Prognosis Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
Prognosis pasien COVID-19 umumnya tergantung pada usia dan penyakit penyerta. Komplikasi umumnya terjadi pada pasien COVID-19 yang memiliki faktor risiko.
Komplikasi
Komplikasi COVID-19 paling umum adalah acute respiratory distress syndrome (ARDS). Selain itu, beberapa komplikasi lainnya, seperti syok septik dan rabdomiolisis juga dapat terjadi. Komplikasi jangka panjang COVID-19 sampai sekarang belum diketahui.
Acute Respiratory Distress Syndrome
Kerusakan dinding alveolus dan kapiler paru akibat COVID-19 dapat menyebabkan komplikasi acute respiratory distress syndrome (ARDS). ARDS didiagnosis dengan PaO2/FiO2 ≤300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤315 mmHg. Pasien lansia dengan COVID-19 dan ARDS ditemukan memiliki risiko kematian lebih tinggi. Pasien dengan gagal napas memerlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik.[20,38]
Syok Septik
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa syok septik merupakan salah satu komplikasi dari COVID-19. Studi Chen et al menunjukkan bahwa 4% pasien COVID-19 mengalami komplikasi syok septik. Pada pasien syok, resusitasi cairan dan pemberian vasopresor diperlukan untuk mempertahankan mean arterial pressure (MAP) ≥65 mmHg dan kadar serum laktat >2 mmol/L.[20,39]
Rabdomiolisis
Studi oleh Jiang F et al menemukan rabdomiolisis sebagai kemungkinan komplikasi jangka panjang pada pasien COVID-19. Hal ini ditemukan pada pasien COVID-19 berat dengan gejala nyeri pada tungkai bawah dan fatigue. Selain itu, rabdomiolisis juga dapat bermanifestasi klinis sebagai gagal ginjal akut dan pigmenturia. Pada studi ini, rabdomiolisis baru terjadi pada hari ke-9 dengan gejala nyeri pada tungkai bawah, peningkatan mioglobin, creatinine kinase (CK), laktat dehidrogenase, alanin aminotransferase, dan aspartat aminotransferase.[30]
Prognosis
Prognosis COVID-19 sampai sekarang belum diketahui jelas. Case fatality rate (CFR) pasien COVID-19 dilaporkan sampai mencapai 3,85%. Umumnya, kelompok umur di atas 50 tahun memiliki tingkat fatalitas yang lebih tinggi. Pasien dengan usia muda umumnya hanya mengalami infeksi ringan, tetapi dapat menjadi sumber transmisi COVID-19.[1]