Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Brucellosis general_alomedika 2024-10-31T13:41:16+07:00 2024-10-31T13:41:16+07:00
Brucellosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Brucellosis

Oleh :
Bianda Pramudita MSc
Share To Social Media:

Diagnosis brucellosis perlu dicurigai pada pasien dengan demam, malaise, keringat dingin di malam hari, dan nyeri sendi, yang disertai dengan riwayat yang relevan seperti konsumsi produk susu yang tidak matang, paparan hewan pada area endemis, dan paparan lingkungan kerja.

Meskipun kultur darah merupakan baku emas dalam diagnosis brucellosis, pemeriksaan ini memakan waktu yang lama. Uji serologi untuk mendeteksi titer antibodi terhadap Brucella merupakan modalitas diagnostik alternatif.[1,2]

Anamnesis

Masa inkubasi brucellosis umumnya 2-4 minggu, namun dapat bervariasi dari 5 hari hingga 6 bulan. Berdasarkan perjalanan penyakit, brucellosis dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk:

  • Brucellosis akut ditandai dengan malaise, undulant fever, sakit kepala, mialgia, ruam merah halus, splenomegali, hepatomegali, dan gejala gastrointestinal. Fase akut dapat berakhir dengan kematian, penyembuhan, ataupun transisi ke bentuk sub-akut atau kronis
  • Brucellosis sub-akut ditandai dengan gejala yang serupa dengan penyakit akut tetapi lebih ringan
  • Brucellosis kronis ditandai dengan gejala jangka panjang yang dapat mencakup malaise, demam berulang, radang sendi, endokarditis, dan spondilitis

Berkeringat, mialgia, dan malaise telah dilaporkan sebagai gejala yang sangat prediktif untuk temuan tes serologi positif.  Selain itu, perlu diketahui bahwa infeksi Brucella pada kelenjar tiroid juga pernah dilaporkan.[2]

Gejala Klinis

Seperti yang telah disebutkan di atas, brucellosis biasanya ditandai dengan onset demam yang naik perlahan, malaise, keringat dingin, dan nyeri sendi. Demam terjadi pada sekitar 80% kasus Pola demam bisa bervariasi, dapat berupa demam yang memuncak disertai menggigil atau bisa berupa demam ringan yang naik turun dalam waktu lama. Demam bisa muncul dengan bradikardia relatif. Sekitar 80% disertai menggigil.

Keringat dingin dapat disertai bau badan khas menyerupai jamur atau jerami basah. Gejala lain yang mungkin muncul berupa penurunan berat badan, nyeri sendi, nyeri punggung bawah, sakit kepala, pusing, anoreksia, dispepsia, nyeri perut, batuk, dan depresi.[1-3]

Faktor Risiko

Anamnesis perlu mengevaluasi faktor risiko pasien. Faktor risiko dapat berupa pekerjaan yang sering berkontak dengan hewan terinfeksi, seperti sapi, kambing, domba, unta, dan babi. Jenis pekerjaan yang mengalami peningkatan risiko brucellosis antara lain pekerja rumah potong hewan, dokter hewan, teknisi laboratorium, pemburu, petani, dan produsen ternak.

Faktor risiko lain dapat berupa konsumsi susu atau produk susu yang tidak dipasteurisasi, riwayat bepergian ke area endemis, dan paparan dengan aerosol hewan yang terinfeksi.[1-3,8]

Manifestasi Osteoartikular

Manifestasi osteoartikular adalah bentuk brucellosis fokal yang terjadi pada hingga 70% pasien dengan brucellosis. Pasien dapat mengalami artritis perifer, sakroiliitis, dan spondilitis. Sakroiliaka (80%) dan spinal (54%) adalah yang paling sering terkena.

Spondilitis adalah komplikasi serius brucellosis. Kondisi ini lebih sering dilaporkan pada pasien yang lebih tua dan pasien dengan penyakit kronik. Vertebra lumbal lebih sering terkena daripada vertebra toraks dan servikal. Spondilitis dapat menimbulkan sekuele.[4]

Manifestasi Genitourinaria

Manifestasi genitourinaria merupakan benttuk fokal kedua yang paling umum yang terjadi pada hingga 10% kasus. Pada laki-laki, orkitis atau epididimitis adalah gejala yang paling sering. Sementara itu, abses tuboovarium dapat terjadi pada wanita. Bentuk lain dpat berupa sistitis, nefritis interstisial, glomerulonefritis, dan abses ginjal.[4]

Manifestasi Neurologi

10% pasien brucellosis bisa mengalami keterlibatan neurologi. Manifestasi brucellosis neurologi mencakup meningitis, ensefalitis, abses otak, mielitis, radikulitis, atau neuritis.[4]

Manifestasi Kardiovaskular

Komplikasi kardiovaskular dapat terjadi dalam bentuk endokarditis, miokarditis, perikarditis, endarteritis, ataupun tromboflebitis. Endokarditis paling sering terjadi dan merupakan penyebab utama mortalitas.[4]

Manifetasi Pulmonal

Brucellosis pada paru telah dilaporkan pada 2% kasus. Pasien dapat mengalami bronkitis, pneumonitis interstisial, pneumonia lobar, nodul paru, efusi pleura, limfadenopati hilus, empiema, ataupun abses.[4]

Manifestasi Intraabdomen

Abses hati atau limpa, kolesistitis, pankreatitis, ileitis, kolitis, dan peritonitis dapat dialami oleh pasien brucellosis meskipun jarang.[4]

Manifestasi Okular

Uveitis merupakan manifestasi okular brucellosis yang paling banyak ditemukan. Meski demikian, keterlibatan mata cukup jarang terjadi.[4]

Manifestasi Dermatologi

Erupsi makula, makulopapular, skarlatiniformis, papulonodular, eritema nodosum, ulserasi, petechiae, purpura, vaskulitis granulomatosa, dan abses dapat terjadi pada 10% pasien brucellosis.[4]

Brucellosis pada Kehamilan

Pada wanita hamil, brucellosis meningkatkan risiko abortus, intrauterine fetal death, kelahiran prematur, dan infeksi intrauterin dengan kemungkinan kematian janin. Abortus spontan adalah komplikasi yang paling umum (6%).[4]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan hasil yang bervariasi dan tidak spesifik. Pada beberapa pasien dapat ditemukan pemeriksaan fisik dalam batas normal, namun ada juga pasien yang mengalami limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali. Perubahan bising jantung menandakan endokarditis, sedangkan pericardial rub menandakan perikarditis.

Temuan pemeriksaan neurologi tergantung dari lesi pada saraf. Pada meningitis, tanda yang bisa ditemukan adalah kaku kuduk, tanda Kernig, dan Brudzinski. Peningkatan tekanan intrakranial atau abses otak dapat menghasilkan tanda papilledema, cranial nerve palsy, dan defisit neurologis fokal.

Lesi kulit akibat brucellosis dapat berupa erupsi maculopapular, eritema nodosum, abses, dan panniculitis. Temuan pada organ mata dapat berupa uveitis, keratokonjungtivitis, iridosiklitis, neuritis optik, dan katarak.[1,2,4,14]

Diagnosis Banding

Karena manifestasi klinis brucellosis cukup luas, maka diagnosis banding juga sangat beragam tergantung presentasi pasien. Beberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan dalam diagnosis banding adalah malaria, tuberkulosis, leishmaniasis, spondiloartritis, dan sarkoidosis.

Malaria

Tanda dan gejala malaria mencakup demam, malaise, mual, muntah, nyeri perut, diare, nyeri otot, dan anemia. Hal ini cukup serupa dengan brucellosis. {enegakan diagnosis bisa ditentukan dari konteks epidemiologis yang paling relevan, misalnya apakah kasus terjadi di daerah endemis malaria atau brucellosis. Selain itu, dapat dilakukan apusan darah tepi untuk identifikasi parasit malaria.[4]

Tuberkulosis

Tanda dan gejala tuberkulosis yang menyerupai brucellosis adalah batuk, limfadenopati, demam, keringat dingin, dan penurunan berat badan. Tuberkulosis juga dapat menampilkan gejala ekstrapulmonal, seperti pada muskuloskeletal dan sistem saraf pusat. Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan sputum dan rontgen dada.[4]

Leishmaniasis

Pada kasus leishmaniasis viseral, pasien dapat mengalami malaise, demam, penurunan berat badan, dan splenomegali. Penularan terjadi melalui gigitan lalat pasir dan area endemik mencakup Mediterania, Afghanistan, Iran, Pakistan, Afrika Timur, India, Nepal, Bangladesh, dan Brasil. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi, kultur, atau serologi.[4]

Spondiloarthritis

Spondiloarthritis mempunyai gejala klinis berupa nyeri punggung bawah kronis, heel enthesitis, dactilitis, dan oligoarthritis. Penegakan diagnosis berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan radiologi, dan laboratorium.[4]

Sarkoidosis

Sarkoidosis adalah penyakit multisistemik yang belum diketahui penyebabnya. Penyakit ini terutama menyerang organ paru, namun dapat pula menyerang organ lainnya. Penegakan diagnosis menggunakan pemeriksaan radiologi dan histopatologi.[4]

Pemeriksaan Penunjang

Penegakan diagnosis brucellosis memerlukan kultur darah atau jaringan tubuh. Dokter juga bisa melakukan pengecekan titer antibodi Brucella

Kultur

Pada kultur, pertumbuhan bakteri membutuhkan waktu 3–5 hari, namun proses ini perlu ditunggu hingga lebih dari 10 hari sebelum suatu sampel bisa dinyatakan negatif. Untuk meningkatkan akurasi, sampel kultur perlu diambil dari area infeksi fokal.

Kultur darah dapat ditemukan negatif pada kasus kronik.  Teknik pemeriksaan kultur darah yang dilakukan adalah teknik Ruiz-Castaneda.

Kultur sumsum tulang lebih sensitif dibandingkan darah, dan merupakan baku emas untuk brucellosis.[1-4,14]

Serologi

Pemeriksaan serologi merupakan metode yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis brucellosis. Saat ini, ada berbagai metode tes serologis yang bisa digunakan, misalnya tes aglutinasi serum dan ELISA.

Tes aglutinasi serum merupakan standar pemeriksaan untuk diagnosis dan dapat mendeteksi IgM, IgG, dan IgA. ELISA juga memiliki sensitivitas yang cukup baik dan dapat mendeteksi IgM dan IgG. Pemeriksaan serologis dapat dilakukan secara serial jika titer awal rendah. Gejala klinis disertai titer lebih dari 1:160 menandakan infeksi. Titer lebih dari 1:320 lebih spesifik, terutama di daerah endemis.[1-4,14]

Pencitraan

Pencitraan dapat digunakan untuk mengevaluasi pasien brucellosis terutama dengan keluhan sendi dan tulang, namun tidak bisa dijadikan alat diagnostik definitif. Beberapa tanda yang bisa didapatkan dari pemeriksaan radiografi adalah tanda Pedro Pons dan erosi aspek anteriosuperior vertebra lumbalis dengan osteofitosis. Pada pasien yang mengalami spondilitis bisa didapatkan penyempitan spasial diskus, destruksi tulang, dan skelosis.

MRI dapat dipilih untuk mengevaluasi adanya peradangan atau abses pada otak atau jaringan lain. Modalitas lain yang mungkin bermanfaat dalam diagnosis brucellosis adalah CT scan atau bone scintigraphy.[1-4,14]

Histopatologi

Biopsi sumsum tulang dan hepar dapat menunjukkan granuloma nonkaseosa pada infeksi akibat B. melitensis dan B. abortus. Pada infeksi B melitensis, ukuran granuloma sangat kecil. Infeksi.[1-4,14]

Polymerase Chain Reaction

PCR telah dikembangkan agar dapat mendeteksi dan mendiagnosis brucellosis secara cepat pada spesimen darah manusia. Target genetik tes PCR ada 2, yaitu gen Brucella BCSP31 dan operon 16S-23S rRNA.[1-4,14]

Pemeriksaan Laboratorium Lain

Pada pemeriksaan penanda inflamasi, pasien brucellosis dapat mengalami peningkatan C-reactive protein (CRP), tingkat sedimentasi eritrosit, serum lactate dehydrogenase, dan alkalin fostatase. Peningkatan enzim hati juga dapat terjadi dan akan semakin tinggi seiring keparahan hepatomegali.[1-4,14]

Referensi

1. Hasanjani Roushan MR, Ebrahimpour S. Human brucellosis: An overview. Caspian J Intern Med. 2015;6(1):46-47.
2. Golshani M, Buozari S. A review of Brucellosis in Iran: Epidemiology, Risk Factors, Diagnosis, Control, and Prevention. Iran Biomed J. 2017 Nov;21(6):349-59. doi: 10.18869/acadpub.ibj.21.6.349.
3. Adetunji SA, Ramirez G, Foster MJ, Arenas-Gamboa AM. A systematic review and meta-analysis of the prevalence of osteoarticular brucellosis. PLoS Negl Trop Dis. 2019 Jan 18;13(1):e0007112. doi: 10.1371/journal.pntd.0007112.
4. Bosilkovski M. Brucellosis: Epidemiology, microbiology, clinical manifestations, and diagnosis. UpToDate, 2021.
8. Głowacka P, Żakowska D, Naylor K, Niemcewicz M, Bielawska-Drózd A. Brucella - Virulence Factors, Pathogenesis and Treatment. Pol J Microbiol. 2018 Jun 30;67(2):151-161. doi: 10.21307/pjm-2018-029.
14. Hayoun MA, Muco E, Shorman M. Brucellosis. [Updated 2021 Sep 18]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441831/

Epidemiologi Brucellosis
Penatalaksanaan Brucellosis
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 4 jam yang lalu
Diagnosis tuberkulosis
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien anak 22 bulan, dengan keluhan bb seret 5 bulan, tidak ada keluhan lain. Hasil lab menunjukkan neutrofil dan limfosit rendah...
dr. Eka Dewi Wulandari
Dibalas 4 jam yang lalu
SKP sudah melebihi 250 , belum juga di verifikasi....
Oleh: dr. Eka Dewi Wulandari
1 Balasan
Assalamualaikum, izin bertanya dok, barang kali ada pengalaman yg sama... SIP  saya berlaku sampai sekitar akhir Januari... Lalu saya mengajukan perpanjangan...
dr. Ade Wijaya SpN
Dibalas 13 Juni 2025, 14:17
Fitur Ulasan Pasien di dalam MyPatient - Aplikasi Alomedika
Oleh: dr. Ade Wijaya SpN
7 Balasan
AlodokterSekarang ada option respon terhadap ulasan pasien.Ini fungsinya apa ya?Mohon info.Terima kasih.

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.