Efek Samping dan Interaksi Obat Fluconazole
Efek samping fluconazole mencakup berbagai sistem organ, termasuk hepatotoksisitas dan pemanjangan interval QT. Interaksi obat dapat terjadi dengan obat-obatan yang mempengaruhi CYP3A4 dan CYP2C9.
Efek Samping
Meskipun pada umumnya fluconazole dapat ditoleransi dengan baik, keluhan mual dan muntah dapat terjadi pada pasien yang mendapatkan dosis fluconazole di atas 200 mg setiap hari. Pada pasien yang mendapat dosis mencapai 800 mg per hari, mungkin diperlukan antiemetik parenteral.
Selain mual dan muntah, gejala gastrointestinal lain berupa nyeri perut, diare, dan kembung sering dilaporkan terutama pada anak-anak. Efek samping yang berat dan perlu pengawasan adalah hepatotoksisitas.
Fluconazole juga dapat menyebabkan efek samping neuromuskuloskeletal berupa nyeri kepala, kejang, dizziness, vertigo, insomnia, paresthesia, tremor, asthenia, myalgia, kelelahan, dan malaise.
Efek samping kardiovaskular dapat berupa pemanjangan interval QT yang menyebabkan torsade de pointes,.
Efek samping hematologi dapat berupa leukopenia, termasuk neutropenia dan agranulositosis, thrombositopenia. Efek samping metabolik dapat berupa hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, dan hipokalemia.
Reaksi alergi dapat muncul berupa pustulosis eksantema akut, erupsi obat, eksfoliasi kulit, toxic epidermal necrolysis, hingga sindroma Stevens-Johnson.[3,9,16]
Interaksi Obat
Fluconazole adalah inhibitor CYP3A4 dan CYP2C9. Fluconazole dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari amitriptyline, nortriptyline, amprenavir, cisapride, cyclosporine, phenytoin, sulfonilurea (glipizide, tolbutamide), tacrolimus, teofilin, terfenadine, dan warfarin.
Rifampicin dan cimetidine mengurangi area under the curve (AUC) fluconazole, namun tidak signifikan. Sebaliknya, hydrochlorothiazide meningkatkan AUC fluconazole. [3,8]