Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Heat Stroke general_alomedika 2020-06-15T15:32:04+07:00 2020-06-15T15:32:04+07:00
Heat Stroke
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Heat Stroke

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha
Share To Social Media:

Prinsip penatalaksanaan heat stroke adalah dengan pendinginan dan tata laksana terhadap kegagalan organ yang terjadi. Heat stroke dapat menyebabkan sindrom disfungsi multi organ apabila tidak segera ditata laksana.

Pendinginan

Pendinginan harus segera dilakukan pada pasien dengan heat stroke dan tidak boleh ditunda, kecuali untuk resusitasi jantung paru. Pendinginan yang tertunda berkaitan dengan peningkatan mortalitas pasien. Belum terdapat keseragaman mengenai target suhu yang perlu dicapai. Secara umum, pendinginan sebaiknya dilakukan sampai suhu inti (rektal) mencapai 39,4oC. Dengan pendinginan, darah dapat terdistribusi dengan baik, sehingga hipotensi, takikardi, dan fungsi kardiak dapat membaik. Terdapat beberapa metode pendinginan yang saat ini sudah dilakukan, yaitu imersi, evaporasi, dan sistem pendinginan noninvasif.

Imersi

Imersi atau perendaman dengan air es merupakan metode yang paling sering digunakan yang dapat menurunkan suhu tubuh inti dengan cepat. Pasien dimasukkan ke dalam bak yang berisi air es dengan suhu 2-10oC, sampai suhu tubuh menurun. Pada umumnya, imersi dengan air es ini dilakukan selama kurang lebih 9 menit, setelah itu dilakukan evaluasi. Air es dapat menurunkan suhu inti tubuh hingga mencapai <39 oC dalam 20-40 menit.

Sampai saat ini, metode imersi merupakan metode utama yang dipilih untuk heat stroke meskipun memiliki kekurangan, yaitu menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien yang sadar. Air es juga dapat membuat menggigil, yang diduga dapat meningkatkan produksi panas internal. Selain itu, resusitasi dan observasi pada pasien juga sulit dilakukan dengan metode ini.[4,10]

Evaporasi

Evaporasi dilakukan dengan melepaskan semua pakaian pasien dan secara intermiten menyemprotkan tubuh pasien dengan air hangat kuku. Pada saat yang bersamaan, kipas diarahkan ke seluruh tubuh pasien dengan kekuatan maksimal sehingga panas menguap. Metode evaporasi ini kurang efektif dibandingkan dengan teknik imersi, tetapi lebih mudah dilakukan terutama sebagai manajemen sebelum pasien dibawa ke rumah sakit.[4]

Metode Lainnya

Terdapat beberapa metode lain yang dapat dilakukan untuk pendinginan, seperti lavage pada gaster, peritoneal, toraks, dan rektal dengan air es; pemberian cairan dingin secara intravena; serta penggunaan ice pack, selimut pendingin, dan handuk basah. Namun, metode-metode ini tidak seefektif metode imersi dan evaporasi.[4]

Perawatan Medis Lain

Sementara pendinginan dilakukan, beberapa perawatan lain perlu dilakukan untuk meningkatkan distribusi darah.

Resusitasi Jantung Paru

Apabila pasien ditemukan dalam kondisi tidak sadar, segera lakukan resusitasi jantung paru. Intubasi elektif dilakukan apabila terdapat gangguan pada refleks batuk dan muntah untuk melindungi jalan napas dan menjaga oksigenasi tetap >90%.[1,4]

Resusitasi Cairan

Pemberian cairan intravena sebaiknya ditentukan berdasarkan ada tidaknya hipovolemia, kondisi komorbid, dan penyakit kardiovaskular. Resusitasi cairan dilakukan apabila setelah pendinginan tekanan darah, denyut nadi, dan urine output tidak mengalami perbaikan signifikan. Pemberian cairan awal yang dapat diberikan adalah cairan isotonik 1-2 L/jam.[3,4]

Jika frekuensi denyut nadi dan urine output tidak memberikan informasi hemodinamik yang memadai, pemberian cairan perlu dilakukan dengan panduan parameter hemodinamik yang lebih invasif, seperti central venous pressure (CVP) dan cardiac index (CI).

Medikamentosa

Berbeda dengan demam akibat penyakit sistemik lain, antipiretik tidak membantu dalam penanganan heat stroke. Justru, antipiretik, seperti paracetamol dan ibuprofen, dapat membahayakan pasien dengan heat stroke karena dapat menyebabkan komplikasi pada liver, ginjal, atau hematologi karena meningkatkan risiko perdarahan.

Apabila pasien mengalami kejang, berikan benzodiazepin intravena, seperti midazolam, dengan dosis 5 mg dan dapat diulang (maksimal 20 mg). Phenytoin biasanya tidak efektif untuk menangani kejang pada heat stroke. Pasien dengan kejang yang refrakter terhadap benzodiazepine, harus disedasi dan dipasang ventilasi mekanis. Pemantauan elektroensefalografi dianjurkan dilakukan pada pasien dengan kondisi ini dan antikonvulsan harus disesuaikan.[1-4]

Benzodiazepin juga dapat diberikan pada pasien dengan agitasi dan menggigil untuk menghentikan produksi panas berlebih.[3,4]

Penanganan Cedera Organ

Heat stroke dapat menyebabkan sejumlah kerusakan organ sehingga manifestasi serta manajemennya perlu diketahui.

Koreksi Gangguan Elektrolit

Koreksi gangguan elektrolit dapat membantu mencegah kegagalan organ. Pemberian dekstrosa hipertonik dan natrium bikarbonat dapat berguna sebagai penatalaksanaan sementara untuk mencegah terjadinya gagal ginjal sebelum dilakukan terapi definitif seperti dialisis.[4]

Penanganan Rabdomiolisis

Pada kondisi tertentu, khususnya pada exertional heat stroke, dapat terjadi rabdomiolisis, yang ditandai dengan urine berwarna seperti teh serta otot tampak lembek dan edema. Rabdomiolisis harus segera ditangani untuk mencegah gagal ginjal akut. Penatalaksanaannya adalah dengan pemberian cairan intravena dosis besar (bisa mencapai 10 L), alkalinisasi urine, dan infus mannitol. Selama pemberian cairan, urine output harus terus dipantau minimal 3 mL/kg/jam.[4,11]

Penanganan Cedera Liver

Cedera liver biasanya ditandai dengan peningkatan kadar transaminase dan bilirubin. Pasien biasanya akan mengalami hipoglikemia, gangguan koagulasi, dan edema serebral pada fase ini. Waktu koagulasi yang memanjang dapat menjadi tanda bahwa DIC sudah terjadi, yang dapat mengarahkan ke prognosis yang lebih buruk.

Penanganan cedera liver meliputi pemberian cairan dextrose intravena untuk mengatasi hipoglikemia; deteksi dini dan penanganan DIC dengan transfusi faktor pembekuan, fresh frozen plasma, trombosit, atau darah; dan terapi respiratorik suportif yang teliti.[4]

Penanganan Cedera Paru

Edema paru juga merupakan komplikasi heat stroke yang cukup sering terjadi. Keadaan ini dapat disebabkan oleh resusitasi cairan yang agresif, gagal ginjal, gagal jantung kongestif, dan acute respiratory distress syndrome (ARDS). Apabila ARDS terjadi, sebaiknya penatalaksanaan harus segera dilakukan secara agresif dengan menggunakan ventilasi mekanis dan positive end-expiratory pressure (PEEP).[4]

Penanganan Cedera Renal

Gagal ginjal akut dapat ditandai dengan adanya oliguria, proteinuria, dan adanya granular cast. Tata laksana gagal ginjal akut adalah pemberian cairan, diuretik, koreksi gangguan asam basa, dan gangguan elektrolit. [4,11]

Pembedahan

Pada pasien heat stroke yang telah mengalami rabdomiolisis, dapat terjadi sindrom kompartemen. Apabila sindrom kompartemen terjadi, harus segera dilakukan fasciotomi.[4]

Perawatan Jangka Panjang

Perawatan jangka Panjang dibutuhkan apabila gagal ginjal kronis terjadi dan apabila ada kerusakan pada sistem saraf pusat, paru-paru, jantung, atau liver yang irreversible.

Referensi

1. Epstein Y, Yanovich R. Heatstroke. The New England Journal of Medicine. 2019;380:2449-59
2. Mehta CSR. Heat Stroke. MJAFI. 2003;59:140-143.
3. Hifumi T, Kondo Y, Shimizu K, Miyake Y. Heat Stroke. Journal of Intensive Care 2018;6:30.
4. Helman RS. Heat Stroke. Medscape. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/166320-overview#a9
10. Gagnon D, Lemire BB, Casa DJ, Kenny GP. Cold-Water Immersion and the treatment of hyperthermia: using 38,6oC as a safe rectal temperature cooling limit. J Athl Train. 2010;45(5): 439-444.
11. Trujillo MH. Rhabdomyolysis and acute kidney injury due to severe heat stroke. Hindawi. 2011. https://doi.org/10.1155/2011/951719

Diagnosis Heat Stroke
Prognosis Heat Stroke

Artikel Terkait

  • Akurasi Pengukuran Suhu Tubuh
    Akurasi Pengukuran Suhu Tubuh
Diskusi Terbaru
dr.Tirta Adi Prabawa
Kemarin, 22:42
FG throces untuk radang tenggorokan
Oleh: dr.Tirta Adi Prabawa
5 Balasan
Alo dokter. Saya ingin bertanya apakah FG throces bisa dikombinasikan dengan antibiotik lainnya dalam kondisi tertentu? Kalau bisa evidence based nya sprti...
dr.Nina
Kemarin, 14:33
Pindah Keanggotaan IDI
Oleh: dr.Nina
5 Balasan
Alo dokter. Saya sudah mengajukan pindah keanggotaan IDI ditempat yang baru. Berkas-berkasnya juga sudah saya kirim ke admin ditempat yang baru. Saya lihat...
Anonymous
Kemarin, 05:41
Switch terapi Antibiotik
Oleh: Anonymous
10 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, jika ada pasien yang mendapat terapi ceftriaxon iv selama 2 hari kemudian hasil lab sudah membaik, dan pasien secara umum tidak...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.