik (contoh: OAINS dan aminoglikosida)
- Perdarahan, termasuk hemoptisis, dan/atau transfusi
- Riwayat hipertensi, penyakit jantung, diabetes, gangguan hati, obesitas
- Riwayat infeksi tenggorokan atau kulit sebelumnya
- Mencari sumber infeksi penyebab sepsis (bila ada)
- Riwayat operasi besar dan jantung
- Riwayat penggunaan kontras untuk studi radiografi[4,11]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada gagal ginjal akut mencakup pemeriksaan tanda vital, mata, dada, abdomen, serta kulit dan ekstremitas.
Tanda Vital
Pada gagal ginjal akut, dapat ditemui kelainan tanda vital sebagai berikut:
- Hipertensi
- Hipotensi ortostatik
- Takikardia
- Peningkatan suhu tubuh (demam)
Mata
Waspadai penyebab autoimun jika didapatkan gejala seperti uveitis dan mata kering. Pada funduskopi, dapat ditemukan retinopati yang dapat disebabkan karena diabetes mellitus atau hipertensi. Kemungkinan penyebab lain dapat dilihat dari ada tidaknya sklera ikterik dan band keratopathy.
Dada
Pada inspeksi, lihat ada tidaknya spider angioma atau dilatasi vena jugular. Pada auskultasi, bisa terdapat bunyi jantung S3 atau ronki basah yang mengarah ke edema paru.
Abdomen
Pada abdomen, perhatikan kemungkinan kelainan fisik sebagai berikut:
- Ascites, caput medusae
- Massa yang pulsatil atau bising yang mengarah ke ateroemboli
- Nyeri abdomen dan/atau nyeri ketuk pada angulus costovertebralis
- Massa abdomen bawah
Dokter juga perlu melakukan pemeriksaan digital rektum (digital rectum examination) untuk melihat ada tidaknya pembesaran prostat, baik yang mengarah kepada pembesaran prostat jinak maupun kanker prostat.
Kulit dan Ekstremitas
Pada inspeksi, bisa didapatkan livedo reticularis, edema perifer, atau ruam-ruam di kulit dan ekstremitas pasien.[4,12]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gagal ginjal akut adalah:
-
Gangguan metabolik:
- Azotemia
- Ketoasidosis diabeticum
- Asidosis metabolik
- Gangguan elektrolit
- Penyakit ginjal kronis
- Glomerulonefritis akut
- Sindrom hemolitik uremik
- Hipertensi emergensi
- Gangguan jantung
- Henoch-Schonlein Purpura
- Obstruksi saluran kemih[4]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan hematologi, serologi, dan urinalisis.
Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi yang dilakukan untuk gagal ginjal akut berupa pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, biomarker, dan sediaan apus darah tepi. Fungsi ginjal kreatinin merupakan pemeriksaan yang harus diperiksa sebagai bagian dari kriteria diagnosis gagal ginjal akut. Pada sediaan apus darah tepi, dapat ditemukan schistocytes atau formasi Rouleaux. Schistocytes mengindikasikan kemungkinan terjadinya hemolitik anemia pada sindrom hemolitik uremik dan purpura trombotik trombositopenik sedangkan formasi Rouleaux dapat ditemukan pada multiple myeloma.
Biomarker yang berhubungan dengan gagal ginjal akut adalah:
- Cystatic C: untuk melihat fungsi filtrasi glomerulus
-
Neutrophil gelatinase-associated lipocalin (NGAL): digunakan pada pasien yang menjalani operasi cardiopulmonary bypass grafting (CABG) untuk melihat adanya kerusakan tubulus ginjal
-
Kidney injury module-1 (KIM-1), n-acetyl-b-D-glucosaminidase (NAG, dan liver fatty acid-binding protein (L-FAB): ketiga biomarker ini juga bermanfaat untuk melihat adanya kerusakan tubulus
-
Insulin-like growth factor binding protein 7 (IGFBP-7): biomarker ini mencerminkan stress pada tubulus
-
Interleukin-18: biomarker inflamasi pada ginjal.
Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi yang dapat dilakukan untuk diagnosis gagal ginjal akut:
- Level komplemen
-
ANA (Antinuclear antibody)
-
ASO (Antistreptolysin)
-
ANCA (Antineutrophil cytoplasmic antibody)
-
Anti-GBM (Anti-glomerular basement membrane)
Urinalisis
Pada urinalisis, hal-hal berikut harus diperhatikan:
-
Keluaran urin (urine output)
-
Fraksi ekskresi dari natrium dan urea (FENa / fractional excretion of sodium and urea)
- Albuminuria dan proteinuria
- Hematuria
- Sedimen urin
Hasil fraksi eksreksi natrium dan urea kurang dari 1% mengindikasikan etiologic prerenal sedangkan hasil lebih dari 2% mengindikasikan penyebab intrarenal. Walau demikian, hasil ini tidak akurat pada pasien yang sedang menggunakan diuretik.[4,12,13]
Pencitraan
Pencitraan yang dapat dilakukan untuk gagal ginjal akut berupa ultrasonografi abdomen, CT-scan atau MRI, serta angiografi aortorenal.
Ultrasonografi berguna untuk melihat adanya gangguan ginjal seperti ukuran yang mengecil, obstruksi saluran kemih, dan hidronefrosis. Ultrasonografi abdomen juga bermanfaat untuk menilai liver dan abdomen pasien.
Jika pada hasil ultrasonografi ditemukan kecurigaan obstruksi, lakukan CT-scan atau MRI untuk evaluasi lebih lanjut. Angiografi aortorenal dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan gangguan vaskular ginjal seperti contohnya pada stenosis arteri renalis.[4,12]
Biopsi
Biopsi dapat dilakukan pada kecurigaan gagal ginjal akut renal. Untuk itu, singkirkan terlebih dahulu kemungkinan penyebab prerenal dan pasca renal dari gagal ginjal akut[12].
Klasifikasi Gagal Ginjal Akut
Terdapat 2 klasifikasi besar untuk gagal ginjal akut, yaitu kriteria RIFLE dan kriteria dari kidney disease: improving global outcomes (KDIGO):
Stadium | Kreatinin Serum | Keluaran urin |
1 | 1.5 – 1.9 kali nilai dasar, atau peningkatan ≥ 0.3 mg/dL | < 0.5 mL/kgBB/jam selama 6 – 12 jam |
2 | 2.0 – 2.9 kali nilai dasar | < 0.5 mL/kgBB/jam selama ≥ 12 jam |
3 | 3.0 kali nilai dasar, atauPeningkatan kreatinin serum ≥ 4.0 mg/dL, atau Permulaan dimulai terapi pengganti ginjal, atau Pada pasien < 18 tahun,penurunan LFG < 35 mL/menit per 1.73 m2 | < 0.3 mL/kgBB/jam selama ≥ 24 jam, atau anuria selama ≥ 12 jam |
LFG: Laju Filtrasi Glomerulus |
Tabel 4. Klasifikasi gagal ginjal akut dari KDIGO Clinical Practice Guideline for Acute Kidney Injury (2012).[1]
Stadium | Kreatinin Serum atau LFG | Keluaran urin |
Risk | Kreatinin 1.5 kali nilai dasar, atau > 25% penurunan LFG | < 0.5 mL/kgBB/jam selama 6 jam |
Injury | Kreatinin 2.0 kali nilai dasar, atau > 50% penurunan LFG | < 0.5 mL/kgBB/jam selama 12 jam |
Failure | Kreatinin 3.0 kali nilai dasar, atau > 75% penurunan LFG, atau kreatinin > 4.0 mg/dL dengan peningkatan akut 0.5 mg/dL | < 0.3 mL/kgBB/jam selama 24 jam, atau anuria selama 12 jam |
Loss | Kehilangan fungsi ginjal selama > 4 minggu | |
ESKD | End stage kidney disease (penyakit ginjal tahap akhir) selama > 3 bulan | |
LFG: laju filtrasi glomerulus; ESKD: end stage kidney disease |
Tabel 5. Kriteria RIFLE untuk gagal ginjal akut.[2]