Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Syok Hipovolemik general_alomedika 2021-04-19T10:20:48+07:00 2021-04-19T10:20:48+07:00
Syok Hipovolemik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Syok Hipovolemik

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Diagnosis syok hipovolemik dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis mengenai riwayat proses hilangnya volume cairan tubuh, baik akibat perdarahan ataupun non perdarahan. Dari pemeriksaan fisik dapat dilakukan penilaian tanda-tanda hipovolemik serta derajat beratnya kehilangan darah pada pasien syok dengan perdarahan, yang umumnya disebabkan oleh trauma.

Anamnesis

Pada syok hipovolemik, khususnya dengan etiologi nonhemoragik, dapat digali melalui anamnesis mengenai beberapa hal dibawah ini seperti:

  • Riwayat kehilangan cairan dari saluran gastrointestinal, seperti ada tidaknya riwayat diare, muntah serta pemasangan selang nasogastrik. Selain itu perlu pula ditanyakan apakah pasien sedang mengalami hematemesis, melena atau hematokezia sebagai tanda perdarahan gastrointestinal
  • Riwayat kehilangan cairan dari ginjal, apakah sedang mengonsumsi obat-obatan diuretik, obat-obatan antikoagulan (seperti warfarin, heparin, dabigatran) yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan spontan, sedang mengidap tumor atau memiliki riwayat penyakit endokrin seperti hiperaldosteronisme dan diabetes insipidus

  • Riwayat kehilangan cairan dari kulit, baik dari trauma seperti luka bakar, dehidrasi akibat heatstroke, maupun demam sebagai penanda infeksi
  • Juga perlu ditanyakan riwayat penyakit pasien untuk mencari etiologi perembesan cairan dari ruang ketiga akibat obstruksi seperti tidak bisa buang air besar dan flatus maupun adanya riwayat infeksi seperti penyakit pankreatitis dan sirosis hepatis[3,5,6,7,11]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik syok hipovolemik ditujukan untuk menentukan derajat beratnya hipovolemia, bila pasien mengalami trauma, dilakukan primary survey berdasarkan rekomendasi Advanced Trauma Life Support (ATLS) yaitu A (Airway), B (Breathing), C (Circulation), D (Disability), E (Exposure).

Pada pasien syok hipovolemik nontrauma, secara umum tanda yang dapat ditemukan pada pasien tersebut antara lain :

  • Ekstremitas: akral dingin, capillari refill <2detik
  • Arteri perifer tidak teraba: arteri karotid dan dorsalis pedis
  • Tekanan darah: normal hingga tidak terukur. Pada keadaan tekanan darah terkompensasi, hasil bisa menunjukan dalam batas normal. Keadaan ini dapat bersifat transien, tekanan darha dapat tiba-tiba menurun secara drastis (hipotensi berat). Selalu mengukur tekanan darah secara teratur[1,3,9]

Selain itu hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan fisik adalah, pada pasien anak denyut nadi diukur di arteri dorsalis pedis, dan pada pasien geriatri tidak dapat dilakukan pengukuran turgor kulit karena faktor fisiologis kulit pasien geriatri.[1,3,9]

Pasien yang kehilangan volume cairan tubuh tanpa perdarahan umumnya mengeluhkan rasa haus yang sangat, kram otot, atau dengan hipotensi ortostatik. Syok hipovolemik berat dapat diakibatkan oleh iskemia koroner dan mesenterika yang mengakibatkan rasa nyeri dada atau nyeri abdomen. Agitasi, letargi, atau bingung dapat merupakan suatu hasil dari gangguan perfusi di otak.[7,11]

Namun secara umum, apapun etiologi yang mendasari terjadinya syok hipovolemik, hasil akhir dari syok hipovolemik adalah menurunnya volume intravaskular, berkurangnya venous return ke jantung dan penurunan stroke volume. Sehingga manifestasi klinis yang pasti ditemukan adalah peningkatan denyut jantung, penurunan capillary refill time serta denyut nadi yang lemah.[12]

Tabel.1 Gambaran Klinis Derajat Hipovolemia pada Anak

Defisit cairan Ringan (3-5%) Sedang (6-10%) Berat (>10%)
Status Mental Normal Gelisah Perubahan status mental
Denyut jantung Normal Meningkat Meningkat
Kualitas nadi Normal Normal atau melemah Sangat lemah
Capillary refill Normal Memanjang Memanjang
Tekanan darah Normal Normal Normal atau menurun
Respirasi Normal Takipneu Takipneu, dalam
Mata Normal Agak Cekung, air mata sedikit Cekung, tidak ada air mata saat menangis
Fontanella Normal Cekung Cekung
Urin output Normal atau menurun berkurang Oliguria hingga anuria

Sumber Tabel:  Vega and Avva, 2019.[9]

Tabel. 2 Gambaran Klinis Derajat Hipovolemia pada Orang Dewasa

Defisit cairan Ringan (3-5%) Sedang (6-10%) Berat (>10%)
Hemodinamik Takikardi, Nadi lemah Takikardi, Nadi sangat lemah, Volume kolaps, Hipotensi ortostatik Takikardi, Nadi tak teraba, Akral dingin, Sianosis
Jaringan Lidah kering, turgor turun Lidah keriput, turgor kurang Atonia, turgor buruk
Urin Pekat Jumlah turun Oliguria
Sistem saraf pusat Mengantuk apatis Koma

Sumber Tabel: Leksana, 2015.[3]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding syok hipovolemik antara lain :

Syok Septik

Sepsis didefinisikan sebagai keadaan mengancam nyawa akibat disfungsi organ akibat dari disregulasi respon host akibat infeksi. Syok septik adalah proses lanjut sepsis dengan abnormalitas berat sirkulasi, cellular, dan metabolik akibat hipoperfusi jaringan yang bermanifestasi sebagai hipotensi yang memerlukan terapi vasopressor dan peningkatan kadar laktat (lebih dari 36 mg/dL).[3,6]

Keadaan ini berbeda dengan syok hipovolemik karena tidak adanya bukti kehilangan volume cairan, dan hanya ditemukan bukti berupa keadaan sepsis sebelum berakhir dengan syok. Patogen yang paling sering berhubungan dengan sepsis dan syok septik di Amerika serikat adalah gram-positive bacteria, seperti streptococcal pneumonia dan Enterococcus.[3,6]

Syok Anafilaktik

Syok anafilaktik merupakan  sindrom klinis berupa reaksi hipersensitivitas berat yang dimediasi oleh immunoglobulin E (Ig-E), yang menyebabkan cardiovascular collapse dan respiratory distress akibat bronkospasme. Reaksi hipersensitivitas yang bersifat segera dapat muncul dalam hitungan detik hingga menit setelah presentasi antigen penyebab reaksi hipersensitivitas. Contoh alergen yang umum antara lain obat-obatan (antibiotik, non-steroid antiinflamatory drug (NSAIDs)), makanan, sengatan serangga, dan latex.[3,6]

Pemeriksaan Penunjang

Berbagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pada pasien dengan syok hipovolemik untuk melihat sejauh mana terjadi kerusakan organ akibat syok.

Pemeriksaan Darah Lengkap

Bila pasien telah mengalami peningkatan metabolisme anaerob, pasien akan mengalami asidosis laktat. Pada kasus hemorrhagic shock, hematokrit dan hemoglobin dapat ditemukan sangat menurun dibanding ambang batas normal. Akan tetapi, karena disertai oleh penurunan volume plasma, kadar hematokrit dan hemoglobin dapat pula menjadi meningkat akibat hemokonsentrasi darah.[7,13]

Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Pemeriksaan penunjang yang dapat ditemukan abnormal pada keadaan syok hipovolemik antara lain peningkatan kadar blood urea nitrogen (BUN) lebih dari 20 mg/dL pada orang dewasa dan lebih dari 18 mg/dL pada anak-anak serta nilai serum creatinine (lebih dari 1,3 mg/dL) sebagai akibat dari prerenal kidney failure. Untuk membedakan pasien memiliki gangguan di prerenal atau intrinsik dan postrenal dapat digunakan rumus untuk menentukan nilai FENa pada kasus acute kidney injury (AKI).[7,13,14]

Rumusnya adalah: rumus

Jika didapatkan nilai kurang dari 1 persen maka ini menandakan gangguan di prerenal sedangkan bila nilai lebih dari 2 persen ini menandakan adanya masalah intrinsik pada ginjal ataupun di postrenal.[15]

Fungsi ginjal serta kerusakan pada AKI bersifat transient atau menetap dapat diperkirakan dengan kriteria RIFLE (Risk, Injury, and Failure; and Loss; and End-stage kidney disease) dengan melihat nilai kreatinin serum atau glomerular filtration rate(GFR). Kerusakan ginjal akut sendiri didefinisikan sebagai kerusakan yang bersifat cepat dalam waktu kurang dari 48 jam, berbeda dengan gagal ginjal kronik yang memiliki masa window period 3 bulan.[15,16]

Tabel.3 Kriteria RIFLE

Stage Kriteria GFR
Risk

Kreatinin serum meningkat 1.5-2 kali dari rentang normal

atau

GFR berkurang>25%

Injury

Kreatinin serum meningkat 2-3 kali dari rentang normal

atau

GFR berkurang>50%

Failure

Kreatinin serum meningkat 3 kali dari rentang normal

atau

GFR berkurang>55%

Atau

Kreatinin serum ≥4 mg/dL; disertai peningkatan akut≥0.5 mg/dL

Loss of function

Persistent acute renal failure: ginjal kehilangan fungsi total>4 minggu

End stage kidney disease Ginjal kehilangan fungsi total>3bulan

Sumber Tabel: Hughes, 2018.[16]

Analisa Gas darah

Analisa gas darah dilakukan untuk menentukan apakah telah terjadi asidosis laktat sebagai manifestasi gangguan asam basa akibat mekanisme kompensasi metabolisme anaerob pada pasien syok. Asidosis laktat termasuk dalam asidosis metabolik. Asidosis yang ditandai dengan kadar pH dibawah 7,35 disertai anion gap yang tinggi (lebih dari 17 mEq/L), serta penurunan kadar bikarbonat (kurang dari 21 mEq/L)   merupakan salah satu ciri asidosis metabolik laktat.[3,13]

Pemeriksaan Elektrolit

Pada kondisi syok hipovolemik, hipernatremia atau hiponatremia dapat ditemukan, begitu pula keadaan hiperkalemia atau hipokalemia.[7,13]

Kondisi Hipovolemia dengan penurunan kadar natrium dapat diamati pada penggunaan diuretik, defisiensi mineralokortikoid, hipoaldosteronism, luka bakar, muntah, diare, pankreatitis. Sementara itu, kondisi hipernatremia juga dapat ditemukan pada pasien dengan dehidrasi, aldosteronism, diabetes insipidus dan diuretik osmotik[13]

Pasien hipovolemik dapat mengalami hiperkalemia karena terjadi penghambatan ekskresi kalium di ginjal akibat gagal ginjal, kerusakan sel contohnya pasien luka bakar dan kondisi asidosis. Hipokalemia dapat diamati pada pasien syok hipovolemik dengan etiologi diare, muntah, luka bakar parah, aldosteron primer, asidosis tubular ginjal, diuretik, steroid, sirosis dengan asites.[13]

Pemeriksaan D-Dimer

Pemeriksaan ini diindikasikan untuk menilai apakah telah terjadi kondisi disseminated intravascular coagulation (DIC). DIC sendiri adalah kondisi dengan ciri terjadinya aktivasi abnormal fungsi koagulasi darah secara sistemik sehingga terbentuk fibrin yang dapat menyebabkan trombus pada berbagai organ tubuh vital dan akhirnya dapat berakhir dengan multiple organ dysfunction syndrome (MODS). Kondisi ini dapat ditemukan pada pasien pankreatitis, heatstroke dan keganasan.[17]

Referensi

1. Standl, Thomas et al. The Nomenclature, Definition and Distinction of Types of Shock. Dtsch Arztebl Int 2018; 115: 757–68. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6323133/pdf/Dtsch_Arztebl_Int-115_0757.pdf
3. Leksana,Ery. Dehidrasi dan Syok. CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015. Available from : https://kalbemed.com/DesktopModules/EasyDNNNews/DocumentDownload.ashx?portalid=0&moduleid=471&articleid=1059&documentid=1706
5. Kolecki, Paul. Hypovolemic Shock. Medscape. 2016. Available from : https://emedicine.medscape.com/article/760145-overview
6. Koya, HH and Paul, Manju. Shock. Statpearl.2019. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531492/
7. Taghavi S, Askari R. Hypovolemic Shock. 2019. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513297/
9. Vega, RM and Avva,U. Pediatric Dehydration. Statpearl. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK436022/
11. Departemen Kesehatan RI. Buku Saku Lintas Diare. 2011. Available from : http://dinkes.acehselatankab.go.id/uploads/Buku%20Saku%2001.pdf
12. Sethuraman, Usha and Bhaya, Nirmala. Pediatric shock. Therapy (2008) 5(4), 405–423. Available from : https://www.openaccessjournals.com/articles/pediatric-shock.pdf
13. Kementerian Kesehatan. Pedoman Interpretasi Data Klinik. 2011. Available from : https://www.researchgate.net/publication/303523819_Pedoman_Interpretasi_Data_Klinik
14. Lerma,EV. Medscape. Blood Urea Nitrogen (BUN). 2019. Available from : https://emedicine.medscape.com/article/2073979-overview
15. Rahman, M et al. Acute Kidney Injury: A Guide to Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 2012 Oct 1;86(7):631-639. Available from : https://www.aafp.org/afp/2012/1001/p631.html
16. Hughes, PJ. Medscape. What are the RIFLE criteria for acute kidney injury (AKI)?. 2018. Available from : https://www.medscape.com/answers/1925597-112191/what-are-the-rifle-criteria-for-acute-kidney-injury-aki
17. Levi,MM. Medscape. Disseminated Intravascular Coagulation. 2018. Available from : https://emedicine.medscape.com/article/199627-overview

Epidemiologi Syok Hipovolemik
Penatalaksanaan Syok Hipovolemik

Artikel Terkait

  • Kristaloid vs Koloid untuk Resusitasi Cairan
    Kristaloid vs Koloid untuk Resusitasi Cairan
  • Penggunaan Fluid Challenge pada Syok
    Penggunaan Fluid Challenge pada Syok
Diskusi Terkait
Anonymous
19 September 2022
Pemberian cairan untuk pasien hipovolemik yang memiliki riwayat gagal jantung - Jantung Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO Dokter,Izin bertanya, untuk pasien kecelakaan lalu lintas yang mengalami kehilangan cukup banyak darah dan membutuhkan cairan tetapi ada riwayat gagal...
Anonymous
15 Juni 2022
Penggunaan sulfas atropin - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Hendra Sp.PD. izin bertanya, apakah boleh menggunakan sulfas atropin jika didapat irama sinus bradikardi+ kondisi syok hipovolemik+sepsis yang belum...
dr. Radian Pandhika, M.H.
23 November 2019
Cara resusitasi pasien CHF dengan syok hipovolemia
Oleh: dr. Radian Pandhika, M.H.
9 Balasan
Alodokter, bagaimana penatalaksanaan pada pasien CHF yang mengalami syok hipovolemik (muntah/diare)? Bagaimana tindakan resusitasi cairan yang perlu...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.