Pendahuluan Defibrilasi
Defibrilasi menghantarkan energi secara tidak sinkron, yang diberikan secara acak, tidak sesuai dengan siklus jantung.[1] Prosedur ini harus dilakukan secepatnya karena setiap menit yang terlewatkan dalam mengembalikan ritme sinus jantung, meningkatkan mortalitas pasien hingga 7-10%.[2] Penggunaan defibrilasi yang sesuai, dilakukan dengan baik dan cepat dapat memberi prognosis yang sangat baik.[3,4]
Indikasi defibrilasi adalah ritme jantung yang shockable yaitu:
-
Takikardia ventrikel tanpa nadi (pulseless VT)
- Fibrilasi ventrikel [5]
Kontraindikasi defibrilasi adalah ritme jantung yang non-shockable yaitu:
- Asistol
-
Aktivitas elektrik tanpa nadi (pulseless electrical activity / PEA)
- Ritme jantung normal/ sinus, takikardia supraventrikular stabil [5]
Teknik defibrilasi pasien mencakup persiapan, peralatan, posisi pasien, serta prosedur defibrilasi yang memiliki dua tipe; defibrilasi otomatis dan defibrilasi manual. [5]

Komplikasi terbanyak pasca defibrilasi adalah aritmia ringan seperti atrial, ventrikular, dan junctional premature beats [6]. Komplikasi yang tergolong berat termasuk fibrilasi ventrikel yang disebabkan oleh jumlah energi yang tinggi dan toksisitas digitalis.
Beberapa poin yang sebaiknya diedukasikan kepada pasien dan keluarganya sebelum dan sesudah tindakan defibrilasi mencakup indikasi, cara kerja defibrilasi, dan perlunya perawatan ketat atau pemasangan implan defibrillator setelah tindakan defibrilasi bila pasien selamat.[6,7,8]