Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Shigellosis general_alomedika 2022-04-13T10:43:48+07:00 2022-04-13T10:43:48+07:00
Shigellosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Shigellosis

Oleh :
dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Diagnosis shigellosis perlu dicurigai pada pasien dengan keluhan demam dan diare berair, terutama diare dengan darah dan mukus. Diagnosis pasti ditegakkan melalui pemeriksaan kultur atau PCR.

Anamnesis

Gejala shigellosis mulai timbul setelah 1 – 4 hari pasca paparan. Pasien yang sudah pernah mengalami infeksi Shigella sp sebelumnya dapat tidak menunjukkan gejala pada infeksi berikutnya.

Gejala Umum

Gejala biasanya dimulai dengan demam, lemas, malaise, dan penurunan nafsu makan. Dalam waktu beberapa jam, gejala akan diikuti dengan diare berair. Pada pasien dengan sistem imun yang baik, penyakit biasanya bersifat ringan dan dapat sembuh sendiri setelah beberapa hari. Namun, gejala juga bisa diikuti dengan disentri atau diare berdarah dan berlendir, yang disertai dengan dengan nyeri perut dan tenesmus. Pada kasus dengan infeksi yang berat, diare dapat terjadi dengan frekuensi lebih dari 20 kali per hari. [1]

Nyeri perut yang terjadi pada saat disentri dapat timbul dengan intensitas yang tinggi sehingga seringkali dapat menyerupai nyeri pada kasus appendicitis. Untuk kelompok usia yang lebih muda, seperti pada bayi dan neonatus, nyeri dapat menyerupai enterokolitis nekrotikans atau intususepsi. [1,24]

Gejala pada Anak < 5Tahun

Pada anak yang berusia dibawah 5 tahun, gejala demam, nyeri perut, dan tenesmus lebih dominan ditemukan pada pasien yang mengalami disentri, sedangkan gejala nyeri perut dan dehidrasi lebih dominan ditemukan pada pasien yang mengalami diare berair. [3]

Faktor Risiko

Anamnesis juga diharapkan dapat menggali faktor risiko infeksi Shigella sp sehingga pencegahan untuk infeksi selanjutnya dapat dilakukan. Hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain adalah lingkungan tempat tinggal, sanitasi dan higienitas, serta penyediaan makanan dan minuman. [2,5]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik umum dapat ditemukan adanya demam. Tanda-tanda dehidrasi seperti adanya peningkatan laju nadi, turunnya tekanan darah, adanya mata cekung, penurunan turgor kulit, dan kondisi akral dingin perlu dicari. [1,25]

Pada pemeriksaan abdomen dapat ditemukan adanya nyeri tekan, terutama pada regio kuadran bawah, serta peningkatan bising usus. Pada sebagian kecil kasus (1 – 3%), dapat ditemukan adanya prolaps rektum karena diare yang terus menerus. [26]

Diagnosis Banding

Diare berdarah dapat disebabkan oleh patogen lain seperti bakteri, parasit, atau virus. Patogen yang paling banyak menyebabkan diare berdarah selain Shigella sp adalah Enteroinvasive Escherischia coli (EIEC). Kedua patogen ini dapat dibedakan dengan pemeriksaan kultur. [1,18]

Selain EIEC, bakteri lain yang dapat menyebabkan diare berdarah adalah Campylobacter jejuni, Vibrio cholerae, Yersinia enterocolitica, enterohemorrhagic Escherichia coli, dan Salmonella. Clostridium difficile juga dapat menyebabkan diare berdarah, namun frekuensinya lebih jarang. Patogen ini perlu dipertimbangkan ketika didapatkan riwayat penggunaan antibiotik sebelumnya. [27]

Patogen lain yang dapat menyebabkan diare berdarah adalah Entamoeba histolytica, Schistosoma, dan cytomegalovirus. Kondisi non-infeksi seperti penyakit inflamasi saluran cerna, penyakit celiac, dan keganasan juga dapat menyebabkan diare berdarah. [27,28]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada shigellosis dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri. Identifikasi dapat melalui pemeriksaan kultur atau PCR. Beberapa pemeriksaan lain seperti pemeriksaan feses, laktoferin, dan endoskopi juga dapat dilakukan untuk membantu penegakkan diagnosis.

Pemeriksaan Feses

Pada pemeriksaan feses rutin, dapat ditemukan adanya leukosit pada feses. Hal ini mengindikasikan adanya inflamasi difus pada kolon. Selain leukosit, darah samar juga dapat ditemukan pada pemeriksaan feses. Adanya darah samar pada feses dapat mengindikasikan adanya infeksi invasif dengan spesifisitas 63% dan sensitivitas 55%. [2,29]

Pemeriksaan laktoferin, yaitu protein yang bertugas mengantarkan besi, pada feses juga dapat dilakukan. Laktoferin ini diproduksi oleh leukosit dan keberadaannya mengindikasikan adanya inflamasi di saluran intestinal, walaupun sulit dibedakan apakah inflamasi tersebut bersifat infeksius atau non-infeksius. Pemeriksaan ini tidak disarankan dilakukan pada bayi yang masih mengkonsumsi ASI karena laktoferin juga terdapat pada ASI sehingga dapat memberikan hasil positif palsu. Untuk mendiagnosis infeksi invasif, laktoferin memiliki spesifisitas 64% dan sensitivitas 52%. [29,30]

Pemeriksaan Kultur

Pemeriksaan kultur merupakan pemeriksaan baku emas untuk mendiagnosis shigellosis. Kultur diambil dari feses yang memiliki gumpalan mukus dan darah. Kultur diharapkan dapat diambil sebelum pasien mendapatkan antibiotik empiris. Selain untuk mengidentifikasi patogen, pemeriksaan kultur dapat sekaligus melihat resistensi antibiotik. [1]

Pemeriksaan PCR

Pemeriksaan PCR memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi untuk mendiagnosis Shigella sp dengan waktu yang lebih cepat. Pemeriksaan PCR multipleks memiliki spesifisitas 99,7% dan sensitivitas 100,0%. [31]

Pemeriksaan Endoskopi

Pemeriksaan endoskopi dilakukan pada kasus berat, mikroorganisme tidak teridentifikasi, atau tidak ada perbaikan setelah pemberian terapi lini pertama. Endoskopi dapat membedakan antara kolitis fokal dan difus.

Pada kasus shigellosis, hasil endoskopi akan menunjukkan gambaran eritematosa pada mukosa saluran pencernaan yang tersebar secara difus dan disertai dengan ulkus berukuran kecil. Gambaran ini berbeda dengan penyebab disentri lain seperti amuba. Pada kasus amebiasis, endoskopi akan menunjukkan gambaran ulkus yang tersebar diskret tanpa ada tanda inflamasi generalisata. [1,2]

Referensi

1. Niyogi SK. Shigellosis. J Microbiol. 2005;43(2):133-43
2. Pfeiffer ML, DuPont HL, Ochoa TJ. The patient presenting with acute dysentery—a systematic review. J Infect. 2012;64(4):374-86
3. Kotloff KL, Nataro JP, Blackwelder WC, et al. Burden and aetiology of diarrhoeal disease in infants and young children in developing countries (the Global Enteric Multicenter Study, GEMS): a prospective, case-control study. Lancet 2013; 382: 209–22
5. World Health Organization. Guidelines for the control of shigellosis, including epidemics due to Shigella dysenteriae type 1. 2005
18. Van den Beld MJ, Reubsaet FA. Differentiation between Shigella, enteroinvasive Escherichia coli (EIEC) and noninvasive Escherichia coli. Eur J Clin Microbiol Infect Dis 2012;31(6):899-904
24. Miron D, Sochotnick I, Yardeni D, Kawar B, Siplovich L. Surgical complications of shigellosis in children. Pediatr Infect Dis J 2000; 19: 898–900
25. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak Indonesia. 2009
26. DuPont, H. Shigella species (bacillary dysentery). In: Mandell GL, Bennett JE, and Dolin R, eds. Mandell, Douglas, and Bennett's Principles and Practice of Infectious Diseases. 7th ed. Philadelphia, PA: Churchill Livingstone; 2010:2905-2910
27. Bannister BA, Gillespie SH, Jones J. Infection: microbiology and management. 3rd ed. Oxford, UK: Blackwell Publishing Ltd.; 2006:167-201
28. Holtz LR, Neill MA, Tarr PI. Acute bloody diarrhea: a medical emergency for patients of all ages. Gastroenterology. 2009:136:1887-98
29. Ashraf H, Beltinger J, Alam NH, Bardhan PK, Farugue AS, Akter J, et al. Evaluation of faecal occult blood test and lactoferrin latex agglutination test in screening hospitalized patients for diagnosing inflammatory and non-inflammatory diarrhoea in Dhaka, Bangladesh. 2007;76(3-4):256-61
30. González-Chávez SA, Arévalo-Gallegos S, Rascón-Cruz Q. Lactoferrin: structure, function and applications. Int J Antimicrob Agents. 2009;33(4):301.e1-8
31. Martin A, Pérez-Ayala A, Chaves F, Lora D, Orellana MA. Evaluation of the multiplex PCR Allpex-GI assay in the detection of bacteria pathogens in diarrheic stool samples. J Microbiol Methods. 2018;144:33-6

Epidemiologi Shigellosis
Penatalaksanaan Shigellosis

Artikel Terkait

  • Mekanisme Resistensi Terhadap Antibiotik Empiris Pada Infeksi Shigella spp
    Mekanisme Resistensi Terhadap Antibiotik Empiris Pada Infeksi Shigella spp
  • Morbiditas dan Mortalitas Infeksi Shigella pada Anak-Anak dengan Disentri Basiler di Negara Berkembang
    Morbiditas dan Mortalitas Infeksi Shigella pada Anak-Anak dengan Disentri Basiler di Negara Berkembang
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
19 Januari 2022
Ciprofloxacin dan Cotrimoxazole yang mana yang lebih direkomendasikan untuk disentri anak - Anak Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
6 Balasan
Alo dr. Joko Kurniawan, M.Sc, Sp. A, izin bertanya dokter.Diantara ciprofloxacin dan cotrimoxazole yang manakah yang lebih direkomendasikan untuk tatalaksana...
Anonymous
06 Januari 2022
Pasien anak 1 tahun 6 bulan dengan disentri suspect shigellosis
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, apakah pilihan terapi antibiotik yang tepat pada pasien anak 1 tahun 6 bulan dengan disentri suspect shigellosis? Apakah dapat...
s6_paed_antibiotics_appendix5_dysentery (1).pdf

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.