Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Prognosis Sindrom Koroner Akut karyanti 2025-04-24T10:19:32+07:00 2025-04-24T10:19:32+07:00
Sindrom Koroner Akut
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Prognosis Sindrom Koroner Akut

Oleh :
dr. Qorry Amanda, M.Biomed
Share To Social Media:

Prognosis sindrom koroner akut (SKA) tergantung dari kecepatan penatalaksanaan reperfusi pada STEMI, serta tata laksana berdasarkan stratifikasi risiko pada NSTEMI dan UAP. Angka mortalitas setelah rawat inap di rumah sakit masih cenderung tinggi, baik pada kelompok pasien SKA yang disertai gagal jantung atau tidak.[27]

Komplikasi

Beberapa komplikasi dari SKA adalah aritmia, edema paru akut, syok kardiogenik, aneurisma ventrikel, ruptur otot papilaris, serta ruptur septum ventrikel.

Aritmia

Aritmia yang paling sering terjadi setelah infark miokardium sebagai salah satu manifestasi SKA adalah ventricular tachycardia (VT), ventricular fibrillation (VF), atrial fibrillation (AF), dan bradiarritmia. Aritmia ventrikel, yaitu VT atau VF, dapat diterapi dengan beta-blocker atau amiodarone dan dilanjutkan dengan kardioversi atau defibrilasi bila tidak menunjukkan perbaikan. Tata laksana AF dapat dengan regimen farmakologi yang standard atau kardioversi. Bradiaritmia dapat diterapi dengan atropin atau pacemaker.[28]

Edema Paru Akut

Edema paru akut sebagai komplikasi SKA terjadi akibat kegagalan fungsi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan cairan kembali ke jaringan interstisial paru dan semakin mengganggu oksigenasi dan perfusi jaringan. Gejala sesak napas pada edema paru akut sebagai manifestasi komplikasi SKA sering misdiagnosis menjadi pneumonia. Perbedaan klinis manifestasi kardiak pada edema paru akut dan non kardiak pada pneumonia dapat membantu membedakan keduanya.[28,29]

Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik merupakan manifestasi klinis SKA yang membutuhkan penanganan revaskularisasi segera. Pasien seringkali datang dengan hipotensi yang refrakter dengan pemberian cairan. Pada keadaan ini, tekanan darah sistolik kurang dari 80 sampai 90 mmHg atau mean arterial pressure kurang dari 30 mmHg dari baseline.[28]

Aneurisma Ventrikel

Aneurisma ventrikel terjadi karena area dinding ventrikel mengalami nekrosis atau melemah, sehingga saat kontraksi ventrikel terjadi, area yang melemah ini menojol menjadi aneurisma. Keadaan ini perlu dilakukan tata laksana menggunakan terapi farmakologi antikoagulan atau dapat dengan pembedahan bila aneurisma berukuran besar.[2,28]

Ruptur Otot Papilaris

Risiko ruptur otot papilaris dapat terjadi sampai dengan 3 bulan setelah infark. Keadaan ini akan menyebabkan regurgitasi aliran darah lewat katup yang berhubungan dengan otot papilaris, sehingga aliran darah menjadi backflow dan terjadi gagal jantung kanan atau kiri. Keadaan ini diperbaiki secara pembedahan dengan mitral valve replacement.[28]

Ruptur Septum Ventrikel

Ruptur septum ventrikel terjadi karena infark yang melibatkan ketebalan seluruh dinding ventrikel yang kemudian menjadi nekrosis, sehingga terjadi ruptur.[28]

Prognosis

Beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis SKA adalah jenis kelamin, aktivitas fisik sehari-hari, pengobatan medis, serta keparahan derajat gagal jantung yang dialami. Selain itu, terdapat beberapa variabel yang menentukan prognosis pasien di masa mendatang, seperti ada tidaknya gelombang U atau J pada EKG, F(2)- isoprostane di serum, kadar choline serum, kadar testosterone serum, ada tidaknya penyakit komorbid ginjal, demensia, gagal jantung, atau penyakit arteri perifer yang dialami pasien.[30]

Terdapat beberapa sistem penilaian untuk memperkirakan risiko terjadinya infark miokardium pada pasien di masa mendatang, seperti Framingham general CVD risk profile, atherosclerotic cardiovascular disease score,atau Reynolds risk score. Perbedaan ketiganya lebih kepada jenis luaran yang diprediksi dan data penelitian yang dikumpulkan selama bertahun-tahun sebagai dasar perhitungan skor.

Variabel yang dinilai pada ketiga skoring tersebut sama, yaitu usia, jenis kelamin, kadar kolesterol total, kadar HDL total, tekanan darah sistolik, terapi antihipertensi yang digunakan, riwayat diabetes mellitus, dan riwayat merokok.[69]

American Heart Association (AHA) merekomendasikan kalkulator online yang dapat diakses pada website atherosclerotic cardiovascular disease (ASCVD) risk estimator plus untuk menghitung risiko mengalami kejadian kardiovaskuler dalam 10 tahun ke depan.

Interpretasinya adalah sebagai berikut:

  • 0 sampai <5%: risiko rendah
  • 5 sampai <7,5%: borderline
  • 7,5 sampai <20%: risiko sedang
  • ≥20%: risiko tinggi

Untuk risiko rendah, pasien dianjurkan untuk modifikasi gaya hidup. Sedangkan untuk risiko borderline dan sedang, pasien dan dokter berdiskusi langkah terapi yang akan diambil sambil mempertimbangkan risk-enhancing factors seperti:

  • Riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung aterosklerosis

  • Kadar LDL yang persisten ≥160 mg/dL atau ≥4.1 mmol/L
  • Penyakit ginjal kronis

  • Sindrom metabolik
  • Adanya riwayat preeklampsia atau menopause prematur
  • Adanya komorbiditas penyakit inflamasi, seperti rheumatoid arthritis dan psoriasis

  • Kadar trigliserida yang persisten ≥175 mg/dL

Pasien dengan risiko tinggi dianjurkan untuk menjalani modifikasi gaya hidup dan menjalani terapi medikamentosa.[69]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gold SP Tampubolon

Referensi

2. Shahjehan RD, Bhutta BS. Coronary Artery Disease.In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK564304/
27. Ye, F., Winchester, D., Jansen, M., Lee, A., Silverstein, B., et.al. Assessing Prognosis of Acute Coronary Syndrome in Recent Clinical Trials: A Systematic Review. Clinical medicine & research 2019, 17(1-2), 11–19. https://doi.org/10.3121/cmr.2019.1433
28. Jones, D. E., Braun, M., & Kassop, D. Acute Coronary Syndrome: Common Complications and Conditions That Mimic ACS. FP essentials 2020, 490, 29–34.
29. Kim, J., Park, S. J., Choi, S., Seo, W. W., & Lee, Y. J. Hospitalization for acute coronary syndrome increases the long-term risk of pneumonia: a population-based cohort study. Scientific reports 2021, 11(1), 9696. https://doi.org/10.1038/s41598-021-89038-1
30. Ye, F., Winchester, D., Jansen, M., Lee, A., Silverstein, B., et.al. Assessing Prognosis of Acute Coronary Syndrome in Recent Clinical Trials: A Systematic Review. Clinical medicine & research 2019, 17(1-2), 11–19. https://doi.org/10.3121/cmr.2019.1433
69. Lloyd-Jones, D. M., Braun, L. T., Ndumele, C. E., Smith, S. C., Jr, Sperling, L. et al. Use of Risk Assessment Tools to Guide Decision-Making in the Primary Prevention of Atherosclerotic Cardiovascular Disease: A Special Report From the American Heart Association and American College of Cardiology. Journal of the American College of Cardiology 2019, 73(24), 3153–3167. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2018.11.005

Penatalaksanaan Sindrom Koroner ...
Edukasi dan Promosi Kesehatan Si...

Artikel Terkait

  • Interpretasi EKG secara Digital dapat Menyebabkan Kesalahan Medis
    Interpretasi EKG secara Digital dapat Menyebabkan Kesalahan Medis
  • Apakah Calcium Score Jantung Merupakan Indikator Penyakit Jantung Koroner?
    Apakah Calcium Score Jantung Merupakan Indikator Penyakit Jantung Koroner?
  • Diagnosis Banding Elevasi Segmen ST pada Elektrokardiografi
    Diagnosis Banding Elevasi Segmen ST pada Elektrokardiografi
  • Memahami Gelombang P dalam EKG
    Memahami Gelombang P dalam EKG
  • Makna Klinis Fragmented QRS
    Makna Klinis Fragmented QRS

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Anindita Farah Yuwana
Dibalas 20 April 2025, 09:45
Apabila ditemukan gambaran ST elevasi dan ST depresi dalam satu EKG, didiagnosis STEMI atau NSTEACS?
Oleh: dr.Anindita Farah Yuwana
5 Balasan
Alo dokter. Saya bingung apabila ditemukan ST elevasi dan ST depresi dalam satu EKG, pasien tersebut didiagnosis sebagai apa ya dok?Sudah konsul DPJP, ini...
dr. Ica Trianjani S.
Dibalas 04 April 2025, 07:36
Jika T inversi hanya di temukan di lead V1 apakah bermakna dan harus ditangani?
Oleh: dr. Ica Trianjani S.
3 Balasan
Alo Dokter. Ijin bertanya, jika ada pasien di lakukan ekg dan hanya di temukan t inverted di lead V1. Apakah bermakna dan harus dilakukan penanganan? Kadang...
Anonymous
Dibalas 05 November 2024, 13:07
Pemeriksaan EKG menggunakan manset tensimeter
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Apakah ekg omron hem-7350T hasilnya dapat dipercaya TSMohon pendapat dan petunjuknya

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.