Pendahuluan Heat Stroke
Heat stroke adalah suatu kondisi kegawatdaruratan yang ditandai dengan peningkatan suhu inti tubuh mencapai >40⁰C dan adanya defisit neurologis. Heat stroke terjadi karena adanya kegagalan termoregulasi dan kemungkinan adanya gangguan pada protein heat-shock. Heat stroke umumnya terjadi pada daerah tropis.[1-3]
Etiologi heat stroke dapat melibatkan beberapa hal, yaitu peningkatan produksi panas, seperti aktivitas fisik yang berlebihan, sepsis, dan thyroid storm; penurunan pengeluaran panas, seperti pada luka bakar dan pemakaian obat neuroleptik; penurunan kemampuan untuk beradaptasi dengan iklim, seperti pada anak atau lansia, yang kurang mampu menghasilkan respons fisiologis yang adekuat terhadap cuaca yang panas; serta penurunan respons perilaku, seperti pada pasien tirah baring yang lama atau pasien dengan penyakit kronis, yang tidak dapat mengontrol lingkungan dan asupan air mereka.[1-3]
Demam dan heat stroke harus dapat dibedakan oleh klinisi sejak awal pasien datang ke fasilitas kesehatan guna prognosis yang lebih baik. Etiologi demam umumnya disebabkan oleh respons tubuh terhadap rangsangan internal yang disebabkan oleh infeksi dan inflamasi, sedangkan heat stroke merupakan keadaan yang disebabkan oleh rangsangan eksternal berupa eksposur terhadap cuaca panas atau aktivitas fisik berat.
Heat stroke terbagi menjadi dua klasifikasi, yaitu exertional dan non-exertional. Exertional heat stroke merupakan kondisi heat stroke yang terjadi pada individu dengan aktivitas fisik yang berat, seperti pada atlet, tentara, dan buruh, Non-exertional heat stroke merupakan kondisi yang terjadi pada individu dengan aktivitas fisik yang rendah, seperti orang lanjut usia dan orang yang memiliki komorbiditas, seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.[3,8]
Tanda dan gejala heat stroke, antara lain peningkatan suhu inti tubuh yang biasanya di atas 40⁰C, delirium atau kebingungan, takipnea, takikardia, dan hipotensi. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi kejang dan koma.[1-3]
Prinsip penatalaksanaan heat stroke adalah dengan pendinginan secara cepat hingga suhu inti tubuh di bawah 39⁰C. Beberapa metode pendinginan dapat dilakukan, seperti imersi dan evaporasi. Langkah ini diikuti dengan pemantauan ketat tanda-tanda vital pasien, resusitasi cairan dan elektrolit, serta manajemen kerusakan organ. Berbeda dengan demam, suhu tubuh pasien heat stroke tidak akan turun dengan pemberian antipiretik. Sampai saat ini, tidak terdapat medikamentosa yang dapat mempercepat pendinginan pada heat stroke.
Pencegahan heat stroke dapat dilakukan dengan menggunakan air conditioner, pembatasan aktivitas di luar pada saat siang hari, konsumsi cairan yang cukup, menggunakan pakaian yang longgar dan berwarna cerah, dan hati-hati terhadap penggunaan obat yang memiliki efek diuretik.[1-3]