Penatalaksanaan Syok Hipovolemik
Tatalaksana utama syok hipovolemik adalah mengembalikan perfusi dan oksigenasi jaringan dengan mengembalikan volume sirkulasi intravaskuler sesegera mungkin. Terapi cairan merupakan terapi yang paling penting pada syok hipovolemik, disertai penghentian proses perdarahan pada syok hipovolemik hemoragik. Tatalaksana syok sejak dini berdampak sangat bermakna pada perbaikan klinis dengan target utama mengembalikan tekanan darah, nadi, dan perfusi organ secara optimal.[1,3]
Keberhasilan resusitasi syok dapat dinilai berdasarkan perbaikan hemodinamik, seperti MAP (mean arterial pressure), CVP (central venous pressure), urine output, mixed venous oxygen saturation , dan status mental. Bila kondisi hipovolemia telah teratasi dengan baik, selanjutnya pasien dapat diberi agen vasoaktif, seperti dopamine, dobutamine[1,3]
Tatalaksana awal pasien dengan syok hipovolemik nonhemoragik adalah :
- menentukan defisit cairan
- mengatasi syok dengan memberikan cairan kristaloid (Cairan RL atau NaCl 0,9%) 20 mL/kgBB dalam 30 - 60 menit, dapat diulang
- Sisa defisit cairan dapat diberikan dengan persentase: 50% dalam 8 jam pertama dan 50% dalam 16 jam berikutnya
- Tanda klinis kondisi hipovolemia telah teratasi/hidrasi, apabila produksi urin: 0,5 – 1 mL/kgBB/jam[3]
Pada pasien dengan luka bakar luas, dapat dilakukan resusitasi cairan dengan Parkland Formula sebagai pengganti volume cairan dalam 24 jam pertama pasca kejadian.[1]
Cairan Infus (Isotonic Balanced Full Electrolyte Solutions)
Indikasi pemberiannya pada semua kasus syok, ketika cardiac preload berkurang karena berkurangnya volume intravaskuler atau adanya obstruksi. Mekanisme kerjanya dengan menggantikan cairan yang hilang karena imbalans elektrolit atau volume shift, peningkatan stroke volume dengan meningkatkan cardiac preload. [1,3]
Efek samping bisa terjadi volume overload, pulmonary edema, peripheral edema. Dosis inisial diberikan dengan 10–20 mL/kg i. v. dapat diberikan terus-menerus bergantung pada efek dan respon pasien.[1,3]
Vasoconstrictors, Positive Inotropic Agents, and Vasodilators
Epinephrine
Indikasi pemberian epinefrin adalah pada semua tipe syok, ketika penggunaan katekolamin lainnya gagal mencapai keadaan vasokonstriksi yang diinginkan dan meningkatkan inotropik: resusitasi jantung paru, syok anafilaktik. Mekanisme kerja epinefrin menyebabkan konstriksi melalui α1-Receptor-mediated vasoConstriction dan β1-Receptor-mediated positive inotropia serta β2-Receptor-mediated bronchodilation[1,3]
Efek samping yang dapat terjadi adalah iskemia miokard, stress cardiomyopathy, tachyarrhythmias, oliguria/anuria.
Dosis epinefrin adalah 0.3–0.6 mg IM,dapat diberikan kontinyu berdasarkan efek dan kebutuhan: 0.05 hingga 1.0 (hingga maksimum dosis 5.0) μg/kg/menit IV pemberian saat resusitasi jantung paru: 1 mg secara IV. setiap 3–5 menit.[1]
Dobutamine
Indikasi pemberian dobutamine pada semua jenis syok dengan insufisiensi fungsi pompa ventrikel, mekanisme kerja dobutamine terutama β1-receptor mediated positive inotropic effect, efek samping yang dapat terjadi adalah peningkatan heart rate ≥ 30/menit, peningkatan tekanan darah ≥ 50 mmHg, nyeri kepala, cardiac arrhythmias, kemungkinan terjadi penurunan tekanan darah disebabkan oleh β2-receptor-mediated vasodilation.[1,3]
Dosis dobutamine dapat diberikan secara kontinyu bergantung pada efek dan kebutuhan tiap pasien yaitu: 2.5 hingga 5 (dengan dosis maksimum 10) μg/kg per min i. v.[1]
Norepinephrine
Indikasi norepinephrine diberikan pada semua jenis syok dengan penurunan resistensi perifer . mekanisme kerja terutama α1-receptor mediated vasoconstriction, (low) positive inotropic effects. Efek samping yang mungkin terjadi adalah iskemia perifer, peningkatan tekanan darah, reflex bradycardia, dan cardiac arrhythmias.
Dosis kontinyu diberikan bergantung pada efek dan kebutuhan yaitu: 0.1–1.0 μg/kg/menit IV. pemberian dengan Bolus: 5–10 μg IV[1]