Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Salmonellosis monika-natalia 2022-11-28T12:52:56+07:00 2022-11-28T12:52:56+07:00
Salmonellosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Salmonellosis

Oleh :
dr.Kezia Eirene Simanjuntak
Share To Social Media:

Salmonellosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella sp. Bakteri ini masuk secara oral melalui makanan ataupun minuman yang terkontaminasi. Bakteri Salmonella dapat menimbulkan gangguan saluran cerna pada manusia, terutama diare. Risiko mengalami salmonellosis lebih tinggi pada populasi tertentu, misalnya anak berusia di bawah 5 tahun, lansia, pasien imunokompromais, dan orang yang mengonsumsi makanan yang sudah dibiarkan terlalu lama pada suhu ruang.

Pada populasi tersebut, risiko terjadinya infeksi Salmonella yang invasif juga lebih tinggi. Infeksi Salmonella disebut invasif apabila sudah mempengaruhi sistem organ selain pencernaan, termasuk menyebabkan bakteremia, osteomyelitis, dan meningitis. Meskipun jarang terjadi, infeksi invasif dapat menjadi berat dan mengancam nyawa.[1-3]

Salmonellosis-min

Penegakan diagnosis salmonellosis dilakukan melalui pemeriksaan klinis dan didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium yang sesuai, salah satunya adalah kultur feses. Kebanyakan kasus salmonellosis ditandai dengan adanya diare, demam, dan kram perut. Gejala biasanya mulai 6 jam sampai 6 hari setelah infeksi dan berlangsung 4-7 hari.[1,3,4]

Kebanyakan kasus salmonellosis bersifat swasirna, sehingga tata laksana umumnya cukup dengan pemberian cairan rehidrasi yang sesuai untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Meski demikian, pada pasien imunokompromais, atau individu berusia di atas 50 tahun dengan penyakit jantung, pembuluh darah, memiliki kelainan sendi yang bermakna, maupun pada kelompok gejala berat, dibutuhkan pemberian antibiotik. Saat ini, antibiotik yang dianjurkan adalah azithromycin.[4]

Referensi

1. CDC. Information for Healthcare Professionals and Laboratories. 2022. https://www.cdc.gov/salmonella/general/technical.html
2. Pandey, M, Goud, ESK. Non-Typhoidal Salmonellosis: A Major Concern for Poultry Industry. In A. Lamas, P. Regal, & C. M. Franco (Eds.), Salmonella spp. - A Global Challenge. IntechOpen. 2021. https://doi.org/10.5772/intechopen.96400
3. Zha L, Garrett S, Sun J. Salmonella Infection in Chronic Inflammation and Gastrointestinal Cancer. Diseases. 2019 Mar 10;7(1):28. doi: 10.3390/diseases7010028. PMID: 30857369; PMCID: PMC6473780.
4. CDC. Salmonella: Advice to Clinicians Final Update. 2022, https://www.cdc.gov/Salmonella/infantis-10-18/advice.html

Patofisiologi Salmonellosis

Artikel Terkait

  • Membedakan Infeksi Bakteri dan Virus dengan Tes Host Protein Assay
    Membedakan Infeksi Bakteri dan Virus dengan Tes Host Protein Assay
  • Akurasi Tes Widal dan Tubex untuk Diagnosis Tifoid
    Akurasi Tes Widal dan Tubex untuk Diagnosis Tifoid
  • Manfaat dan Keamanan Vaksin Tifoid
    Manfaat dan Keamanan Vaksin Tifoid
  • Video Alomedika - Akurasi Tes Widal dan Tubex untuk Diagnosis Tifoid
    Video Alomedika - Akurasi Tes Widal dan Tubex untuk Diagnosis Tifoid
  • Tes Widal Sebagai Pemeriksaan Awal Demam Tifoid: Masihkan Bermanfaat?
    Tes Widal Sebagai Pemeriksaan Awal Demam Tifoid: Masihkan Bermanfaat?

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
12 Oktober 2023
Kadar titer widal meningkat pada orang dengan demam kurang dari seminggu
Oleh: Anonymous
2 Balasan
permisi dokter izin bertanya mengapa kadar titer widal bisa meningkat pada orang dengan demam kurang dari seminggu? padahal curiga ke arah tifoid fever jika...
Anonymous
22 November 2022
Diet untuk penderita tifoid - Gizi Klinik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr Kurnia SpGKDiet apa yang dianjurkan dan tidak boleh untuk penderita tifoid?
Anonymous
10 November 2022
Apakah pemeriksaan widal dapat dilakukan di hari ketiga demam?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien mengeluh demam sudah 4 hari, dan selalu tinggi di atas 38⁰ C dan pasien sudah melakukan pemeriksaan DL, Widal d Klinik lain...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.