Penatalaksanaan Shigellosis
Penatalaksanaan shigellosis berfokus pada rehidrasi dan pemberian antibiotik.
Rehidrasi
Rehidrasi dapat dilakukan secara oral ataupun intravena. Cairan yang digunakan untuk rehidrasi oral adalah cairan yang oralit. Jumlah pemberian cairan bergantung dari derajat dehidrasi yang dialami oleh pasien. Berikut adalah jumlah cairan yang diberikan kepada anak berdasarkan rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) :
- Pasien tanpa dehidrasi : 5 – 10 mL/kg setiap diare cair atau muntah
- Dehidrasi ringan-sedang : 75 mL/kg dalam 3 jam dan 5 – 10 mL/kg setiap diare cair atau muntah
- Dehidrasi berat :
- Pasien <12 bulan: 30 mL/kg dalam 60 menit, dilanjutkan 70 mL/kg dalam 5 jam berikutnya
- Pasien >12 bulan: 30 mL/kg dalam 30 menit, dilanjutkan 70 mL/kg dalam 5 jam berikutnya [25]
Nutrisi
Pasien yang mengalami shigellosis dapat diberikan makan seperti biasa dan tidak mendapat pantangan khusus. Pasien disarankan makan dalam porsi kecil namun sering, setiap 4 jam. Pasien yang masih mendapatkan ASI diperbolehkan untuk meneruskan ASI sesuai dengan kebutuhannya. [1]
Pemilihan Antibiotik
Berdasarkan rekomendasi dari WHO pada tahun 2005, ciprofloxacin dapat digunakan sebagai terapi lini pertama pada anak maupun dewasa, sedangkan pivmesilinam, ceftriaxone, dan azythromycin dapat diberikan sebagai lini kedua. Berikut adalah dosis antibiotik yang dapat digunakan. [5]
Tabel 1. Dosis Antibiotik untuk Shigellosis
Antibiotik | Dosis | Durasi |
Ciprofloxacin | - Anak : 15 mg/kg diberikan 2 kali sehari PO - Dewasa : 2 x 500 mg PO | 3 hari |
Pivmesilinam | - Anak: 20 mg/kg diberikan 4 kali sehari PO - Dewasa : 4 x 100 mg PO | 5 hari |
Ceftriaxone | 50 – 100 mg/kg, diberikan 1 kali sehari IM atau IV | 2 – 5 hari |
Azythromycin | - Anak: 6 - 20 mg/kg diberikan 1 kali sehari PO - Dewasa : 1 x 1 – 1,5 gram PO | 1 – 5 hari |
Beberapa antibiotik sudah tidak direkomendasikan lagi penggunaannya karena dinilai telah terdapat resistensi. Antibiotik tersebut antara lain aminoglikosida oral, ampisilin, kotrimoksazol, kloramfenikol, amoxicillin, asam nalidiksat, nitrofuran, dan tetrasiklin. [5]
Infeksi Shigella sp yang mengalami resistensi terhadap pilihan antibiotik di atas sudah mulai ditemukan. Sejak tahun 2010 – 2013, terdapat peningkatan temuan Shigella sp yang resisten terhadap ciprofloxacin di India. Resistensi ini lebih banyak ditemukan pada Shigella flexneri dan Shigella dysenteriae. [33]
Resistensi terhadap sefalosporin generasi ketiga seperti ceftriaxone, cefotaxime, dan ceftazidime mulai ditemukan di Asia dan Afrika sejak tahun 2010. Prevalensi resistensi Shigella sp terhadap ceftriaxone adalah 14,2%; cefotaxime 22,6%; dan ceftazidime 6,2%. [34]
Terapi Adjuvan
Suplementasi zinc elemental seperti zinc sulfat, zinc asetat, atau zinc glukonat, dapat diberikan pada pasien yang berusia 5 tahun atau kurang dengan dosis 20 mg dan diberikan 1 kali sehari selama 10 – 14 hari. Untuk anak kurang dari 6 bulan, dosis zinc yang diberikan 10 mg. [5]
Rawat Inap dan Peninjauan
Perbaikan klinis mulai terlihat setelah 48 jam pemberian obat. Jika pasien tidak menunjukan perbaikan klinis setelah terapi awal, pasien perlu dirawat inap dan diberikan terapi lini 2. Pemeriksaan resistensi juga sebaiknya dilakukan. Pasien dengan demam persisten, diare berdarah terus menerus, diare persisten, sulit makan dan minum, dan dehidrasi berat dengan gangguan abnormalitas juga perlu dirawat inap. [5]