Red Flag Mual Muntah pada Ibu Hamil

Oleh :
dr. Utari Nur Alifah

Red flags atau tanda bahaya mual muntah pada ibu hamil merupakan kondisi yang harus diwaspadai karena dapat menandakan adanya penyulit kehamilan dan peningkatan risiko pada ibu dan janin. Mual muntah hebat, atau yang sering dikenal dengan istilah hiperemesis gravidarum, merupakan bentuk paling berat dari mual dan muntah selama kehamilan. Mual muntah juga bisa menjadi gejala preeklampsia pada usia kehamilan lanjut.[1]

Mual muntah pada ibu hamil merupakan kondisi yang umum terjadi. Kondisi ini dapat menurunkan kualitas hidup ibu hamil, dan secara signifikan berkontribusi terhadap biaya kesehatan serta waktu produktif yang hilang. Dampak yang berbahaya dari mual muntah berlebih pada ibu hamil di antaranya penurunan berat badan dan kehilangan cairan yang dapat menyebabkan ketonuria dan ketonemia.[1-3]

Pregnant,Woman,Suffer,From,Nausea

Penyebab mual muntah pada ibu hamil masih belum jelas sepenuhnya. Beberapa teori yang berkembang yaitu karena adanya perubahan hormon, perubahan sistem gastrointestinal, genetik, dan psikososial. Jika mual muntah yang dialami parah, maka penanganan dehidrasi dan monitoring harus dilakukan. Red flags atau tanda bahaya mual muntah pada ibu hamil perlu dikenali oleh setiap dokter agar dapat memberikan tata laksana secara cepat dan tepat.[1-4]

Sekilas Tentang Etiologi Mual Muntah pada Ibu Hamil

Mual muntah pada ibu hamil diduga merupakan interaksi kompleks antara faktor biologis, psikologis, dan faktor sosiokultural. Ketidakseimbangan hormon, gangguan gastrointestinal, faktor genetik, dan psikososial telah dikaitkan dengan timbulnya dan keparahan mual muntah dalam kehamilan.[1-4]

Faktor Hormonal

Ibu hamil yang mengalami mual dan muntah berlebih seringkali memiliki kadar hCG tinggi yang menyebabkan hipertiroidisme transien. Hormon hCG dapat secara fisiologis menstimulasi reseptor thyroid-stimulating hormone (TSH). Peningkatan hormon tiroid ini diduga akan mempengaruhi motilitas gaster, yang berkontribusi memperparah mual dan muntah selama kehamilan.[1,3]

Estrogen juga diperkirakan berkontribusi terhadap mual muntah pada ibu hamil. Kadar estradiol meningkat pada awal kehamilan dan secara bertahap akan berkurang seiring bertambahnya usia kehamilan. Pola ini mirip dengan kejadian mual muntah pada ibu hamil yang berkurang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.[3]

Perubahan pada Sistem Gastrointestinal

Sfingter esofagus inferior akan berelaksasi selama kehamilan karena adanya peningkatan estrogen dan progesteron. Hal tersebut berdampak terhadap meningkatnya insidensi dari gastroesophageal reflux disease atau GERD dalam kehamilan. Selain itu, gangguan sistem hepar, gangguan metabolisme, dan infeksi Helicobacter pylori juga berkaitan dengan patofisiologi terjadinya mual muntah pada ibu hamil.[3-5]

Etiologi Lain

Mual muntah juga bisa berkaitan dengan preeklampsia pada usia kehamilan lanjut. Umumnya gejala mual muntah disertai dengan nyeri kepala dan peningkatan tekanan darah.

Selain itu, ibu hamil juga bisa mengalami kondisi medis yang tidak berkaitan dengan kehamilan dan menyebabkan mual muntah. Kondisi medis ini bisa mencakup appendicitisinfeksi saluran kemih, urosepsis, kolesistitis, dan gastroenteritis.

Pengaruh Faktor Genetik

Secara genetik, terdapat peningkatan risiko pada wanita yang anggota keluarganya mengalami hiperemesis gravidarum. Gen GDF15 dan IGFBP7 merupakan gen yang potensial berkaitan terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum.[3,4]

Faktor Psikologis

Perubahan psikologis selama kehamilan juga berkaitan dengan kejadian mual muntah. Respons psikologis dapat berkaitan dengan kejadian eksaserbasi mual muntah selama kehamilan. Pada beberapa kasus, hiperemesis gravidarum dapat menunjukkan gejala psikiatri seperti penyakit somatisasi atau depresi mayor.[1]

Faktor Risiko Mual Muntah Selama Kehamilan

Meningkatnya massa plasenta, baik pada kehamilan tunggal maupun multipel, berkaitan dengan peningkatan risiko dan keparahan mual muntah selama kehamilan. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat migraine dilaporkan memiliki risiko lebih tinggi mengalami hiperemesis gravidarum. Usia yang lebih tua dan obesitas juga berkaitan dengan risiko hiperemesis gravidarum.[1,3,6,7]

Faktor risiko keperluan rawat inap akibat mual muntah selama kehamilan berkaitan dengan karakteristik sebelum hamil, seperti indeks masa tubuh underweight dan lingkar pinggang yang lebih rendah. Selain itu, primipara, kehamilan multipel, fetus perempuan, dan konsumsi alkohol juga berhubungan dengan peningkatan keperluan rawat inap.[8]

Red Flags Mual Muntah pada Ibu Hamil

Pasien dengan red flags mual muntah pada ibu hamil memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk tata laksana awal dan observasi. Red flags dideteksi secara klinis, kondisi psikologis, pemeriksaan kesejahteraan janin, serta berdasarkan ada-tidaknya kemungkinan komplikasi.

Red flags mual muntah pada ibu hamil berdasarkan kondisi klinis adalah:

  • Gangguan tidur
  • Kesulitan makan dan minum
  • Tanda dan gejala dehidrasi
  • Berkurangnya konsentrasi
  • Penurunan berat badan melebihi 5% dari berat badan sebelum kehamilan
  • Penurunan kesadaran
  • Ketonuria
  • Gangguan elektrolit
  • Aritmia
  • Gangguan asam-basa

Red flags mual muntah pada ibu hamil berdasarkan kondisi psikologis adalah:

Red flags mual muntah pada ibu hamil berdasarkan kondisi janin mencakup:

  • Perdarahan jalan lahir
  • Distress janin

Red flags mual muntah pada ibu hamil berdasarkan komplikasi mencakup:

Sekilas tentang Manajemen Pasien dengan Red Flag Mual Muntah pada Ibu Hamil

Manajemen pasien dengan red flags mual muntah pada ibu hamil dimulai dari anamnesis serta pemeriksaan yang terarah untuk menentukan etiologi dan tata laksana yang sesuai.[1,3]

Anamnesis

Pasien yang datang dengan keluhan mual muntah selama kehamilan terkadang tidak mengetahui kalau dirinya hamil, sehingga riwayat menstruasi terakhir dan juga riwayat berhubungan seks perlu ditanyakan. Selain itu, tanyakan onset terjadinya mual muntah, kapan mual muntah semakin berat, dan apakah ada kondisi yang membuat keluhan menjadi lebih ringan.[1,3,9-12]

Tanyakan pula frekuensi mual muntah dalam sehari, dan seberapa mengganggu keluhan tersebut pada pekerjaan sehari-hari. Identifikasi obat-obatan dan makanan apa saja yang dikonsumsi sebelumnya untuk memperkirakan faktor yang dapat menyebabkan eksaserbasi.[1,3,9-12]

Gali riwayat penyakit sebelumnya, riwayat operasi, dan alergi yang dimiliki pasien. Tanyakan juga riwayat pada keluarga, riwayat sosial seperti siapa saja yang mendukung pasien dan kehamilannya, pekerjaan, dan kebiasaan pasien. Tanyakan juga riwayat obstetri dan ginekologi, seperti penggunaan kontrasepsi hormonal beserta responnya, serta riwayat terkait kehamilan seperti adanya perdarahan atau nyeri perut.[1,3]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, bisa didapatkan tanda dehidrasi dan kehilangan berat badan akut. Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan di antaranya pemeriksaan status volume seperti pemeriksaan mukosa, turgor kulit, dan vena leher. Lakukan juga pemeriksaan mental untuk melihat apakah ada tanda bahaya secara psikis. Selain itu, lakukan juga pemeriksaan tiroid, pemeriksaan abdomen, jantung, dan pemeriksaan neurologis. Tentukan juga kesejahteraan janin dengan mengukur denyut jantung janin (DJJ).[1,3]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk melihat tanda bahaya mual muntah pada ibu hamil yaitu:

  • Urinalisis dapat mengevaluasi tanda infeksi, proteinuria akibat preeklampasia, dan badan keton

  • Serum elektrolit
  • Enzim hepar dan bilirubin
  • Lipase untuk mengevaluasi adanya pankreatitis
  • TSH
  • Ultrasonografi obstetri[1,3]

Tata Laksana

Kebanyakan pasien hamil dengan mual muntah bisa diterapi rawat jalan dengan modifikasi diet, menjaga hidrasi, dan pemberian obat antiemetik. Ketika terdapat tanda bahaya mual muntah pada ibu hamil, maka pasien perlu dirawat di fasilitas kesehatan agar terapi dan observasi dapat lebih maksimal, serta agar komplikasi yang lebih berat dapat dicegah.

Tata laksana awal yang dapat dilakukan pada kondisi dehidrasi yaitu memberikan cairan intravena secara bolus atau infus kontinyu dengan menggunakan cairan salin normal. Berikan juga metoclopramide atau ondansetron untuk meredakan mual.

Pasien dengan tanda bahaya mual muntah pada ibu hamil harus dirujuk untuk dirawat di fasilitas kesehatan di bawah supervisi ahli obstetri dan ginekologi (SpOG).[1,3]

Referensi